Hari pertama Zayn resmi “magang” di kantor, suasana sudah seperti konser mini. Hampir semua karyawan, terutama yang perempuan, berusaha mencari-cari alasan untuk mendekat ke meja Viona—karena di situlah Zayn ditempatkan.
Viona menatap layar komputernya dengan wajah datar, pura-pura tidak peduli.
“Pak Bimo bener-bener keterlaluan… dari semua orang, kenapa harus gue yang jadi babysitter artis ini?” gerutunya dalam hati.
Sementara itu, Zayn duduk di sebelahnya dengan santai. Kemeja rapi, rambut klimis, tapi… tangannya sibuk mengetik di keyboard laptop kantor seperti orang yang baru pertama kali pegang komputer.
Viona melirik layar dan hampir jatuh dari kursinya.
“Zayn… itu Excel, bukan Instagram.”
Zayn mengangkat wajah, tersenyum polos. “Oh ya? Kok tampilannya jelek banget? Kayak spreadsheet utang warung.”
Viona menepuk jidat. “Emang spreadsheet woii”
Lima menit kemudian—
“Eh, Vio… kenapa file ini ilang?”
“zayn, itu tadi Lo delete sendiri.”
“Oh iya? Gimana balikin?”
“lo jangan asal pencet tombol! Itu ctrl + alt + delete, bukannya undo!”
Suara tawa kecil terdengar dari meja sebelah. Semua orang jelas-jelas menikmati “pertunjukan” gratis Zayn yang sedang belajar jadi pegawai.
Dan puncaknya terjadi saat Zayn mencoba mengirim email ke klien. Viona baru sadar ketika bunyi notifikasi masuk ke semua orang di kantor.
Subject: “Kerja kantoran ternyata lebih susah daripada syuting ciuman.”
Body: “Tolong bimbing saya dengan sabar. Salam ganteng, Zayn.”
Seluruh kantor meledak menahan tawa. Viona hampir menjerit sambil merebut laptop dari tangannya.
“Zayn !! Itu bukan email pribadi, itu barusan ke semua orang di mailing list kantor, termasuk DIREKTUR!”
Zayn mengedip santai. “Yah… bagus dong. Minimal direktur tau gue ganteng.”
Viona ingin segera mengundurkan diri. Tapi sayangnya, Pak Bimo malah lewat sambil bertepuk tangan.
“Bagus, Zayn!! Semangat belajarnya luar biasa! Dan Viona, kamu hebat sudah sabar mendampingi dia.”
Viona hanya bisa memelototinya. Zayn, di sisi lain, malah menyeringai puas sambil menyandarkan dagu di tangannya.
“Gue rasa… tiga bulan ke depan bakal seru banget.”
Viona langsung bergidik.
“Seru apanya… ini bakal jadi neraka dunia.”
***
Sore harinya, saat Viona baru saja menyalakan komputer untuk mengecek email, ia mendapati notifikasi aneh. Grup kantor heboh, timeline sosial medianya penuh tag.
Dan di layar ponselnya, terpampang sebuah foto: dirinya sedang memarahi Zayn di rapat, lengkap dengan ekspresi garang. Caption-nya berbunyi:
“Cewek misterius yang berani bentak Zayn Sagara!! Siapa dia?”
Postingan itu sudah ribuan kali dibagikan, bahkan masuk trending. Kolom komentar penuh spekulasi:
“Gila, cewek ini siapa? Kok berani banget?!”
“Pacarnya Zayn ya? Pantes galak.”
“Astagaaaaa jangan-jangan ini cinta lokasi???”
Viona hampir pingsan.
“Ya Tuhan… hidup gue resmi berakhir…”
Sementara di seberang meja, Zayn malah santai memainkan pulpen sambil tersenyum jail.
“Tenang aja, vio. Dari jutaan cewek di luar sana, cuma lo yang bisa bikin gue kelihatan kayak murid dimarahin guru. Itu… sesuatu banget, tau.”
Viona menatapnya penuh horor.
“zayn, ini bencana! Gue bisa diburu fans-fans lo!”
Zayn mengangkat alis, senyum tipis muncul di bibirnya.
“Ya kalau gitu… biar gue yang jadi bodyguard lo.”