bc

Pembalasan Istri Kaya

book_age16+
detail_authorizedDIIZINKAN
314
IKUTI
1.0K
BACA
family
powerful
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Denis terkejut ketika bekerja sebagai pengantar makanan untuk seorang wanita bernama Risma. Wanita itu adalah istrinya di masa lalu. Penampilan Risma berbeda dan dia menjadi wanita kaya. Denis dengan segala cara meminta maaf pada Risma agar menerima dirinya kembali sebagai suami karena mereka belum bercerai setelah Risma kabur dari rumahnya lima tahun yang lalu. Tentu perkataan mantan suaminya mendapat cibiran dari Risma. Kembali pada Denis sama saja neraka baginya apalagi hidupnya sudah bahagia.

Denis tidak pernah tahu bagaimana perjuangan Risma selama pergi dari rumahnya lima tahun yang lalu. Dia harus mengalami masa kelam dan menyakitkan. Bertahan hidup atau dirinya binasa. Di saat terpuruk, Risma bertemu dengan Guntur. Lelaki itu bagaikan air yang melepas dahaganya. Risma jatuh cinta lagi dengan Guntur dan melupakan Denis serta keluarganya yang banyak memberikan luka. Denis tidak terima dengan perhinaan Risma padanya. Karena Risma tidak mau kembali padanya, Denis mencoba mencelakai Risma dan membalas sakit hatinya.

Bagaimana Risma menghadapi Denis dan keluarganya yang selalu datang meneror? Apakah Risma bisa sepenuhnya lepas dari Denis yang selalu mengganggunya? Akankah Risma bahagia dengan Guntur?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Kembali Terkenang Masa Lalu
Bab 1. Kembali Terkenang Masa Lalu Langit kelam dibalut awan hitam ... Akankah mendatangkan cerah ... Bukankah setelah gelap terbitlah terang ... Pasti langit akan berubah ... Mentari akan kembali menunjukkan sinar indahnya ... Apakah hatiku demikian ... Aku akan selalu merindu ... Mendekap tubuh mungilmu ... ** Aku memandangi photo itu. Photo putri kecilku. Sudah lima tahun berlalu setelah kematian anakku. Kematian yang menyayat jiwaku dan membuat separuh duniaku runtuh. Hilang, ya separuh hatiku sudah di bawanya pergi. Hanya meninggalkan separuh lagi. Setiap malam bila hujan turun aku akan selalu teringat dirinya. Malaikat kecilku mungkin disana lebih baik untukmu dari tinggal di dunia bersamaku. Namun kerinduan berjumpa denganmu membuat hati ini semakin rapuh. "Bu, Ada yang mengantar makanan," kata Satpam ku melalui interkom. Serta merta aku menghapus tetesan embun yang meluncur begitu saja di wajah ini. "Baik. Tunggu sebentar aku akan turun," kataku pada Pak Darma. Satpam yang ku percaya menjaga rumahku. Aku menuruni anak tangga rumah mewahku. Sudah dua hari Bi Narti pulang kampung. Dia meminta izin karena anaknya sedang sakit. Sebenarnya dengan berat hati aku mengizinkannya karena tidak ada yang akan mengerjakan tugas rumah tanggaku, Aku adalah wanita modern yang sangat sibuk. Setiap harinya ku lalui dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak ada waktu untukku buat bersantai. Sampailah aku didepan gerbang milikku, Satpam sudah siaga membukakan pintu. Dua hari ini pula aku memesan makanan secara online, karena aku memang tak sempat memasak. Aku sebenarnya malas menemui kurir pengantar makanan namun kemarin ada kurir yang salah mengantarkan makanan dan Satpam ku yang menerima. "Ini Bu pesanan makanannya," kata kurir pengantar makanan. Kurir itu melihat lebih lanjut gawainya. "Ibu Risma ..." Dia mengamati wajahku dalam dalam. Betapa shock nya kami berdua saat itu. "RISMA! Apakah itu kamu Risma ..." ulang nya lagi tak percaya. Mataku mendelik menatap sosok kurir pengantar makanan itu. Ya Tuhan mengapa aku harus bertemu dengan dirinya. Orang yang tidak ingin kutemui seumur hidupku. Laki laki yang telah lama menyayat hatiku dan merenggut anakku. "Maaf siapa ya, saya tidak kenal." Suaraku nyaris bergetar mengatakan hal itu. Kakiku rasanya lemas bertemu bajing*n seperti dia. Aku nyaris rubuh namun ku tahan perasaan sakit ini dalam dalam agar tak menguap keluar. "Apakah kau tak ingat padaku, Ris. Aku Denis, Ris. Suami kamu, aku Denis." Katanya mendekat untuk meyakinkan diriku. Aku mundur beberapa langkah ketika dia mendekat. "Oh. Ya aku ingat dirimu, laki laki brengs*k yang sudah membuang ku. Berikan makanan itu," kataku mengambil secara kasar makanan yang memang akan diantarkannya. "Syukurlah, kau mengingatku, Risma. Aku tak menyangka kamu menjadi berubah begini Risma. Kamu lebih cantik sekarang dan apakah ini rumahmu, Sayang?" tanya nya sambil meraih tanganku untuk dipegang nya. Tubuhku segera bereaksi diperlakukan seperti itu. Tanganku melayang ke pipinya secara kasar. "Berani sekali kamu menyentuhku!" seruku padanya. Dia terkejut dengan perlakuan kasar ku dan keberanian ku. Aku mundur teratur meninggalkannya. Aku menyuruh Satpam ku untuk menyelesaikan pembayaran makanan yang sudah diantarkan Denis mantan suamiku. ** Kenangan itu kembali menyapa, bayangan lima tahun lalu menari nari dibenak ku. Aku tak akan melupakan peristiwa yang menyayat jiwaku, membuat malam ku menjadi berembun karena tetesan air mengalir lewat netraku. Aku tak akan pernah lupa kejadian kelam yang sudah mengubah hidupku. Di mana anakku tidak akan pernah lagi ku dekap. Aku tak akan pernah lupa bayangan Ibu yang seharusnya menjadi pelindungku namun malah menganiaya diriku. Aku tak akan pernah lupa sikap kasar mantan suamiku dan ipar iparku yang tidak menganggap diriku keluarga mereka melainkan orang lain yang bisa seenaknya diperalat. "Dasar menantu pemalas. Denis sudah jam segini istrimu itu belum bangun juga. Rumah belum disapu. Sarapan belum dimasak. Pakaian belum dicuci!" Teriak mertuaku. Aku yang merasa lelah masih memejamkan mataku. Bola mataku perlahan kubuka dan seberkas cahaya perlahan masuk menyilaukan retinaku. Kulirik putri kecilku Alisa yang sedang tidur nyaman dan damai. Malam tadi dia sangat rewel. Dia sama sekali tidak mau tidur. Putri kecilku itu mengajakku bermain hingga hampir pukul 02.00 dini hari. Alisa siang tidur hampir tiga jam menyebabkan malam nya dia sulit tidur. Kurang lebih hanya dua jam aku beristirahat dimalam hari karena aturan di rumah Ibu mertuaku sangat ketat. Aku harus bangun jam empat dini hari dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Bisa dibayangkan betapa lelahnya diri ini. Aku adalah istri yang terdzolimi, untuk makan mereka biasanya menjatah ku, padahal aku sudah melakukan pekerjaan rumah tangga yang melelahkan. Hampir tidak ada waktu untuk istirahat bagiku di rumah itu. Gaji Bang Denis pun tak pernah mampir ke tanganku. Sepenuhnya uang nya dikuasai oleh mertuaku. Suamiku bekerja sebagai karyawan di salah satu Bank. Dia akan marah marah bila aku mengungkit masalah uang. Bang Denis sangat patuh dan tunduk pada Ibunya serta adik nya dan Kakak nya. Sedangkan denganku mereka selalu melakukan diriku seenaknya seakan aku Babu dan b***k mereka. Aku menyesal saat itu menikah dengan Bang Denis karena aku tidak pernah bahagia menikah dengannya. Aku adalah yatim piatu yang dengan bodoh mau menikah dengannya. Dia awalnya baik ketika mendekatiku. Setelah menikah sikap buruknya ketahuan semua, keluarganya juga sangat kasar dan suka memperalat ku. Aku merasa benar benar menyesal. "Vera tolong sebentar lihat Alisa dulu ya. Kakak mau mencuci pakaian dulu. Sebentar saja." Aku meminta tolong pada adik iparku yang sibuk dengan gawainya. "Enak aja nyuruh nyuruh aku. Alisa itu anak kakak yang bikin kakak kok suruh aku jagain dia sih!" bentaknya kasar padaku. "Tetapi kakak mau mencuci dan pakaian yang dicuci juga pakaian kamu, Vera," lanjutku menahan amarahku. "Ya itu juga sudah jadi tugas kakak. Ingat ya kakak disini itu cuma numpang. Makan gratis, tidur nyaman gratis dan wajar dong kakak kerjakan semuanya!' ucapnya dengan ketus. "Udah sana aku lagi sibuk mau dengerin lagu. Ganggu aja." Vera memasang headset ke telinganya dan mengusirku begitu saja. Aku mengehembuskan nafas berat kulirik Alisa yang sedang kugendong kini. Usia putri kecilku itu sudah setahun lebih. Dia sedang aktif aktifnya bermain kesana kemari. Aku takut Alisa akan memecahkan guci mertuaku seperti yang dilakukannya beberapa hari yang lalu. Mertuaku murka padaku. Dia memaki ku sejadi jadinya. Bang Denis yang mendengar bukannya membelaku malah ikut serta memarahi dan memakiku. Sungguh malang nasibku tinggal di rumah besar milik Ibu mertua bukan membawa kebahagiaan malah menambah malapetaka. Seharusnya aku bahagia karena keluarga Bang Denis termasuk keluarga terpandang. Namun aku malah menderita. Akhirnya kubawa Alisa pada Bang Denis yang saat itu sedang asyik dengan gawainya. "Bang tolong jagain Alisa ya." Dia masih sibuk dengan gawainya. Melirikku pun tidak. "Kamu ganggu aku saja. Hari ini hari minggu. Aku mau bersantai sedikit, ngerti kamu." Dia menatapku dengan sengit. "Tetapi dia kan anakmu juga Bang. Aku mau mencuci pakaian. Sebentar saja setelah itu aku akan tidurkan dia." Dia masih sibuk dengan gawainya. "Ya sudah aku tak akan mencuci pakaian kalau begitu. Biar saja besok kamu kerja tidak ada bajunya!" kataku ketus. Bang Danis menghentikan bermain di gawainya sebentar. Wajahnya terlihat memerah karena marah. "Yasudah letakkan saja dia disitu. Pergi sana kamu!" lanjutnya dengan garang. Aku segera pergi kebelakang dan ku letakkan Alisa didekat Ayahnya, bila pakaian ini tak segera dicuci mertua ku akan marah besar. Setelah mencuci aku juga harus memasak buat seluruh anggota keluarga. Pekerjaan setiap hari yang melelahkan. Ketika aku sedang berkutat di dapur, aku dikejutkan dengan suara beberapa warga yang berteriak teriak. Tiba tiba jantungku berdegup kencang, aku pun ikut berlari keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kutinggalkan pekerjaanku dan berlari sekencang mungkin ke arah suara ramai itu. Disana aku dikejutkan melihat putri kecilku Alisa bersimbah darah. Aku menjerit sejadi jadinya melihat putri kecilku terbaring tak berdaya. Ku dekap dirinya dan ku guncang tubuhnya. "Alisa ... Bangun Nak ... Alisa ... Jangan tinggalkan Bunda, Nak... Maafkan Bunda, Sayang." Anakku tak pernah menyahut sejak saat itu. Anakku pergi untuk selamanya karena dia berlari keluar ketika Vera pulang dengan motor dan tidak menutup pagar rumah. Pagar dibiarkan terbuka dan Bang Denis terus asyik dengan gawainya tanpa mempedulikan Alisa yang sudah berlari ke jalan besar. Aku menyesal saat itu mempercayakan Alisa pada Bang Denis, aku marah pada Bang Denis karena tidak mau sebentar saja menjaga Alisa. Aku juga marah pada Vera karena membuka pagar rumah dan tidak menutupnya kembali pun dengan Ibu mertua yang memberikan tugas rumah tangga yang sangat banyak padaku. Setelah hari itu aku menjadi pendiam dan pemurung. Aku tak pernah berbicara pada anggota keluarga yang lain. Hatiku masih berduka karena anakku pergi untuk selamanya. Aku juga tidak mau lagi mengerjakan tugas rumah tangga yang begitu banyak diberikan seluruh anggota keluarga padaku. Aku membenci mereka semua, mereka semua adalah penyebab kematian anakku. "Risma. Cepat bangun dan kerjakan pekerjaan mu seperti biasa dasar pemalas!" Lagi dan lagi setiap hari Ibu mertua memarahi aku apabila aku tak menurutinya. Aku masih tak bergeming justru aku menarik selimutku ke atas kepalaku. Mertua ku semakin gusar melihatku makin kesini menjadi makin pembangkang. Aku tak peduli dia semakin menjadi memakiku. Dia semakin marah, mertuaku mengambil air kemudian menyiram diriku yang sedang tidur. Aku tersentak karena perlakuannya. "Dasar menantu pembangkang, aku bilang bangun! Enak sekali kamu sekarang kerjaannya makan tidur aja!" Dia semakin menjadi memakiku. "Eh Bu, cukup ya aku tidak akan seperti dulu karena kalian semua sudah membunuh anakku. Kalian pembunuh ... Pembunuh. ..." Aku berteriak teriak seperti orang gila didepan mertuaku, melihat aku seperti itu dia menjadi takut. Sejak kejadian itu, mereka semua takut padaku termasuk Bang Denis, aku akan berteriak teriak bila mereka memarahiku dan membentakku. Tak segan aku mengacungkan pisau pada mereka. Mereka menjadi semakin takut. Sejak kejadian itu mereka menganggap ku gila. Ya aku diungsikan didalam kamar tersendiri seperti orang gila. Padahal aku masih waras. Hingga aku berhasil melarikan diri. Aku benar benar bisa lari dari rumah terkutuk itu. Aku tidak bisa bertahan lagi disana, dulu aku bertahan karena masih ada Alisa. Sekarang alasan ku bertahan sudah tidak ada lagi. Anakku sudah pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Setelah aku lari masih banyak kejadian kejadian memilukan yang aku alami, terlalu pahit untuk diceritakan. Hingga lima tahun berlalu aku bertemu lagi dengannya Bang Denis yang sangat aku benci. ** "Bu. Risma ada yang mau bertemu Ibu." Suara Pak Damar terdengar lewat interkom. "Siapa?" "Seorang laki laki Bu. Katanya penting." Aku mendesah. Malam malam begini sudah ada yang menggangguku. Setelah perjumpaan ku dengan Bang Denis seminggu yang lalu, aku bersyukur dia tidak pernah datang lagi kesini. "Ini sudah malam Pak. Suruh dia pulang. Dan aku lelah," ucapku dengan ketus. "Maaf Bu, dia sudah dari tadi menunggu Ibu. Sudah seharian disini datang menunggu Ibu," lanjut nya lagi. "Baik suruh dia tunggu." Aku menggerutu. Diapa sih sudah malam mengganggu waktu istirahatku. Aku lelah seharian bekerja mengurus usahaku yang semakin hari semakin maju. Aku memiliki usaha kafe dan toko tekstil yang cukup besar ditambah usaha usaha lain lagi yang harus ku kelola membuat aku sering kelelahan bila pulang dan ingin segera beristirahat. Aku turun dengan terpaksa untuk melihat siapa yang sudah datang menggangguku. "Ya sudah Baiklah suruh dia tunggu." Aku menuruni anak tangga rumahku. Kulihat seorang laki laki yang sudah menungguku. "Risma...." panggilnya. "Bang Denis." Aku terkejut melihatnya disini. "Mau apa kau datang ke rumahku!" seruku menatapnya dengan kebencian. "Risma. Sku tak tahu lagi mau kemana dan minta tolong pada siapa. Tolong aku Risma. Hanya padamu saat ini aku minta bantuan," ucapnya memelas, dia tidak seperti dulu lagi, sekarang kulihat dia melarat, entah apa yang terjadi. Sungguh roda kehidupan cepat berputar. "Cepat katakan apa maumu datang kesini hah." Aku membentaknya. "Ibu sakit Risma, dan sekarang sedang koma di rumah sakit. Aku butuh uang untuk biaya perawatan ibu dan uang untuk membayar kuliah Vera serta uang untuk hidup mbak Sari dan anak anaknya karena suaminya pengangguran. Aku minta tolong padamu berikanlah uang padaku Risma." Katanya seenak jidat nya. Aku menatap sinis dirinya yang benar benar tak tahu malu. Aku tersenyum mengejeknya. "Baik. Tetapi kalian semua termasuk kamu menjadi babu ku," ucapku sambil melengkungkan bibir.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Tunangan Pengganti CEO

read
1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

TAKDIR KEDUA

read
33.9K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook