satu

1117 Kata
Beberapa bulan yang lalu... "Radha!" "Radha!" "Radhayana Saviela Brathawidjaya!" Radha yang masih memeluk gulingnya dengan erat terpaksa terbangun karena suara keras ibunya. "Apa sih ma?" keluhnya tak kalah keras. "Bangun dan cepatlah turun kemari! Ada yang perlu mama dan papa bicarakan." Radha tersadar mendengar nada serius dari Iiunya. 'Oke Radha sekarang coba pikirkan kesalahan apa yang kamu perbuat sampai Mama memanggilmu?' Radha berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan berpikir keras. Ngutang? Rasanya tidak mungkin. Bayar kuliah belum lunas? Lah itu apalagi, tidak mungkin sekali rasanya. IPK jelek? Hmm iya sih tapi 'kan tidak hancur-hancur amat, lagipula dia sudah selesai sidang dan tinggal menunggu wisuda jadi sudah pasti tidak ada sangkut pautnya sama hal kuliah. Radha berusaha berpikir keras sampai ibunya meneriakinya lagi. "Kalau kamu tidak turun sekarang juga, mama siram kamu ya!" Tanpa berpikir lama, Radha segera keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. "I'm here, Mom!" ujar Radha ceria, tetapi ekspresinya berubah mendapati wajah kedua orang tuanya yang sama sekali tidak tersenyum melainkan murung. Seolah-olah mereka memikirkan sesuatu yang amat sangat berat. Radha segera duduk disamping ibunya. "Kenapa sih ma? Pa?" Ibunya tersenyum kecil dan menyentuh pipi Radha. "Tunggu kakak-kakakmu sekalian ya, nak." Tak berapa lama berselang Mimi dan Kris datang, mereka ikut duduk di seberang Radha dan ibunya. "Kenapa papa dan mama mengumpulkan kami semua disini?" Tanya Kris tenang. Wajah Adam—ayah mereka—berubah menjadi kemerahan mendengar pertanyaan Kris. "Kamu sudah tahu alasannya, Kris!" "Papa tidak menyangka, kamu malah mengkorupsi dana perusahaan kita untuk clubbing dan menghamburkannya untuk kesenangan kamu sendiri! Kamu itu anak paling tua, kamu jangan bikin malu papa! Kinerjamu saja tidak bisa dipertanggungjawabkan di kantor bagaimana kamu memberi contoh yang baik untuk kedua adikmu?" lanjutnya. Radha terdiam menyaksikan betapa marah ayahnya terhadap kakak laki-lakinya yang biasanya selalu dipuji-puji. Bagaimana tidak? Setahu Radha, ayahnya benar-benar menyayangi kakaknya dan mengharapkan banyak dari kakaknya. "Lalu kamu ikut bermain casino dan kalah? Otak kamu dimana, Kris?! Papa menyekolahkan kamu jauh-jauh ke Amerika bukan untuk menjadi orang t***l yang menghancurkan perusahaan seperti ini!" maki Adam. Eva—Ibu Radha—menyentuh lengan suaminya dengan lembut. "Jangan marah-marah seperti ini sayang, aku tidak ingin penyakitmu kambuh lagi," peringatnya. Adam menoleh dan tersenyum kearah Eva Memang, Radha tahu benar kalau Ayahnya itu marah hanya Ibunya yang bisa menenangkan. "Maafin aku, pa..." Kris menundukkan wajahnya tidak mampu menatap kedua orang tuanya, ia merasa gagal menjadi anak dan menjadi kakak bagi kedua adik perempuannya. "Maaf tidak ada gunanya Kris, kamu harus memperbaiki apa yang sudah kamu perbuat! Papa tidak menyangka, kamu malah merusak kepercayaan papa. Selama papa sakit, papa mempercayakan semua ke kamu tapi apa yang papa dapat?" Helaan nafas Adam terasa berat. Ia menoleh kearah Mimi. "Dan kamu, Mimi. Apa kamu tahu kesalahanmu apa?" Radha menatap Mimi dengan bingung, tentu saja, kakak perempuannya ini adalah goddess baginya. Cantik, pintar, elegan, dan serba bisa. Kadang dia iri kenapa dia tidak mendapatkan secuil dari kesempurnaan kakaknya itu. "Tidak, pa," jawabnya singkat. Mimi mengangkat dagunya tinggi sementara Adam semakin pusing melihat kelakuan putrinya yang tidak merasa salah itu. "Pengeluaran kamu minggu lalu sudah mencapai delapan digit angka nol. Apa yang kamu lakukan dengan uang sebanyak itu?" Mimi gelagapan mendengar perkataan Adam. "Dan kamu mau tahu lagi? Papa tahu kamu memberikan itu ke selingkuhan kamu selain kamu gunakan uang itu untuk shopping, ke salon, dan segala kelakuan hedonisme kamu yang lain." Wajah cantik Mimi menjadi pias. Radha sendiri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, Mimi berselingkuh? Kenapa? Setahu Radha pernikahan Mimi dengan Surya, manager keuangan di salah satu bank swasta itu karena cinta bukan dijodohkan atau apapun itu. Tangis Mimi pecah seketika. "Ma-maaf pa... A-aku..." Adam menggebrak meja. "Papa tidak menyangka kamu bisa-bisanya berselingkuh dari Surya! Kamu tahu 'kan kalau Surya itu mau bertanggung jawab atas anak di perutmu itu walaupun anak itu bukan darah dagingnya. Ia bahkan rela menutupi hal itu dari keluarganya. Kamu pikir papa tidak tahu semuanya?" Bahu Mimi naik turun dan bergetar dengan kencang, tangisnya semakin pecah mendengar segala tuduhan ayahnya. Radha sendiri tahu kalau kakaknya itu hamil, tetapi ia kira kakaknya hamil dengan Surya makanya Surya menikahinya. Tapi Radha tidak percaya kalau kakaknya itu hamil karena pria lain. "Memangnya Mimi hamil anak siapa, pa?" Tanya Kris mewakili rasa penasaran Radha. "Kamu tanya saja sendiri ke adikmu itu," jawab Adam dingin. Kris menatap Mimi meminta penjelasan, setelah mengelap air matanya Mimi menjawab, "A-anak d-dari Z-Zaki." Rahang Kris mengeras seketika, begitupula Radha, ia menatap Mimi dengan tatapan kecewa dan tidak percaya. Baik Kris dan Radha tahu kalau Zaki merupakan salah satu mantan Mimi yang abusive, pria itu pernah memukuli Mimi sampai hidungnya patah. Kalau dari segi wajah, Zaki memang tampan tapi soal sikap? Rasanya ingin Radha tendang! "Kamu masih berhubungan sama pria itu dek? Jangan bilang kamu juga selingkuh sama dia." Mimi terdiam yang disimpulkan baik oleh Kris dan Radha kalau itu benar. "Astaga, Kak Mimi ..." ujar Radha lemah. "Kalian semua harus tahu," Kini Eva yang mulai berbicara, "perusahaan papa kalian sudah diambang kehancuran karena ulah Kris dan nama baik keluarga kita hampir tercoreng karena Mimi, mama yakin kalau Mimi tiba-tiba berhenti berhubungan dengan Zaki, pria itu akan memberitahu keluarga Surya mengenai perselingkuhannya dengan Mimi." Ketiganya diam, Radha sendiri bingung menghadapi situasi pelik ini. Untuk menutup mulut b******n seperti Zaki pasti membutuhkan 'uang' dan hal lainnya tetapi saat ini tidak mungkin menggunakan uang karena mereka sendiri terancam bangkrut. Radha sendiri takut kalau mereka jatuh miskin. Bukan, bukan karena dia tidak bisa menghadapi perubahan itu. Tentu saja Radha bisa karena dia tidak seboros Mimi dan Kris, bahkan diantara ketiganya hanya Radha yang paling 'biasa' saja. Dia hanya tidak bisa memikirkan ibu dan ayahnya. Ayahnya baru selesai operasi pemasangan ring jantung dan masih membutuhkan obat-obatan yang biayanya tidak sedikit sedangkan ibunya tidak bisa gampang kecapekan. Kris juga tampak tidak becus memegang perusahaan dan juga mereka tidak mungkin meminta bantuan suami Mimi karena penghasilan Surya yang tidak terlalu besar. Membandingkan Surya yang bekerja sebagai pegawai biasa dengan perusahaan keluarga Brathawidjaya yang bergerak di bidang ekspedisi, tentu saja kekayaannya jauh dibawah kekayaan keluarga Brathawidjaya. "Dan..." Adam bersuara lagi. "Kita memiliki hutang ke Dexter Group dengan jumlah yang tidak sedikit. Tenggat waktu hutang kita juga tinggal sebentar lagi, kalau kita tidak bisa melunasinya kita bisa kehilangan ini semua." Keheningan menyelimuti kelimanya. Kris membuka suara. "Aku akan coba bertemu dengan CEO Dexter Group untuk meminta keringanan." Mimi turut bersuara. "Aku akan coba membicarakan hal ini ke Surya, siapa tahu dia bisa meminjamkan papa dan kak Kris sedikit uang." "Baiklah anak-anak, terima kasih atas inisiatif kalian. Papa mohon kalian tidak mengulangi kesalahan kalian untuk kedua kalinya, papa sangat menyayangi kalian." Pembicaraan malam itu pun diakhiri dengan pelukan dan uraian air mata, Radha percaya kalau mereka bersama mereka pasti bisa melewati ini semua dengan baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN