Bab 2

938 Kata
Bab 2: Mengais Rejeki Untunglah ada Riana yang sangat bermurah hati meminjakan buku-buku yang dia perlukan. 'Thank You God' bisik Meti lirih atas penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Meti menjalani perkuliahan dengan semangat, tanpa merasa minder dengan teman-temannya yang beruntung mempunyai hidup serba berkecukupan bahkan terbilang mewah. Makan secukupnya dengan asupan gizi yang memadai untuk tubuhnya, dapat membayar uang kos, air, listrik, iuran kebersihan di kosnya tiap bulan secara teratur itu sudah sangat disyukur, mendengar kabar baik tentang ibunya dengan kakak dan adik-adiknya itu sudah sangat membuat dia bahagia. Dengan kosannya yang dekat kampus membuat Meti hanya berjalan kaki lima belas menit tanpa mengeluarkan biaya. Meti mengikuti perkuliahan dengan semangat. Bayangan wajah orang-orang yang dikasihinya menjadi pemompa semangat untuk bisa menjadi doktet suatu hari. *** Hari ini setelah maksn siang di kosannya , Meti membuka chat dari adiknya Melo Hari ini Meti kuliah pagi, siangnya Meti pulang ke kosannya, ada chat dari adik perempuannya yang sudah kelas sebelas di sebuah SMA di daerahnya. "Selamat siang kak" "Iya Mel, kakak habis makan siang. Baik-baik kan kalian di situ? "Begini Kak, tapi Kakak jangan panik ya, ibu kemarin jatuh di kamar mandi. Kami langsung bawa ke rumah sakit dan ibu diopname di sana" "Ya Tuhan. Bagaimana keadaan ibu Mel?" "Ibu tidak bisa berjalan harus dipapah Kak" "Rindu pulang Mel, tapi Kakak sementara mid semester", tak terasa air bening menggulir di pipi Meti yang putih mulus. "Kakak baik-baik di situ. Saya dan dek Sandi bisa jaga ibu di rumah sakit kok. Ini saya di rumah beres-beres, Sandi di rumah sakit jaga ibu, saya juga sudah beritahu kak Yusuf untuk datang Ibu." Yusuf tinggal di kota tetangga kota Meti. "Oke adik cantikku, terima kasih sudah merawat ibu kita tercinta, baik-baik ya sama Sandi" "Sip lah kakak baik-baik juga di sana kakak cantikku". Meti mencari nomor Sandi, adiknya yg kuliah di Fakultas Teknik Sipil di daerahnya. "Siang kak,nih saya di rumah sakit temani ibu", sambil Sandi mengarahkan kamera hpnya ke sebuah ranjang yang ditempati ibu mereka.Ibu Dorkas melihat ke hp Sandi dan melihat wajah Meti ada di situ. Ibu Dorkas tersenyum manis memandang wajah putrinya yang berada di seberang. Walaupun dalam keadaan sakit ibu Dorkas tetap berusaha menampakkan wajah yang tegar di hadapan anak-anaknya. "Ibu, Meti rindu mau pulang ketemu Ibu, tapi masih mid semester dan tidak ada uang pesawat Bu. Meti doakan Ibu berangsur sembuh", dengan suara gemetar dan butiran-butiran kristal putih dirus di pipinya Meti menatap sendu ibunya yang tengah terbaring lemah. "Ibu baik-baik Met, sebentar juga sembuh. Nih ada adik kamu yang menjaga Ibu" "Iya kak, ada Sandi di sini siap menemani Ibu. Kalau saya kuliah, Melo sekolah ada tante Maria menemani Ibu di sini Kak", Sandi memberi penguatan kepada Meti agar tidak terlalu kuatir akan keadaan ibu mereka. "Iya San, thanks ya adik ganteng. Cium manis untuk ibu ya. Um. muahh," Meti mengakhiri telepon dengan adikya. Setelah mendengar kabar bahwa ibunya sakit, perasaan luluh yang mencabik-cabik semangar juang Meti untuk menjadi seorang dokter. Tulang punggung keluarganya kini dalam keadaan rapuh hampir patah. Dia, Sandi, Melo masih sangat membutuhkan ibunya dalam segala hal, kasih sayang, perhatian, tempat curahan hati, terlebih-lebih finansial untuk biaya sekolah mereka. Sambil duduk termenung Meti memikirkan hari-harinya tanpa kiriman dana dari ibunya. Di mana dia mau ambil uang kos, pembeli sabun, pembeli beras dan sebagainya?. Memikirkan semua itu membuat matanya berkaca-kaca akhirnya air mata tumpah mengaliri pipinya tanpa bisa dibendung. 'Aku harus mengais recehan-recehan agar aku survive menuntut ilmu', kata Meti pada dirinya sendiri. Meti browsing di internet mencari restoran yang dekat dengan kosnya dan kampusnya. Meti ingin mengaia rejeki di restauran jadi tenaga cuci piringpun akan dia geluti. Dia mendapat di browsing internet Restauran Citra yang dekat dengan tempat tinggalnya. Malamnya Meti menulis lamaran ke Restauran itu sebagai Cleaning Service dengan ijazah tamat SMP. Tanggal sudah menunjukkan angka dua puluh tujuh itu berarti tinggal empat hari dia harus membayar sewa kosnya, sementara ibunya baru hari ini keluar dari rumah sakit dengan keadaan tak bisa berjalan atau terkena stroke.Ahh ! Meti pagi ini pergi membawa surat lamarannya ke Restoran Citra kebetulan hari ini tidak ada kuliah. Meti bertemu dengan manager restauran sambil membawa lamaran kerjanya. "Apakah kamu pernah kerja sebagai cleaning service sebelumnya?" "Belum Pak, tapi saya akan bekerja dengan baik". "Oke, jam kerja kamu jam empat sore sampai jam delapan malam. Gaji dua juta rupiah perbulan ditambah makan malam di sini. Bagaimana?" "Terima kasih Pak. Kapan saya mulai kerja?" "Besok sudah bisa. Tunggu ya saya telpon bagian pakaian seragam untuk membawakan untukmu" Setelah mendapatkan seragam sebagai cleaning service Meti kembali ke kosannya.'Terima kasih Tuhan, semoga tempat kerjaku baik-baik saja', bisik Meti pada dirinya. Hari pertama Meti mulai bekerja dengan memakai seragamnya. Bisa saja sih Meti memakainya setelah sampai di resroran tapi dia pikir mengapa harus malu?. Perjalanan dari kosannya ke tempat kerjanya ditempuh dua puluh menit dengan jalan kaki. Meti selalu membawa payung lipat di tasnya yang sewaktu-waktu bisa digunakan pada saat hujan yang kadang-kadang turun seketika. Di restoran itu terdiri dari tiga ruang yang dibatasi sekat yang bisa dipindah-pimdah. Warna tembok didalam ruang adalah putih tulang dan warna cat di luaenya oranye. Firnitur meja dan kursi dari kayu bayam yang difernish dengan warna hitam. Sangat elegant. Shift Meti selalu ditemani dengan seorang gadis seusianya. Tak ada kata gengsi dalam hatinya yang penting pelerjaan halal dan dia terus bisa sekolah. Dengan ketulusan hati untuk bisa makan, bayar uang kos tiap bulan Meti kerja sepenuh hati. Bukankah ada cita-cita luhur menjadi seorang dokter harus diperjuangkan dengan kerja keras semampu yang dia bisa? .Meti bersyukur untuk makan malam tak perlu lagi dia pikirkan. Hari ini Meti gajian yang pertama di tempat dia bekerja. SMS banking masuk di haprnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN