Bab 1. Dibalik Alasan Menikah
“Lepaskan aku, jangan sakiti aku!
Suara tangisan terdengar begitu memilukan di dalam sebuah kamar pengantin yang begitu indah. Taburan bunga mawar masih terlihat menghiasi ranjang putih besar di rumah seorang laki-laki bernama Bryan Schweitzer, yang merupakan seorang CEO perusahaan Jerman yang sangat terkenal.
Namun, dekorasi indah di kamar itu tidak mencerminkan apa yang terjadi di dalamnya di mana Eleana–seorang wanita cantik berambut ikal tengah disiksa secara keji oleh Bryan–sang suami.
“Kenapa kamu tega?” bisiknya dengan suara tertahan sambil menahan sakit disiksa oleh suaminya.
Saat ini pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya tengah menyakiti tubuhnya.
"Aku tidak menginginkan pernikahan seperti ini. Dulu kamu tidak seperti ini. Dulu kamu begitu mencintaiku. Kenapa kamu memperlakukanku begini?" lanjutnya dengan suara serak.
Laki-laki berambut cokelat berparas tampan itu memegangi dagu Eleana lalu kemudian mencekiknya kejam. "Yang kamu rasakan ini belum seberapa. Yang mamaku rasakan jauh lebih menyakitkan dibanding ini."
"Apa maksudmu?" tanya Eleana, tidak mengerti kenapa suaminya menyiksanya dan terus mengatakan hal-hal yang membuatnya bingung.
“Aku sengaja mendekati kamu, membuat kamu jatuh cinta padaku, memberi perhatian yang luar biasa pada Hendrawan–papa sialanmu itu, sehingga dia mempercayaiku dan melibatkan semua bisnisnya denganku,” ucap Bryan dengan nada penuh kebencian.
"Kenapa kamu sekejam ini?" Eleana berteriak sambil menahan cekikan di lehernya yang semakin keras.
"Itu karena papamu!" teriak Bryan sambil terus mencekik leher Eleana yang sudah memerah. "Rasanya aku ingin membunuhmu sekarang juga," lanjutnya, menahan diri agar tidak membunuh Eleana dengan mudah.
Bryan tidak ingin wanita ini mati terlalu cepat. Ia ingin istrinya merasakan siksaan demi siksaan darinya, sama seperti yang dialami oleh mamanya. Perlahan, Bryan mengurai tangannya dari leher sang istri yang sudah memerah.
"Bunuh saja aku, jangan siksa aku lagi!" lirih Eleana menahan rasa sakit di hati serta di sekujur tubuhnya.
"Aku sudah bilang, aku tidak akan membunuhmu terlalu cepat. Kamu harus merasakan penderitaan yang dialami mamaku," jawab Bryan dingin.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Bryan? Kenapa kamu tega memperlakukanku seperti ini? Malam pertama kita tidak seharusnya seperti ini," ucap Eleana menahan luka.
Bryan menggeram, melanjutkan aksinya. Meluapkan hasrat kelaki-lakiannya berulang kali hingga membuat wanita itu merasa kesakitan karena apa yang dilakukan Bryan bukan perlakuan lembut seorang suami pada istrinya, melainkan perbuatan keji tanpa cinta yang hanya membuat Eleana kesakitan.
"Aku akan terus melakukan ini padamu. Kamu akan kujadikan b***k sampai kamu mati. Setiap hari, setiap saat, kapan pun aku mau, kamu akan aku buat menderita seperti ini," ancam Bryan.
“Kenapa kamu jahat padaku?” teriak Eleana histeris.
Bryan kembali mencekik leher sang istri dengan geram lalu meluapkan semua kemarahannya.
“Karena inilah yang dilakukan papamu pada mamaku hingga mamaku memilih mengakhiri hidupnya. Kamu tahu apa yang aku alami setelahnya? Tidak mungkin kamu paham, Sialan."
“K-kamu sudah gila. Beraninya kamu menuduh papaku,” lirih Eleana terbatuk sambil memegangi tangan sang suami yang terus mencekiknya, membuatnya sesak.
"Diam kamu!" bentak Bryan garang. "Aku sudah menemukan bukti bahwa papa kamu sudah memperkosa mamaku, bukan hanya sekali tapi berulang-ulang. Parahnya, papa sialanmu itu mengancam mamaku akan membongkar skandalnya sehingga perusahaan yang Mama dirikan bersama Papa akan hancur berkeping-keping. Kamu masih tidak percaya? Apa kamu butuh bukti?”
Bryan membalik tubuh Eleana kemudian menuntaskan amarahnya hingga suara erang kesakitan wanita itu menggema di dalam kamar di mana ia berhasil menumpahkan kebencian dalam tubuh wanita yang akan ia jadikan budaknya seumur hidup.
Setelah itu, ia mendorong tubuh istrinya hingga membentur lantai. Bryan lalu mengambil beberapa dokumen yang menunjukkan foto-foto yang memperlihatkan mamanya dengan busana kacau bersama papa Eleana yang bernama Indra Hendrawan.
“Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Ini tidak menunjukkan kalau papaku yang melakukannya.” Eleana yang baru saja mendapatkan kekerasan dari suaminya sendiri meringkuk menahan sakit di seluruh tubuhnya sambil menatap foto-foto itu dengan tatapan tak percaya.
“Bukti-bukti sudah mengarah pada papamu. Ada juga diary Mama yang menjelaskan kalau ia dirudapaksa oleh seseorang. Walau tak ada nama pelaku di diary itu, tapi foto papa kamu tengah memegangi mamaku dengan pakaian sobek di mana-mana itu sudah membuktikan kalau papa sialanmu itu pelakunya,” teriak Bryan emosi.
“Karena itu mamaku meninggalkan dunia ini, memilih mengakhiri hidupnya. Setelah itu, papaku jantungan. Dan, kamu harus tahu kalau aku sangat menderita sejak kecil karena tidak memiliki orang tua. Sementara kamu dan papamu bisa hidup bahagia. Sedangkan aku harus menderita di asrama bertahun-tahun sampai akhirnya aku kembali untuk menjalankan bisnis untuk membalaskan dendam pada papamu.”
Eleana menggeleng keras, tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tidak ... tidak mungkin papaku begitu. Ini pasti salah paham.”
Bryan meraih dagu Eleana lalu mencengkeramnya keras hingga istrinya tersebut mendesis kesakitan.
“Salah paham katamu? Bukti-buktiku sudah lengkap. Bahkan jas papamu ada di dalam lemari mamaku, tahu kamu? Dengar Jalang Sialan, penderitaan yang aku rasakan selama ini tidak akan pernah bisa terbalaskan, bahkan jika aku membunuhmu sekalipun,” ucap Bryan penuh kebencian.
Ia mencengkeram leher sang istri hingga nyaris kehabisan napas, lalu mendorong tubuh wanita itu hingga tersungkur di lantai. Tak pelak, bibir dan pelipisnya pun berdarah.
"Lepaskan aku! Aku ingin pulang!" rintih Eleana menangis pilu. Sungguh Eleana tampak sangat menyedihkan dengan tubuh penuh lebam dan luka.
“Melepaskanmu?” Bryan tertawa terbahak-bahak lalu ia menyeringai jahat. “Selamanya kamu akan terkurung di rumah ini! Kamu tidak akan kuizinkan keluar ke mana pun. Sebentar lagi, kamu akan melihat kehancuran papamu. Aku pastikan perusahaan milik papamu akan hancur berkeping-keping. Kamu tidak akan memiliki harta sedikit pun dan papa sialanmu itu akan terkena serangan jantung."
Eleana tercekat, syok setengah mati. Bryan lalu menarik tangannya, kemudian mengikatnya dalam keadaan penuh luka. Laki-laki itu lalu tersenyum kejam dan berkata, "Tunggu saja di sini. Aku akan kembali untuk menyiksamu berulang-ulang kali agar kamu tahu betapa mamaku pernah merasakan penderitaan serupa akibat papamu. Dan, aku tak akan segan untuk menunjukkan video penyiksaan ini kepada papamu agar dia jantungan dan mati di depan mataku.”
“Jangan ... jangan lakukan itu!” rintih Eleana berderai air mata.
Bryan tertawa puas lalu melanjutkan perkataannya. “Aku akan memberitahunya bahwa perusahaannya akan hancur lalu menunjukkan video penyiksaanku padamu. Kurasa papamu akan langsung mati melihatnya. Setelahnya, kamu yang akan menjadi penuntas dendamku. Bersiaplah menjalani neraka bersamaku sampai kamu mati pelan-pelan untuk menuntaskan semua dendam di hatiku atas semua yang menimpa mama dan papaku, Jalang sialan!”