Rooftop

672 Kata
"ANNA MAEN YOK!" Teriak Gina-Sello masuk ke dalam apartemen Anna. Gina sahabat Anna sedari kecilnya ini memang tahu password apartemennya Gina masuk menuju kamar Anna lalu menengok ke dalamnya, sedangkan Sello duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan Hpnya. "Gue kira belom bangun." Gina mendekat kearah Anna yang sedang  memilih baju buat ke kampus. "Bikin kaget aja lo! Gue kira setan." "Emang ada setan secantik gue!" Gina melempar gumpalan tisu ke arah Anna. Tanpa menghiraukan Gina, Anna memakai baju yang sudah dia pilih. Setelah selesai Anna merapikan nya dan mencari tasnya. Dan tiba-tiba Gina mendekat lalu.. Tuk "AW! Lo kira kepala gue pintu diketok-ketok!" "Yakin lo pake baju begini ke kampus? Sinting lo dikurangin dikit bisa nggak sih, An?" "Udah, ah! Gue males cari baju lagi." Alasan Anna sambil memilih buku yang mau ia bawa. "Gue nggak tanggung ya, kalo si kumis keluarin lo dari kelas!" Tegas Gina memalingkan tatapnya dari Anna, meja rias dan mencoba beberapa lipstik yang tertera di atasnya. Ceklek "Yang?" "Please, jangan panggil ayang-ayangan di depan gue, eneg dengernya!" Protes Anna tanpa melihat ke arah pintu yang hanya memperlihatkan kepala Sello sambil nyengir.     "Yang udah jomblo mah beda, sensian." Sello menekankan kata 'jomblo' lalu menuju ke arah Gina yang sibuk memakai lipstik. "Apaan sih, Hun. Please jangan ganggu gue dulu, nanti cemong, ‘kan nggak lucu jadinya!" Oceh Gina yang masih sibuk meratakan lipstik di bibirnya. "Ada yang lagi pedekate, yang. Sama anak BEM kampus kita." Sello bisik-bisiknya sengaja agak nyaring biar yang digibahin mendengarnya, dan suara itu memang sampai ke telinga Anna. Anna mencoba cuek nggak perduli dengan ucapan Sello karena HPnya yang mulai bergetar tanda seseorang menelponnya. "Hallo Kak," "Nanti jadikan kesini? Gue free sore, sekitar jam 4-5." "Iya, ruangan lo nggak pindah lagi ‘kan, Kak?" "Iya nggak pindah lagi kok. Ya udah, sampai ketemu nanti sore. Bye!" Panggilan terputus, tapi suara kedua sahabatnya masih bisik-bisik nggak jelas. Sello dan Gina yang gibahin Anna langsung natap ke orangnya. "Beneran, Lo?" Pertanyaan itu langsung diangguki oleh Sello. "Ehem! Bisik-bisiknya lanjut di mobil aja. Kita ke kampus sekarang!" Langkah Anna keluar meninggalkan sepasang sahabatnya itu. ...       "Bu, bubur ayamnya dua, sama es jeruknya juga dua." Ucap Sello memesankan makanan untuk Gina dan Anna, sedangkan ia sendiri hanya mengambil minuman kaleng, karena udah sarapan di rumah. Disisi lain, Gina menatap Anna dengan selidik, ia penasaran dengan perkataan Sello di apartemen Anna tadi. Karena risih diperhatikan seperti itu, Anna membalas tatapan Gina nggak kalah tajam dengan mata menghimpit. "Gue tau gue cantik, tapi segitunya lo liati gue, Gin?" Anna mengangkat satu alisnya dengan bingung. "Lo lagi PDKT sama anak BEM yak?" To the point Gina yang bikin Anna emakin bingung. "Gue? PDKT? Lo ngeledek gue?" Anna menunjuk dirinya sendiri. "Buburnya siap nyonya-nyonyah." Sello menaruh napan ke atas meja kantin. Mereka berdua langsung berpaling menatap Sello dengan dua mangkuk bubur ditangannya. Tanpa sadar Anna melihat ke arah belakang Sello ada mahluk berbadan tinggi dan bertelinga lebar memasuki area kantin dengan tas hitam ranselnya di punggung. Mata mereka bertemu setelah beberapa detik Anna melihatnya. Sadar apa yang ia lakukan, Anna langsung berdiri untuk menghampirinya. "Eh, An. Mau kemana lo? Makan dulu!" Gina meraih tangan Anna tapi ditepisnya pelan. Iyap, itu adalah Canyol. Mata Canyol melotot besar ke arah Anna yang melangkahkan kaki ke arahnya. Jangan tanya detak jantung Canyol seperti apa sekarang, sudah heboh sejak mata mereka bertemu. Tentu saja Canyol masih ingat kejadian semalam, yang bikin cowok mata besar ini gelisah nggak bisa tidue karena ulah cewek itu yang sudah mencium bibirnya tanpa permisi. Sekarang Anna menatap penuh selidik pada wajah Canyol yang berdiri mematung di depannya. 'Jadi bener yang kemaren itu dia?!' Raut muka Anna berubah jadi sinis. "Ke Rooftop sekarang!" Tegas Anna yang langsung berbalik meninggalkan kantin. "Gu--" "Gue nggak menerima penolakan." Potong Anna yang jalannya terhenti menoleh kearah Canyol. Lalu ia melanjutka langkah kakinya lagi menjauh dari kantin. Dengan terpaksa Canyol mengikuti Anna yang jalannya terlihat nggak santai menuju tangga. Tanpa sadar di sekeliling mereka termasuk Gina, Sello dan kawan-kawan Canyol menatap mereka berdua dengan berbagai ekspresi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN