Penghianat

2417 Kata
“Babe…. Ayo kita pulang.” Kevan menarik tangan Thea dengan lembut dan membawanya untuk berdiri. “Pulang?” Kening Thea mengerut menatap bingung pada Kevan. “Iya,” jawab Kevan singkat. “Meetingnya sudah selesai?” Kevan berikan anggukan dengan segera ia mengajak Thea untuk keluar dari ruangnya. “Cepet banget meetingnya, Kev?” tanya Thea masih menatap Kevan. Ekspresi dan tingkah Kevan mendadak aneh, bahkan pria itu terlihat tergesa-gesa lekas keluar dari ruangannya. “Cuma sign saja Babe. Masalah kerjasamanya sudah beberapa hari lalu di bahas jadi cepet.” “Oh.” Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Thea. Akhirnya keduanya pun keluar dari gedung Elang Group dengan terlihat tergesa-gesa. Wajah Kevan mendadak serius dan yang Thea bisa simpulkan Kevan terlihat waspada. “Sebenarnya kamu kenapa sih Kev? Kok kelihatan panik gitu?” “Nggak ada apa-apa.” Kevan membukakan pintu mobil, Thea pun langsung masuk lalu Kevan langsung berjalan mengeliling mobil dan duduk setelah memasangkan s**t bell pada Thea. Perjalanan Thea menuju apartement Laura terasa hening. Kevan nampak aneh tak seperti biasanya. Thea hela napas pelan lalu memutuskan untuk membuka obrolan di mana Thea punya sesuatu yang sejak tadi menyita pikirannya. “Apa kamu ada masalah Kev?” “Hm?” Kevan menoleh sekilas. Lalu berikan gelengan pelan. “Oh ya, Babe. Nanti malam aku nggak bisa ngajak kamu makan malem di luar ya. Aku ada perlu nggak apah kan?” “Nggak apa. Emangnya kamu mau kemana? Sama siapa?” cecar Thea. Pertanyaan Thea membuat Kevan kembali menoleh, Theanya selama ini nggak pernah banyak tanya apa lagi ingin tahu dengan urusannya. “Aku mau ke apartement Dante dan kita janji di sana sama Jerry.” “Beneran kamu mau ketemu sama Dante dan Jerry? Bukannya Jerry ada di Jepang, cepet banget pulangnya?” Kevan tak menjawab matanya fokus pada jalan untuk segera mengantarkan Thea ke apartement Luara setelah Thea sampai, Kevan akan meminta Daniel untuk menjaga Thea. “Ish, kamu sudah mulai kaya Mita dan Disa nih,” goda Kevan. Dari mata Thea yang menatapnya membuat Kevan paham. Thea terlihat serius dengan pertanyaan. ‘Ya Tuhan. Ada apa lagi coba, masalah kecil seperti ini Theaku itu tidak pernah membesar-besarkannya,’ batin Kevan. “Kok wajahmu mendadak menakutkan gitu sih Babe. Ada apa?” tanya Kevan seraya membelai rambut panjang Thea. “Jujur sama aku yah, Kev.” “Jujur?” ulang Kevan dengan kernyitan kening. “Jujur apaan sih Babe?” Thea membuka tas dan menunjukan dua benda yang di pegang oleh Thea. “Ini punya siapa?” Cit…. Bunyi decitan ban mobil Kevan yang mendadak menginjak rem pun ikut membuat tubuh Thea terhempas ke depan dan hampir saja keningnya mendarat di dasbord. “Maaf Beb.” “Itu test peck dan usg siapa Babe? Punya kamu? Kamu hamil Babe?” tanya Kevan dengan d**a naik turun. Thea mendengus kesal, Kevan bukannya menjawab malah balik bertanya. “Aku sama kamu nggak ngapa-ngapin lho Babe. Ciuman doang. Masa bisa hamil sih.” “Kamu itu nyebelin yah Kev. Aku tanya kamu malah balik tanya aku. Sudah jawab saja jangan sok pura-pura syok kaya gitu, Kev.” “Sumpah Babe. Aku nggak tahu itu punya siapa. Aku pikir itu punya kamu makanya aku tanya juga.” Lagi lagi Thea mendengus jengah Kevan masih belum mengaku. “Tolong katakan padaku, wanita mana yang sudah kamu hamili, Kev!” “Hamili? Babe. Aku….” “Masih belum ngaku juga.” “Mau ngaku gimana orang nggak ada wanita selain kamu. Terus kamu dapet dari mana dua benda itu sampai kamu nuduh aku yang enggak-enggak?!” “Aku temuin ini di meja kerja kamu, Kev! Masih belum sadar juga? Jadi selama tiga tahun kamu selingkuh di belakang aku iya? "Pantas saja Disa nggak izinin aku ke sini karena mungkin ini kan?” cecar Thea panjang lebar membuat Kevan hanya bisa menghela napas pelan. “Aku kecewa sama kamu Kev! Lalu maksud kamu apa melamarku dengan cincin ini kalau ternyata di belakang aku kamu itu selingkuh dan menghamili wanita lain.” Thea melepaskan cincin tersebut dan memberikanya pada Kevan. “Aku benci sama kamu Kev.” “Babe… tunggu dulu. Aku bisa jelasin sama kamu kalau itu bukan punya aku. Aku juga nggak tahu siapa yang sudah simpan itu di laci meja aku karena kemarin-kemarin. "Dua benda itu nggak ada tuh di laci kerjaku, kenapa mendadak ada kamu benda itu muncul?” “Maksudmu dua benda ini tiba-tiba datang begitu saja di laci meja kamu, iya? Ck! Aku nggak percaya.” “Thea…. Dengerin aku dulu.” “Aku benci kamu Kev.” Thea keluar dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam apartement Laura. Beruntung pertengkaran mereka Kevan sudah hampir sampai. Tak ingin Thea membencinya, Kevan turun dan berlari mengejar Thea. Di tariknya tangan Thea. Kevan ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. “Thea dengerin penjelasaan aku dulu.” “Jelasin apa? Apa dua benda itu kurang jelas hah?” seru Thea. Air matanya merebak. Tak kala hatinya begitu sakit dengan penghianatan yang di lakukan Kevan padanya. “Kamu jahat Kev. Kamu tega menghianatiku. Kurang apa aku sama kamu. Lima tahu Kev. Lima tahun aku menunggumu tapi apa hasilnya—” “Please, Thea dengarkan aku dulu. Aku bersumpah padamu. Aku nggak menghamili wanita lain. Aku hanya cinta sama kamu Thea. Please…. Jangan kaya ginih…” “Lalu bukti itu bohong? Terus siapa yang menyimpan benda itu di laci kerja kamu kalau tidak selingkuhanmu, "Kev. Tidak ada orang yang berani masuk ke dalam ruanganmu selain wanita yang selama ini kamu kencani.” “Thea. Please… dengerin aku.” “Pergi Kev. Aku nggak mau ketemu kamu lagi. Aku benci kamu.” Thea mendorong d**a Kevan untuk menjauh, setelah itu Thea berlari lalu menuju lift. “Thea…” “I hate you Kevan!” ucap Thea seraya pintu lift pun tertutup rapat. Kevan mengumpat keras dan menghantam apa pun yang ada di sana sampai sebelah tangannya menghantam tembok. “Haaah. Sial!” umpat Kevan keras. “Ini pasti kerjaan Cia. Siapa lagi yang berani masuk ke dalam ruanganku selain Cia dan Daniel.” Untuk membuktikan tuduhannya, Kevan pun lekas masuk ke dalam mobil dan memeriksa cctv ruangan kerjanya melalu ponselnya dan dugaannya benar. Cialah yang memasukan dua benda tersebut ke laci sebelum ia datang ke kantor. “Dasar wanita ular. Tunggu balasanku. Aku akan membuatmu menyesal telah berurusan denganku, Cia,” gumam Kevan dalam hati. Di situasi tengah genting seperti ini masih ada masalah yang mengganggu pikirannya. Tidak masalah di markas kini masalah Thea yang marah karena ulah Cia. Helaan napas berat membuat d**a Kevan rasanya sakit. Ia tidak suka melihat Thea menangis seperti tadi. Bahkan pikirannya yang tadi di kuasi oleh The Black King dan James pun mendadak teralihkan dengan masalah baru yang dibuat Cia dengan bukti kehamilan Cia. ‘Maafkan aku Thea. Aku belum bisa jujur padamu. Aku memang pria b******k yang tidak bisa mengakui semua kesalahanku yang sudah menghianati cintamu.’ ‘Aku berjanji padamu, Thea. Setelah kasusu James dan juga The Black King, aku akan mengakui semuanya padamu tanpa ada yang aku tutupi sekalipun itu pekerjaan kotorku,’ gumam Kevan dalam hati. Kevan kembali meraih ponselnya dan mendeal number seseorang. Ia ingin menyelesaikan urusan bisnis kotornya yang bermasalah setelah itu Cia. ‘Astaga. Kenapa Jerry menon-aktifkan ponselnya. Apa dia sengaja karena sudah menebak hal ini?’ batin Kevan mencoba menerka-nerka di saat ingatannya muncul wajah Jerry yang nampak aneh. Kevan pun lekas menghubungi anak buahnya untuk menanyakan situasi di markas. “Hallo Yo, bagaimana situasi markas?” “Sebagian gudang terbakar Bos dan banyak anak buah kita yang gugur Bos.” Kevan menarik napas pelan. “Apa kau sudah tahu siapa yang menyerang kita sampai tahu markas kita berada?” tanya Kevan kembali dengan d**a bergemuruh. “The Black King, Bos. Bahkan dua kaki tangannya turun tangan langsung ke markas kita.” “The Black King?” ulang Kevan teringat dengan perkataan terakhir Dante yang menyebutkan The Black King. “Ya, The Black King. Kabarnya mereka mencari anda Bos. Mereka mencari ketua 13k Blood.” Kevan memijit pelipisnya. “Yo, dengarkan aku.” Pria itu mengangguk pelan di sebarang sana. “Kau kirim anak buahmu untuk berjaga ketat di apartement Laura.” “Siap Bos.” “Lalu kau anak buahmu mencari Honey. Wanita gila judi itu sudah pasti berada di CL milik kita. Laporkan padaku setiap gerak gerik yang mencurigkan.” “Baik Bos,” jawab Yo. “Apa kau sudah menemukan di mana James berada?” Yo di sebarang sana menghela napas berat. “Belum Bos.” “Huuuh….” Seru Kevan. “Kau cari tahu tentang The Black King, laporkan padaku dua jam lagi,” perintah Kevan yang dianggukan Yo di sebarang sana. “Siap Bos.” Lagi lagi Kevan menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. Tujuan Kevan kali ini markas utama 13k Blood untuk mengarahkan anak buah yang tersisa. Getaran ponsel Kevan membuyarkan Kevan dari lamunannya akan siapa The Black King. Kini padangannya turun ke bawah pada ponsel yang terus bergetar dengan number yang tak di kenal. “Hallo….” “Kev… datanglah ke Markas utama.” “Jerry….” “Iya. Aku menunggumu di sini.” “Dante, Jerr….” “Dia ada bersamaku,” jawab Jerry di sebarang sana. Kevan berseru lega ia pun lekas mengakhir panggilann Jerry dan bergegas pergi ke markas utama. CL, Macau. “Kamu belum menemukan mereka, hm?” Kimbely diam dengan kepala menunduk. Aksinya terkesan buru-buru hingga menyerang markas 13k Blood tanpa perhitungan. “Apa barangku sudah kau dapatkan?” “Maaf Tuan.” Kimberly menundukkan kepalannya. “Saya kurang teliti. 13k Blood ternyata punya banyak markas dan saat kita ini kembali mencari markas utama mereka,” lapor Kimberly. Di sinilah Alfred berada. Di CL casino and bar di mana tempat ini adalah salah satu milik dari 13k Blood. Alfred sudah mengantongi tiga ketua 13k Blood di mana satu ketua utamnya masih belum jelas bahkan terdengar sangat di rahasikan dan juga di tutupi rapat-rapat sekalipun nama Black Snake di kenal se-Asia. Anehnya, tidak banyak orang yang tahu bagaimana rupa seorang Black Snake hingga indentitas seorang Black Snake pun begitu sulit di cari. Alfred mengedarkan pandangannya menatap deretan orang-orang yang tengah menggilai permainan judi. “Menurut informasi. 13k Blood sering menghabiskan waktu di tempat ini untuk berjudi dan bertransaksi dengan kliennya. "Tapi hanya Long, Kang dan Dum yang sering berada di tempat ini sedangkan Black Snake selalu berada di balik layar,” kata Kimberly lagi. “Kami masih kesulitan menemukan infomarsi lebih dalam lagi prihal Black Snake. Tapi—" Kimberly menjeda kalimatnya sejenak. Matanya menatap pada seorang wanita di ujung sana yang tengah berteriak histeris. “Aku menang,” teriaknya dengan ekspresi bahagia. “Wanita itu salah satu wanita yang pernah di kencani oleh Black Snake.” “Pria itu berselingkuh?” tanya Alfred yang dianggukan Kimberly. “Yang saya dengar begitu. Tapi kekasih asli Black Snake kini berada di sini berkunjung di Macau.” “Cari mereka sampai dapat. Aku ingin keempatnya berada di hadapanku. Baik keadaan hidup atau mati. "Kau harus membawa mereka,” perintah Alfred yang di anggukan siap oleh Kimberly lalu pergi mencari informasi lebih dalam lagi mengenai Black Snake. “Kau hebat Nona,” seru seseorang lawan. “Ah. Tidak, aku lagi beruntung saja,” ujarnya dengan senyuman ceria. “Apa Nona mau bermain lagi?” tawar salah satu orang dari empat pria yang duduk di samping kanan dan juga kirinya. “Apa kalian tidak takut kalah lagi?” godanya dengan kerlingan mata. “Kami tidak takut,” jawab si pria. “Jangan lanjutkan lagi permianan ini Honey?” bisik seseorang di sampingnya. “Sebaiknya kamu pulang dan bawa pulang semua uang kemenanganmu,” katanya lagi. Honey mengangguk pelan membenarkan. Ia harus pulang sebelum beberapa orang di sana menariknya dari CL. “Maafkan aku tampan. Sepertinya permainan cukup sampai sini. Saya hanya ingin bersenang-senang dengan kekasihku.” “Mana bisa begitu, Nona. Saya sudah siapkan banyak uang untuk bertarung judi denganmu.” “Maafkan saya Tuan tampan. Bye semua,” ucap Honey diiringi kecupan jauh dan tak lupa matanya mengerling genit. Digandengnya tangan si pria. Honey pun berlalu pergi menjauh meninggalkan CL dengan si pria yang tak lepas mengedarkan kedua matanya dengan jeli. Pria itu tersenyum sengit saat melihat beberapa anak buah Kevan yang berjaga di CL. Honey menggandeng tangan si pria dan berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. “Apa kamu mau diantarkan ke penthousemu Hone?” Wanita itu menghela napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Kepalanya menoleh ke samping lalu berikan gelengan. “Kenapa?” “Kevan pasti akan mencarimu, Hone.” “Dia tidak akan mencariku dia sedang bersama dengan kekasihnya.” Helaan napas berat Honey membuat pria itu tahu. Dia tahu Honey pasti sakit hati melihat kenyataan kalau Kevan saat ini sedang bersama dengan kekasihnya, Thea. “Apa kamu cemburu?” Honey diam tak menjawab. “Apa kau sudah jatuh cinta pada Kevan?” tanyanya lagi. Mata Honey menatap pria di sampingnya tanpa menjawab. Pria itu tersenyum tipis sekalipun Honey tak menjawab tapi dia tahu apa yang ada di hatinya. “Bisakah kamu membawaku pergi jauh? Aku tidak ingin berada di tempat yang sama di mana Kevan dan Thea berada.” Pria itu mengangguk. Honey pun kembali menatap si pria. “Bolehkah aku semalam ini menginap di apartementmu?” “Tentu,” jawabnya singkat. Pria itu membawanya jauh bahkan ketempat yang tidak ada orang tahu sekalipun teman-temannya. Honey mengikuti langkah si pria yang berjalan di gang sempit dan masuk ke dalam pertokoan kecil padat penduduk. “Masuklah,” pintanya. Honey masuk ke dalam sebuah rumah kecil tersebut dengan mata yang sejak tadi menatap terkejut. “Kamu tinggal di sini? Kemana apartementmu yang mewah itu?” tanya Honey nampak bingung. Pria itu tak menjawab lalu. Fokusnya pada mata dan tubuh Honey, ia mendekat dan langsung melumat bibirnya. “Kang…” panggil Honey di sela panggutannya. “Aku merindukanmu Honey. Kau boleh bertanya apapun padaku tapi setelah aku melepas rinduku pada tubuhmu ini,” jawabnya seraya menindihi tubuh Honey. Dua puluh menit kemudian… Honey menteralkan deru napas dengan mata yang menatap ke langit-langit setelah selesai penyatuannya. Kepalanya kini penuh dengan pria di sampingnya. Rumah kumuh dengan kasur tipis dan kecil. “Apa kamu jatuh miskin sampai kamu tinggal di rumah sempit seperti ini?” “Tidak.” “Lalu?” Honey menoleh ke samping di mana pria itu sama menatap pada langit-langit kamarnya. “Apa Kevan mengetahui hubungan kita sampai kau meninggalkan apartementmu?” “Apa kau berkelahi dengan Kevan?” cecar Honey. Pria itu menatap Honey cukup lama lalu berkata, “A-Aku….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN