Bab 1
Belanda
Amsterdam
Di rumah Arfani
Di depan rumah..
"Eka, masuk pasti cari Arfani ya ?", tanya Irfandi.
"Ya Arfani ada ?", tanya Eka.
"Ya ada di dalam kamar tunggu sebentar ya", jawab Irfandi.
"Iya", kata Eka.
Indonesia
Jakarta
Di rumah pak Nano
Di ruang tengah..
"Sarapan hari ini dengan apa menantuku ?", tanya mbah Jumirah.
"Sarapan hari ini dengan nasi uduk dan lontong sayur ibu mertua", jawab bu Salma.
"Bikin sendiri atau beli di luar menantuku ?", tanya mbah Jumirah.
"Salma memasaknya sendiri diajeng tadi kang mas lihat dan ikut bantu-bantu juga diajeng", jawab mbah Sakiman.
"Benarkah itu menantuku ?", tanya mbah Jumirah.
"Iya ibu mertua, saya memasaknya sendiri di bantu oleh bapak mertua", jawab bu Salma.
"Oke, oh ya Titah mana ?", tanya mbah Jumirah.
"Oh iya benar, Titah mana ?", tanya mbah Sakiman.
"Titah ada di kamarnya ibu mertua, bapak mertua", jawab bu Salma.
Belanda
Amsterdam
Di rumah Arfani
Di ruang tv..
"Kamu yakin hanya tugas manajemen saja Eka, tidak ada yang lain ?", tanya Arfani.
"Iya Arfani, tidak ada tugas lagi yang lainnya kan sudah selesai semua kemarin", jawab Eka.
"Berisik banget ya ngerjain tugas doang suaranya sampai depan rumah tuh", keluh Irfandi.
"Ini nih kembaranmu Irfandi susah sekali dikasih tahu nya", sambung Eka.
"Ya sudah tolong di kecilin itu volume nya, tidak enak di dengar oleh tetangga dari luar tahu", kata Irfandi.
"Oke hehe..", sambung Eka dan Arfani.
Kring..!! Kring..!!. Suara telepon berbunyi.
"Ada telepon ya", kata Irfandi.
"Ya diangkat Fandi, ya tidak ka ?", tanya Arfani.
"Iyalah", jawab Eka.
**
Percakapan Titah dan Irfandi lewat telepon.
"Assalamu'alaikum, iya benar saya Irfandi, maaf ini dengan siapa ya ?", tanya Irfandi.
"Saya Titah, Irfandi masa kamu lupa sih", jawab Titah.
"Titah, tunggu sebentar, oh iya saya ingat anaknya om Nano kan ya, oh ya ya, emmmm ada apa tumben telepon, atau kamu mau berbicara dengan Arfani ?", tanya Irfandi lagi.
"Ada yang ingin ku bicarakan, Arfani, oh iya dia dimana aku ingin berbicara padanya juga, dimana dia sekarang Irfandi ?", tanya Titah.
"Ada, tunggu sebentar jangan kamu matikan dulu ya", jawab Irfandi.
"Oke..", kata Titah.
**
Masih di ruang tv..
"Oh Arfani", kata Irfandi.
"Apa, seperti Titah saja kamu, kenapa ?", tanya Arfani.
"Iya memang, ada telepon nih, dari Titah", jawab Irfandi.
"Titah, telepon, telepon dari Titah ?", tanya Arfani.
"Iya Arfani", jawab Irfandi.
"Oke..", kata Arfani.
**
Percakapan Titah dan Arfani lewat telepon.
"Wa'alaikumussalam tah, ada apa tumben kamu menelepon saya, oh ya sebelumnya kamu dan keluarga bagaimana kabarnya di Indonesia ?", tanya Arfani.
"Saya dan keluarga alhamdulillah baik, lalu bagaimana dengan kalian berdua kembar ?", tanya Titah.
"Alhamdulillah baik juga, lalu kamu ingin berbicara apa, katakanlah saya akan mendengarkan nya untuk kamu sahabatku", kata Arfani.
"Baiklah sahabatku, kamu tahu aku akan segera menikah", sambung Titah.
"Apa, kamu akan menikah dengan siapa ?", tanya Arfani.
"Ya saya akan menikah dengan pria pilihan ayah ku, apa kau bahagia mendengar sahabatmu ini akan segera menikah sahabatku ?", tanya Titah.
"Apakah kamu bahagia juga sahabatku ?", tanya Arfani.
"Ya tentu saja, akhirnya aku menikah juga dan menemukan calon suami yang baik", jawab Titah.
"Kalau begitu tentu saja saya sangat senang sahabatku, jika kamu senang sahabatku", kata Arfani.
**
Masih di ruang tv..
"Aneh tadi kembaranmu senang sekali mendapatkan telepon dari pacarnya, sekarang kok galau sih, kenapa ?", tanya Eka.
"Entahlah, kenapa fan ?", tanya Irfandi.
"Titah, Fandi", jawab Arfani.
"Titah, kenapa ?", tanya Irfandi.
"Titah akan menikah dia dijodohkan oleh om Nano, Fandi, saya masuk ke dalam kamar dulu ya", jawab Arfani.
"Ya, Arfani", kata Irfandi.
"Apa ?", tanya Arfani.
"Yang sabar ya", jawab Irfandi.
"Jangan begitu Irfandi, tunggu Arfani sebelum kamu masuk ke dalam kamar, saya ingin bertanya, apakah kamu mencintai nya ?", tanya Eka.
"Irfandi yang tahu aku mencintainya atau tidak, tanyakanlah pada Irfandi, saya masuk ke dalam kamar ya dah..", jawab Arfani.
"Irfandi, jadi ?", tanya Eka.
"Arfani dan Titah adalah teman dari kecil, mereka juga tidak menyadari kalau cinta mereka berdua mulai tumbuh dari kecil aku melihat cinta dari mata keduanya setiap kali mereka berdua bertemu dan aku bisa merasakan cinta keduanya, dan ini adalah kisahnya", jawab Irfandi.
**
Tujuh belas tahun yang lalu..
Indonesia
Jakarta
Di rumah pak Nano
Di depan rumah pak Nano..
"Mas, mas Joko, Arfani dan Irfandi mau di sekolahkan tetap di jakarta atau di purwokerto mas ?", tanya pak Nano.
"Ya tetap di sini, di jakarta, kalau Titah ?", tanya pak Joko.
"Ya sama di jakarta juga, semua keluarga kan tinggalnya di jakarta tidak ada di kampung", jawab pak Nano.
"Kalau begitu bagaimana kita sekolahkan anak-anak kita di sekolah yang sama, maksudnya mereka satu sekolah gitu, menurutmu bagaimana ?", tanya pak Joko.
"Iya boleh itu mas, saya setuju", jawab pak Nano.
"Oke kita lanjutkan lagi main catur nya", kata pak Joko.
"Oke..", sambung pak Nano.
Keesokan harinya..
Di rumah pak Joko
Di meja makan..
"Kalian berdua jaga Titah ya, anaknya om Nano", kata pak Joko.
"Iya pak, Fandi yuk kita samper Titah", sambung Arfani.
"Yuk, bu, pak berangkat", kata Irfandi.
"Iya", sambung pak Joko dan bu Sri.
"Hati-hati ya nak", kata bu Sri.
"Iya bu, assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada pak Joko dan bu Sri.
"Wa'alaikumussalam", pak Joko dan bu Sri menjawab salam dari Irfandi.
Di depan rumah pak Joko..
"Arfani tunggu", kata Irfandi.
"Cepat kenapa ya lama sekali sih kamu", sambung Irfandi.
Di rumah pak Nano
Di depan rumah pak Nano..
"Permisi pak Nano, bu Salma, mbak Titah, silahkan masuk ke dalam mobil dan siap mengantar mbak Titah ke sekolah", kata Paijo.
"Iya lik", sambung Titah.
"Jangan berangkat dulu jo, tunggu", kata pak Nano.
"Assalamu'alaikum", Arfani dan Irfandi memberikan salam pada pak Nano, bu Salma, Paijo, dan Titah.
"Wa'alaikumussalam", pak Nano, bu Salma, Paijo, dan Titah menjawab salam dari Irfandi dan Arfani.
"Nah sekarang baru boleh kamu antar jo", kata pak Nano.
"Siap laksanakan pak Nano, anak-anak yuk masuk ke dalam mobil, permisi pak Nano, bu Salma", sambung Paijo.
"Iya..", kata pak Nano.
"Hati-hati ya kalian", sambung bu Salma.
"Iya bu", kata Titah.
"Iya tante", sambung Arfani dan Irfandi.
"Assalamu'alaikum", Paijo, Titah, Arfani, dan Irfandi memberikan salam pada pak Nano dan bu Salma.
"Wa'alaikumussalam", pak Nano dan bu Salma menjawab salam dari Paijo, Titah, Arfani, dan bu Salma.
SDN Pandawa
Di kelas Titah, Irfandi, dan Arfani..
"Titah", kata Arfani.
"Iya Arfani, ada apa ?", tanya Titah.
"Tidak, hanya saja saya ingin bertanya nanti istirahat ingin makan apa dan dimana, atau kamu ingin makan di kelas dan membawa bekal ?", tanya Arfani.
"Saya tidak membawa bekal, jadi makan di kantin, kalau Arfani sendiri bagaimana ?", tanya Titah.
"Saya ikut denganmu saja", jawab Arfani.
"Oke..", kata Titah.