Ting!
______________________________________________
WhutsApp
Tante Luna:
Maaf nak Canyol pagi-pagi tante sudah ganggu kamu, kalo boleh tante minta kontak Anna?
______________________________________________
"Lah, mesti jawab apa nih? Masa iya gue minta kontak dia? Nanti dikira modus lagi. Ah! males banget berurusan sama cewek bentukan nggak jelas kayak begitu." Canyol menggaruk pelan rambutnya yang nggak gatal sama sekali.
Chat Tante Luna belum Canyol baca, masih bingung apa yang mau ia jawab sama pertanyaan Tante Luna. Canyol menghela nafas kasar dan mulai menjalankan mobilnya menuju kampus.
...
"Yol," panggil Kai.
"..."
"Anj*ng, KACANG WOY! YODA!"
"Oh, apaan?"
"Napa lo bengong dari tadi? Sampe omongan gue dikacangin!"
"Gue bingung nih nyari kontak MaBa,"
"Cewek?"
"Udah ah! kepo lo, gue pergi dulu."
"Eh yoda! Elah main pergi aja, mau kemana? WOY!"
Canyol berdiri lalu ngambil tas ranselnya buat pergi meninggalkan Kai yang sedang mengetik sesuatu sambil menunggu Dyo dari toilet. Nggak lama yang ditunggu datang berpapasan dengan Canyol yang mau pergi.
"Kemana lo?" Tanya Dyo.
"Mau ke kantin gue leper, belum sarapan." Canyol menepuk perutnya pelan.
'Semoga aja ketemu di kantin lagi, biar nggak capek gue nyarinya.' Sambung Canyol dalam hati.
"Gue ikut! Gue traktir." Suho menepuk bahu Canyol dari belakangnya.
"Bikin kaget aja lo, ya udah yuk!"
"GUA IKUT!" sahut Kai.
...
Sedari tadi kepala Canyol nengok kesana kemari mencari seseorang. Sebenarnya ia males pake banget berurusan, apa lagi sama cewek itu. Tapi ia nggak enak sama Tante Luna, kurang sopan kalo bilang 'maaf tante saya nggak punya kontak Anna' apa lagi nolak.
Ujung-ujungnya Tante Luna pasti minta tolong buat mintain kontaknya Anna, karena mereka satu kampus. Nggak mungkin ‘kan Canyol nolak permintaan orang yang lebih tua? Itu namanya nggak sopan.
Sekarang mereka berempat sudah duduk disalah satu kursi kantin, dan langsung memesan makan-minuman mereka. Setelah pesanan mereka datang, Dyo-Kai-Suho saling menatap Canyol yang duduknya nggak tenang sambil menengok kanan-kiri.
"Nyariin siapa lo, Yol?" Suho sambil meminum minuman kalengnya.
"Nyari MaBa yang lo bilang tadi yak?" Kai menoleh kearah Canyol sambil mengaduk spagetinya.
"MaBa?" Tanya Dyo penasaran apa yang mereka bicarakan.
"Iya, gue lagi nyari MaBa pindahan. Kayaknya dia seangkatan kita deh, tapi gue nggak tau dia fakultas apa," Keluh Canyol.
"Pasti cewek pindahan dari Inggris kan?" Suho nunjuk Canyol.
Mata Canyol langsung mengarah pada Suho yang ada didepannya. "Tau dari mana lo?"
"Wey! temen kita mau ngincar cewek nih, Yo." senggol Kai pada Dyo mengangkat kedua alisnya buat menggoda Canyol.
"Nggak salah denger nih gue, Yol? Lo minta kontak cewek? Perasaan terakhir minta kontak cewek waktu SMA kelas 3." Tanya Dyo.
"Serius, Yo? Wah! siapa tuh cewek? sampe-sampe seorang Canyol Wakil Ketua BEM kampus kita yang tenar tapi masih tenaran gue, pengen deketin cewek." Kepo Kai, yang lain dengernya cuma mutar mata jengah.
"Beneran pengen lo, Yol? Kalo mau gue punya temen futsal anak Hukum, dia temenan sama tuh cewek." Suho
"Otak lo semua tu negatif mulu ke gue yak? Gue cuma lagi ada urusan sama dia, gara-gara tantenya minta tolong ke gue." Elak Canyol nggak terima.
"Gue kira mau deketin cewek. Kapan lo takennya sih, Yol? Jomblo mulu dari pertama masuk kuliah." Suho heran aja sama Canyol yang banyak deketin tapi kurang berminat buat dijadiin pacar.
"Bro! Jadi kan futsal malam ini?" Seseorang nepuk bahu Suho, menyapa.
"Eh Sello, jadi dong. Nanti chat aja dimana tempatnya.” Jedanya. “Eh iya Hun, duduk dulu sini. Nih, ada temen gue nanyain temen lo yang pindahan dari Inggris itu, katanya mau minta kontaknya." Suho menepuk kursi di sampingnya dan langsung diduduki oleh Sello.
"Ini nih yang temenan sama MaBa pindahan dari Inggris." Sambung Suho yang jelasin ke lain sambil nepuk pundak Sello.
Sello menatap Kai, ia cukup kenal karena cowok itu yang liatin bokongnya Anna dengan penuh minat.
"Aaa~ si Anna, kenapa? Naksir ya? Kalo mau macem-macem sama dia mending nggak usah deh." ucap Sello malas.
"Nah lo ngegas aja, doi-nya lo ya? Dia ada urusan katanya." Suho nunjuk Canyol yang dianggukinya tanda setuju.
'Gue kira yang item mau minta kontak Anna.' Sello ber’oh’ ria.
"Gue punya pacar, woy! Pacar gue temennya Anna juga. Kami temenan bertiga udah lama." Jelas Sello.
"Tantenya minta kontak si Anna." Canyol mulai bersuara.
"Tantenya? Maksud lo, Tante Luna? Kenal dari mana lo?" Tanya Sello yang sedikit kaget.
"Ceritanya panjang, pokoknya Tante Luna minta tolong ke gue, jadi keterusan gini jadinya." Canyol males buat jelasin panjang lebar.
"Siapa Tante Luna?" Dyo mulai kepo.
"Wah! parah lo, Yol. Demen sama tante-tante sekarang? Tck tck tck." Kai menggeleng kepala.
"Gue tampol lama-lama mulut lo, sembarangan kalo ngomong!" Canyol noyor kepala Kai.
Entah mulai dari mana Sello mau menjelaskan kalau Anna kurang suka ada keluarga siapapun yang menanyakan tentang dia, termasuk Tante Luna yang juga dekat sama Sello & Gina sejak SMP.
Kalau Sehun bilang apa adanya pasti sangat bagus image Anna di mata mereka. Apa lagi mereka anak BEM bisa dibilang para mahasiswa teladan.
"Hmm, sorry nih sebelumnya. Gue nggak bisa kasih kontak Anna kesembarang orang, karena ini udah kesepakatan gue sama pacar gue buat jagain Anna,"
"Jadi kalo lo mau, langsung aja ke-orangnya minta ijin ngasih kontak dia ke tantenya." Sambung Sehun dengan hati-hati.
...
"Okay, ini yang terakhir kalinya gue berurusan sama cewek nggak jelas kayak dia." Canyol menghela nafas perlahan lalu mengeluarkannya dengan kasar.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Ting tong
"Masa dia nggak ada di dalem? Kata Sello tadi dia nggak masuk kuliah hari ini.
BUG! BUG! BUG!
"Woy, buka!, Gue tau lo ada di dalem!" Teriak Canyol, ia sebenernya takut kalau tetangga keluar karena keribuatan yang ia buat.
Tak (Suara pintu terbuka)
Brug!
"Astaga!" Canyol kaget melihat Anna tergeletak pingsan setelah buka pintu. Pertemuan mereka selalu aja nggak berkesan.
Ini sudah kedua kalinya mereka bertemu, dengan Anna yang keadaan pingsan. Bedanya sekarang bukan sakit, tapi karena mabuk. Sampai-sampai Canyol bisa mencium bau alkohol dari badan Anna.
Canyol langsung memasang wajah heran nggak suka menatap Anna. Mau nggak mau ia harus angkat Anna ke dalam biar nggak dicurigain tetangga dengan keadaan Anna seperti ini bersama seorang cowok sepertinya.
Setelah Canyol mengangkat Anna, lalu ia merebahkannya di sofa ruang tengah, yang di atas meja terlihat ada dua botol wine kosong dan satu botol masih terisi setengah.
Kening Canyol merengit semakin nggak suka melihat botol-botol itu. Lalu ia beralih menatap Anna yang mulai bergerak memeluk dirinya sendiri, terlihat kedinginan. Iya benar, ruangan ini mulai terasa dingin. Dan Canyol juga merasakannya.
Bukan karena AC yang tiba-tiba mendingin, tapi di luar hujan turun deras sekarang. Terlihat dari kaca besar yang bisa melihat pemandangan kota yang sedang diguyur hujan.
"Mabuk masih tau rasa dingin ya?" Gumam Canyol remeh.
Ia menengok kesekeliling buat cari remot AC. Matanya terhenti keget melihat Anna membuka kemejanya dengan posisi masih berbaring. Canyol yakin Anna belum menyadari keberadaan dirinya yang masih berdiri dengan ranselnya dipunggungnya.
"Eh! Jangan buka baju disini! Bukannya tadi kedinginan?!" teriak Canyol. Ia langsung menutup matanya menggunakan kedua tangannya.
Mendengar suara teriakan seorang cowok, Anna langsung menoleh pada Canyol dengan mata sayunya dengan keadaan mabuk.
"Ansel?" Ucap lembut Anna.
Canyol masih diam engan merubah posisi tangan yang menutup wajahnya karena wanita di depannya ini hanya memakai bra berwarna hitam dan celana treaning panjang hitam.
"Ansel Elgort?" Sekarang suara Anna berubah menjadi bergetar seperti orang yang sedang menahan tangis.
'Ensel Egot? Ada orang lain lagi disini?' Canyol melepas kedua tangan dari wajahnya, ingin memeriksa apa ada orang lain disini. Tapi terhenti dan tersentak kaget, Anna langsung memeluk Canyol dari depan, dan Canyol sadar hanya mereka berdua disini.
'Kalo mabuk begini ya? Nggak bisa mengenali orang lain dengan baik.' Batin Canyol.
Awalnya Canyol ingin melepas pelukan Anna, tapi tangannya nggak bergerak sama sekali setelah mendengar Anna menangis sesegukan di dadanya. Akhirnya Canyol berniat menenangkan cewek mabuk ini terlebih dahulu dari tangisnya lalu ia mau menyadarkan, kalau perlu dengan cara ditampar.
Tangisan Anna membuat Canyol... entahlah, rasa ibanya seketika muncul lagi. Ia seolah bisa merasakan tangisan ini adalah tangisan yang sudah lama dipendam sekian lama. Bahkan sampai terdengar sesegukan yang tidak teratur.
Rasa nggak suka sama iba Canyol sekarang campur aduk. Dalam pikiran Canyol, Anna membutuhkan sandaran untuk mengeluarkan semuanya melalui tangisnya dengan seseorang yang Anna inginkan.
Terlihat jelas dengan Anna yag meyebutkan nama seseorang yang sepertinya seoraang cowok, bukan hanya cowok biasa, tapi spesial bagi Anna. Sampai-sampai membayangkan Canyol adalah cowok itu.
Tanpa sadar tangan Canyol tergerak mengusap pelan punggung Anna yang mulai tenang.
Anna mulai mendongkak menatap Canyol dengan mata sembabnya, karena ada pergerakan dari cowok yang sedang ia peluk ini.
'Udah berhenti nih nangisnya? Pengen banget gampar mukanya biar sadar!' Canyol udah pasang posisi buat ngambil posisi.
Hampir satu menit Anna memandang wajah Canyol mulai dari mata, hidung, bibir, dagu secara bergantian.
Canyol merasa risih diperhatikan seperti itu dengan jarak sedekat ini, lalu ia memalingkan wajahnya kesamping, tapi ditahan oleh kedua tangan kecil Anna yang menangkup wajahnya.
Tangannya beralih ketekuk leher Canyol untuk menariknya agar wajah mereka berdekatan dan mata Canyol melotot karena ada benda kenyal menempel di bibirnya.
'First kiss gue diambil cewek mabuk! TOLONG RASA ALKOHOL!' Teriak Canyol dalam hati.