"Lo tau dari mana ini apartemen gue?" Tanya Anna lemah tapi masih terdengar dingin.
Canyol turun dari mobil dengan wajah datarnya langsung membuka pintu mobil buat narik tangan Anna turun.
"Gue bisa jalan sendiri!" Anna menarik tangannya dengan lemah. Tapi Canyol malah mengeratkan tangannya buat menuntun Anna.
Anna menghela nafas. Dia pengen ngelawan tapi nggak ada tenaga buat berdebat dan wajahnya pun masih terlihat pucat.
Canyol merasa tidak tega melihatnya, jadi ia berniat mengantar Anna sampai ke depan pintu apartemen.
Sesampai di lift Canyol memencet tombol 27, melihat itu Anna kaget dan langsung menoleh ke arah cowok jangkung itu.
"Gue udah muak sama lo ya! Sekarang jawab, lo siapa? Kenapa lo tau gue tinggal disini? Kalo lo orang suruhan bonyok gue, mendingan lo pergi sekarang! Nggak usah dijadiin alesan, karena perintah mereka yang sok peduli sama gue!" Ucap Anna panjang lebar dengan nada dinginnya.
Anna manatap Canyol dengan tajam. Sedangkan Canyol menatap datar cewek di sampingnya ini dari pantulan dinding lift di depannya, dan ia bisa liat mata Anna yang mulai berkaca-kaca.
Ia bingung mau menjawab apa, yang pasti ada rasa kasihan dan penasaran sama cewek ini yang ekspresinya penuh dengan arti.
"Udah selesai ngomongnya?"
Ting!
Pintu lift terbuka, Anna makin menajamkan matanya pada Canyol. Dengan kesal ia bergegas keluar menuju apartemennya. Dia nggak mau ketemu Canyol lagi!
Canyol menahan tangan Anna di depan pintu yang mau masuk ke dalam, dan otomatis jalannya terhenti dan membuat badannya berbalik.
"Pertama, gue nemuin lo pingsan tepat di belakang mobil gue di parkiran kampus. Kedua, gue jagain lo di rumah sakit tadi, karena permintaan Tante lo yang udah gue 'iya'in. Ketiga, gue bukan orang suruhan bonyok lo atau apa lah itu, yang nggak gue ngerti!" tangannya ia kibaskan ke udara.
"Keempat, gue tau apartemen lo karena PAGI TADI." Jelas Canyol yang datar dan menekankan pada kata 'pagi tadi' bikin Anna mencerna ucapannya.
Serasa sudah menjelaskan semuanya, Canyol membalikan badan untuk pergi meninggalkan Anna.
"Tadi pagi?" Guman Anna.
Anna menerutkan keningnya, ia mulai berpikir mengingat kejadian pagi tadi. Seketika mata Anna membulat setelah ingat kejadian itu.
Pantas saja Anna merasa nggak asing sama muka Canyol.
Canyol yang sudah beranjak dari tempatnya terhenti dan kembali berbaik kearah Anna.
"Oh iya, kayaknya lo ngak tau kata 'terima kasih' ya?"
...
"Hah~ wanita menyebalkan." Gumam Canyol yang lagi natap langit-langit kamarnya. Ia sekarang sudah sampai di rumahnya.
Entah sejak kapan ia memikirkan cewek yang dipandangnya Badgirl itu. Pokoknya semua tingkah dan apapun yang dilakukan cewek itu, Canyol nggak suka!
Dimata Canyol, Anna terlalu dingin untuk dibilang seorang perempuan. Selalu berpikir negatif terhadap orang-orang disekitarnya.
Contohnya dari cara membicarakan orang tuanya, dia bilang nggak peduli? Bagi Canyol, nggak ada orang tua yang nggak peduli sama anaknya sendiri. Ya tentu saja Canyol selalu disayang orang tuanya walau kadang-kadang tegas dan cara yang salah menurut kita, tapi pasti ada rasa sayang dibalik itu semua.
Apa lagi tante Anna tadi yang terlihat jelas sangat menyayangi Anna. Cewek itu malah pergi tanpa memikirkan kekhawatiran tantenya yang sedari tadi menguhubungi Canyol untuk menanyakan keadaan dan kemana Anna pergi.
Terpaksa Canyol bilang 'Dia baik-baik aja kok tan, nggak usah khawatir.' dengan ramah, biar tantenya nggak terlalu mengkhawatirkan keponakannya yang nggak tau diri itu.
Canyol tau kalau status seorang dokter itu sangat sibuk apa lagi dokter bedah.
Dan juga, Anna terlalu bebas untuk ukuran seorang cewek yang seumuran dengan Canyol. Didepan lelaki asing aja dia dengan santainya hanya memakai pakaian dalam.
Canyol masih ingat jelas dengan d**a Anna yang terbungkus bra berwarna cream.
"Aaarrggh, kenapa malah ingat itu!"
Canyol mengacak rambutnya dengan frustasi.