Bab 3. RDK

1243 Kata
"Amin, saya pergi dulu. Semoga suatu saat kita dipertemukan lagi dengan keadaan ibu yang selalu sehat walafiat, ya." Alberic beranjak dari tempat duduknya, lalu melambaikan tangan ke ibu itu sebelum ia benar-benar pergi dari sana. Dia melangkahkan kaki menjauh dari rumah wanita tua itu. Beberapa langkah kemudian, entah apa yang membuat dia tiba-tiba ingin menoleh ke arah rumah wanita tua itu lagi. Namun, saat itu dia malah dibuat tercengang kala tak mendapati rumah wanita itu sirna dari hadapannya. "Loh, kok." Yang ia lihat sebuah rumah, namun saat ini rumah itu sirna dan di depan matanya yang mana letaknya sama persis dengan rumah wanita tua tadi. Namun, dia teringat jika ada perintah yang harus ia tunaikan, sehingga mengurungkan niat untuk kembali menghampiri ke saung itu. Alberic menyusuri jalan, berharap bertemu dengan ayahandanya dan saudara laki-lakinya. Jalan setapak yang semakin lama mengantarkannya ke hutan, membuat dia merasa susah untuk menemukan mereka. Alberic sebelum masuk ke dalam hutan semakin jauh, dia mencoba menerawang agar tahu di mana keberadaan mereka sebaliknya. Dia berhenti sejenak dengan matanya tertutup dan jari telunjuknya di letakkan di pelipisnya. "Vultus et ostende (Lihat dan tunjukkan)." Dalam batin Alberic, terlintas ayahandanya sedang duduk di saung di tengah hutan ini dengan di temani Hassel saudara laki-lakinya. Entah apa yang mereka bicarakan tak lagi menjadi fokus perhatiannya, tetapi dia ingin tahu di mana letak saung untuk tempat mereka beristirahat itu. Alberic perlahan membuka matanya, dia mengingat lingkungan yang tampak di penglihatannya tadi. "Mereka di mana?" Alberic meneruskan perjalanannya sembari terus melihat keberadaan mereka. Sedangkan Hassel, dia yang saat ini duduk bersama dengan ayahandanya hanya berpikir untuk meninggalkan Alberic yang sedang bingung di dalam hutan ini. "Ayah, jangan-jangan Alberic di makan binatang buas. Sebab dia terlalu lama tak menghampiri kami," ujar Hassel. "Jangan ngomong seperti itu. Mungkin, Ibu yang tua renta itu rumahnya jauh, sehingga Alberic harus berjalan semakin jauh dari posisi kita saat ini," tegur ayahandanya. "Baiklah," jawab Hassel seraya berjalan menjauh dari ayahnya. Dia menyimpan rasa amarah, sebab merasa ayahnya selalu memihak ke saudaranya itu. 'Alberic, aku nggak akan tinggal diam. Aku tak rela kamu hidup.' "convenite huc (Datanglah)." Alberic mengatakan mantra ini saat dia berada di tempat yang agak jauh dari ayahnya. Dia berkonsentrasi dengan memejamkan mata saat mengucapkannya. Setelah itu, terlihat makhluk yang bentuknya menyeramkan datang dihadapannya. Berkepala singa dan bertanduk seperti rusa, namun badannya kekar bak manusia. "Salam hormat Tuanku" Makhluk itu mengucapkan itu seraya membungkukkan badannya. Makhluk yang tingginya lebih dari Hassel malah tunduk terhadapnya. "Ada tugas buatmu. Buat Alberic tersesat sehingga dia tak pernah sampai di tempat kami singgah saat ini. Saya tak mau tahu, jika kau gagal bakal saya kasih pelajaran!" ancam Hassel ke makhluk itu. "Baik, Tuanku."Makhluk itu dengan cepat kembali melesat dan hilang dari hadapan Hassel. Kemudian, dia seakan-akan tak terjadi apa-apa, sehingga memilih untuk kembali menghampiri ayahandanya. Saat Hassel. Kembali, tak terlihat ayahnya yang sebelumnya duduk di saung itu. "Ayah!" teriak Hassel. Suara kemrusuk angin yang menerpa dedaunan kering, membuat rasa dalam hatinya gelisah. Bukan rasa ketakutan karena ditinggal Ayahnya, tetapi rasa takut jika ayahnya mendengar perkataannya tadi. Dia berlari memutari saung, dia takut terjadi apa-apa dengannya. Hassel yang ke mana-mana selalu membawa panah, dia menarik dari bahunya dan menunjukkan sikap bersiaga jika terjadi hal buruk pada ayahnya. "Ayah!" teriak Hassel lagi. Hassel mencoba cari ayahnya, namun nihil tak ada hasil apapun. Dia kembali dan mencoba kembali mencari ke tempatnya semula, terlihat ayahnya sedang duduk bertapa di sana. "Ayah," panggil Hassel. Dia berjalan mendekati ayahnya, yang perlahan membuka matanya. "Ayah, dari mana?" "Ayah mencoba mencari Albaric, tetapi entah kenapa tak bisa menemukannya. Ayah nggak ingin dia kenapa-kenapa," jawab ayahnya. Beliau mencoba menyembunyikan sesuatu dari Hassel. ---- Yang sebenarnya terjadi, saat Hassel menjauh dari ayahnya, saat itu juga ayahnya menyusul ingin mengajaknya mencari Alberic, tetapi saat itu yang di dapati Hassel tepat mengucapkan mantra pemanggi. Beliau terkejut, kala melihat makhluk yang sedang berhadapan dengan anaknya itu. Yang malah membuat beliau tercengang adalah perkataan Hassel yang meminta dia membuat Alberic tersesat di hutan ini. 'Buruk sekali ternyata kamu di belakang Ayah. Kukira kamu peduli dengan saudaramu, tetapi ternyata seperti ini.' Tanpa banyak kata, ayahnya bergegas kembali ke saung itu dan melakukan pertapaan. Beliau tahu di mana Alberic berada, hanya dia ingin tahu bagaimana respon saudara laki-lakinya jika Alberic tak kunjung datang. Beliau duduk bersila, lalu mata di pejamkan dan membuat gerakan tangan sebelum mengucapkan mantra. "Et ostende venire (Tunjukan dan sampailah)." Dengan sekejap tubuh ayah Alberic sampai di dekat lokasi anaknya. Dia melihat anaknya sedang bertarung dengan makhluk yang di suruh Hassel tadi. Alberic tahu, jika barusan dia melangkah seolah-olah matanya sedang tertutup dengan ilusi. Alberic saat ini bertarung walaupun dia tak bisa melihat makhluk itu. Berbeda dengan ayahnya, yang mampu melihat makhluk itu dengan jelas. Ayah Alberic dengan tindakan secepat kilat membantu anaknya bertarung. Makhluk itu tak mampu menangkap siapa orang yang melawannya saat ini. Alberic pun sama, dia tak tahu siapa yang membantunya. Pertarungan pun tak berlangsung lama, ilmu ayah Alberic yang tinggi membuat makhluk itu kalah dengan sekejab. Saat makhluk itu pergi, barulah ayahnya menampakkan wujudnya ke Alberic. "Salam hormat Ayahanda." Alberic membungkukkan badan. "Anakku, pulanglah. Jangan cari Ayah dan Hassel lagi. Ayah hanya ingin melakukan tes ke dia. Kamu sudah Ayah anggap lulus dengan ketulusanmu membantu wanita tua renta tadi." Ayahnya memeluk tubuh Alberic. "Tapi, Ayah. Apa ini adil untuk Hassel?" tanya Qlberic yang merasa keberatan dengan keputusan ayahnya. "Ini perintah Ayah. Lakukan apa yang menjadi kehendakku, Anakku. Ayah tahu, mana yang pantas dan tidak. Lakukanlah, jangan pernah membantah!" Sesaat mengatakan itu, Ayahnya pun bergegas pergi. Beliau tahu, jika Alberic memang anak yang pantas untuk memiliki tahta yang saat ini masih menjadi miliknya. Kepeduliannya ke sesama, rasa kasih sayangnya ke saudaranya dan kejujurannya membuat ayahnya kagum. Bukan semata-mata karena rasa kasihnya yang membuat Ayahnya memihak ke Alberic tetapi karena hak yang selalu ia terapkan selama ini. Alberic pun segera melakukan perintah ayahnya. Dia kembali ke rumahnya sesuai apa yang dikehendaki barusan. Sedangkan ayahnya, beliau menyembunyikan pertemuannya dengan Alberic, beliau hanya ingin tahu rasa kepeduliannya jika saudaranya hilang. ---- Saat bertemu Hassel, ayahnya hanya berpura-pura tak menemukan Alberic agar rasa memenangkan permainan ini di rasakannya. "Terus kita harus bagaimana, Ayah? Apa kita harus masih mencarinya, setelah apa yang Ayah lakukan." Hassel merasa dia memenangkan ini. Dia menyeringai, sebab ingin Alberic benar-benar hilang dan bahkan di mangsa binatang buas. 'Alberic jangan pernah melawanku. Kamu hanya laki-laki lemah beraling-aling dengan tahta dan kekuatan Ayahanda saja. Semoga kau tak pernah kembali.' "Dia juga anak Ayah. Kita nggak akan pernah pulang, selama Alberic belum ditemukan," jawab ayahnya dengan tegas. "Tapi, Yah...," ujar Hassel merasa keberatan. "Nggak ada tapi-tapian. Ini sudah menjadi keinginan Ayah. Aku tak ingin Ibundanya sedih karena anaknya hilang di saat perjalanan yang dilakukan bersama Ayah." Ayahnya mengatakan ini dengan kata yang begitu tegas. Hassel tak ingin, ayahnya tahu jika dia menginginkan Alberic hilang, hingga dia mencoba mengiyakan keinginan ayahnya saat ini. ☆☆☆ Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Lina Agustin
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN