Perkenalan

1047 Kata
Jalanan yang begitu penuh dengan kendaraan menyebabkan jalan menjadi macet, mobil yang kini seorang wanita kendarai pun tak bisa bergerak. Kenapa ini harus terjadi pada dirinya? Ia memiliki pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Aletta Marrivale, wanita pemilik rambut panjang berwarna cokelat gelap, mata berwarna hazel dan bibir mungil yang menambah kesempurnaan wajahnya. Ia berusia 25 tahun dan saat ini bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jerman. Ini merupakan tahun ke dua ia bekerja di Theme On Group dan hari ini dirinya tidak boleh terlambat karena bila ia kehilangan pointnya itu akan mempengaruhi segalanya. "Tenang Aletta, kau memiliki waktu satu jam lagi, ini pasti akan cepat berlalu." Aletta kini menyemangati dirinya sendiri, karena kalau bukan dirinya siapa lagi. Di saat ia tengah menatap lurus ke depan dengan di temani suara klakson mobil yang saling besautan, sebuah pesan masuk pun ia terima diponselnya. Jangan terlambat Letta. Ingat point dan juga meeting penting hari ini. Marshell mengingatkan dirinya melalui pesan kepada dirinya. "Aku berharap setelah ini jalanan benar-benar lancar Shell." gumam Aletta saat melihat mobil di depannya mulai berjalan perlahan-lahan, ia pun mulai menggerakan mobilnya dan meninggalkan posisi mobil sebelumnya. *** Asap rokok kini memenuhi ruangan yang di d******i warna hitam, di sana pula seorang pria tengah duduk di kursi dengan sebatang rokok yang terselip di antara jemarinya. Sebuah laptop di hadapannya pun kini tengah tersambung sebuah panggilan video call. "Bagaimana bila nanti malam pertemuan tersebut akan kami ada kan?” Sejenak ia menghisap rokok yang berada diselipan jemarinya lalu kembali membuang asap tersebut. Keheningan beberapa saat terjadi ketika pria pemilik rahang tegas ini terdiam dan hanya fokus terhadap rokoknya, mengabaikan tawaran seseorang yang tengah berada dalam panggilan video dengannya. "Nanti malam?" ujarnya, bola mata berwarna biru tersebut mengarah ke arah layar laptop, lebih tepatnya menatap pada seseorang yang berada dalam panggilan teleponnya. "Ya." ucapnya dengan anggukan kepala. Rokok yang masih setengah itu pun ia matikan, kini pandangannya benar-benar hanya tertuju kepada layar laptopnya. Tatapan tajam yang dimiliki pria ini benar-benar tak ada yang berani menatapnya dengan begitu lama, sama halnya dengan pria paruh baya yang berada dalam panggilan video tersebut. "Bagaimana Tuan Matthew? Matthew Gualtiero itulah nama sang pemilik bola mata biru tersebut, berusia 30 tahun, ia merupakan anak pertama dari keluarga Gualtiero, salah satu keluarga penting yang terkenal di Jerman dan juga Italia. Pesonanya yang memukau membuat para wanita di kalangan atas banyak menyukai dirinya, namun sayang karena ia merupakan tipe pemilih, hal itulah yang membuat para wanita yang mendekatinya perlahan menjauh. Sebuah anggukan pelan Matthew lakukan dengan ekspresi datar yang ia miliki. "Pastikan pertemuan malam nanti aman, kalau tidak--" "Itu sudah pasti, jangan mengkhawatirkan hal tersebut." ujarnya yakin, karena tidak ada yang berani bermain-main dengan keluarga Gualtiero. "Oke." Matthew langsung memutus sambungan telepon tersebut dan langsung menutup layar laptopnya. Sejenak Matthew menghela napasnya dan mulai beranjak bangkit dari kursinya lalu melangkah keluar. Di depan pintu ruangannya selalu stay bodyguardnya Robert Edmund, bodyguard sekaligus teman masa kecil Matthew yang berusia 29 tahun , bahkan Matthew sendirilah yang meminta Robert menjadi bodyguard, karena hanya ia saja yang bisa ia ajak kompromi bila Ayahnya memaksanya untuk melakukan sesuatu hal yang tidak ia sukai. "Beritahu Ayahku, aku harus mendatangi pertemuan rahasia." ucap Matthew sembari berjalan menuju kamarnya. "Tapi hari ini anda memiliki jadwal meeting pertama kali--" "Kau mengerti pertemuan rahasia kan?" ucap Matthew dengan suara bass-nya. Robert meneguk ludahnya sendiri saat mendengar suara mode serius dari Matthew. Di rasa bodyguardnya itu telah mengerti dengan perkataannya, Matthew kembali melanjutkan langkahnya lagi untuk kemudian segera mempersiapkan diri. *** Aletta saat ini tengah berada di ruangan meeting bersama dengan rekannya yang lain, beruntung ia masih bisa mengejar waktu untuk bisa segera sampai ke sini tepat waktu. Di sebelahnya telah ada sahabatnya Marshellia Cathrine, wanita dengan tubuh tak kalah ideal dari Aletta bisa dikatakan kecantikan mereka sebelas dua belas.berusia 24 tahun. "Kau liat Boss kita ini, ia tampan sekali Lett." bisik Marshell sembari memandang tuan tampan yang tengah menjelaskan di depan dengan wajah seriusnya. "Ya Tuhan Shell, kita sedang meeting, kenapa pikiranmu ke arah lain." balas Aletta juga dengan berbisik yang pastinya dengan hati-hati takut percakapan diam-diam mereka terdengar oleh atasannya itu. "Aku berkata jujur, ia tipeku sekali." Marshell benar-benar terpana dengan atasannya itu, dadanya yang bidang membuat dirinya ingin sekali menyentuh dan merabanya. "Iya aku mengerti tapi sekarang kau harus fokus--" "Sisi sebelah kiri, kursi nomor empat, bisa untuk fokus?" Aletta menegang lalu memejamkan matanya. Semua karenamu Marshell! ucap Aletta dalam batinnya merutuki sahabatnya itu. "Maaf Sir.." Ucap Aletta tak enak hati, tangannya yang berada di bawah ia gunakan untuk mencubit pelan lengan sahabatnya. Boss mudanya itu kembali melanjutkan pembicaraannya yang sempat terpotong itu. Zico nama sang boss mudanya itu, berusia 27 tahun ia merupakan salah satu penerus dari perusahaan ini. Pria itu telah membawa banyak prestasi bagi perusahaan ini. Yang pastinya, wajahnya yang tampan terkadang membuat para pekerja justru malah terfokus kepada wajahnya dibandingkan dengan pekerjaan mereka. "Apa sudah jelas?" ucap sang boss muda ini mencoba meyakinkan semua orang di ruang rapat ini dengan apa yang telah ia jelaskan sepanjang rapat. "Kalau begitu saya akhiri rapat hari ini, terimakasih dan lanjutkan pekerjaan kalian." ucapnya sembari berdiri dari kursinya kemudian di ikuti dengan yang lain sebagai tanda hormat. Setelah boss mudanya itu pergi, Mashell menunjukkan ketertarikannya kepada Zico. "Kau liat Lett, ia benar-benar membuat jantungku berirama seperti ini." ucap Marshell dengan memperhatikan raut wajah yang tengah jatuh cinta. "Ingat posisinya apa dan turunkan mimpimu Marshellia." ucap Aletta seolah menampar kenyataan yang ada. Dan pada akhirnya perkataan Aletta membuat Marshell memanyunkan bibirnya. "Semua orang bebas untuk jatuh cinta kepada siapa pun terkecuali jatuh cinta kepada seseorang yang telah memiliki pasangan." ucap Marshell yang rupanya masih menyemangati dirinya. "Memangnya kau tahu ia memiliki pasangan atau tidak?" "Feeling ku berkata tidak." ucap Marshell dengan percaya diri. Aletta berdecih mendengar perkataan Marshell. "Ya, terserah kau saja.." Marshell tersenyum lebar, kemudian ia memilih untuk lebih dekat lagi kepada Aletta. "Hari ini kau tidak melupakan sesuatu kan?" Aletta menautkan ke dua alisnya. "My birthday Letta!!" Marshell memanyunkan bibirnya. Tentu saja Aletta mengingatnya, hari ini merupakan acara ulang tahun sahabatnya yang akan ia adakan di suatu tempat yang telah ia rencakan itu. "Jam delapan malam, bawa kadomu untukku." Aletta hanya bisa mengangguk dengan tagihan Marshell akan kado ulang tahunnya itu, tentu Aletta tidak akan melupakan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN