"Apa kamu lupa kalau dulu selalu bilang bahwa mawar merah dan kado merah jambu yang ditemukan ibu di depan warungnya itu adalah milikmu? Padahal semua itu Mas Eros yang kirim, bukan kamu!" Kedua saudara kembar itu tersentak bersamaan. Mereka saling tatap lalu sama-sama mengalihkan pandangannya padaku. "Kenapa? Kaget kalau aku tahu semua itu, Mas? Shock karena aku sudah tahu semua kebohonganmu?!" Mas Eris menatapku beberapa saat lalu menghela napas kasar. "Asal kamu tahu ya, Mas. Kalau bukan karena kebohonganmu itu, ibu tak akan mungkin menjodohkanku denganmu." "Semua sudah takdir, Nin. Kamu nggak bisa mengelak takdirNya!" Mas Eris sedikit membentak. "Aku nggak pernah menyalahkan takdirNya, tapi aku menyalahkan kebohonganmu. Ibu menjodohkanku denganmu karena dia pikir kamu yang meng

