PLAK! Satu dokumen yang cukup tebal dipukulkan ke meja Aksa. “Apa maksud kamu? Menghilang selama hampir lima hari sekarang kamu datang bawa kisah menye-menye?” Aydan meluapkan kemarahannya. Semua orang di sana menatap Aydan yang sedang memarahi anak sulungnya. Merasa diperhatikan Aydan meminta Aksa untuk ke ruangannya. “Ke ruangan papa sekarang!” Tergesa Aksa mengikuti ayahnya. “Kamu kalau mau nulis novel atau cerita pendek, bukan di media berita,” sarkas Aydan. “Tulis yang benar, sekarang banyak platform kepenulisan,” emosi Aydan masih meluap-luap. Aksa masih tertunduk menerima kemarahan ayahnya. “Jangan mentang-mentang kamu dipercaya buat jadi pemimpin redaksi terus kamu bisa seenaknya.” Aksa masih bergeming. “Kamu mau kantor kita dituntut gara-gara menyebar berita hoax?”

