bc

Balas Dendam Tuan Muda yang Terbuang

book_age18+
117
IKUTI
1.9K
BACA
dark
HE
arrogant
kickass heroine
mafia
heir/heiress
drama
bxg
bold
city
like
intro-logo
Uraian

Tuan muda yang dulu pernah tersingkirkan, kini telah kembali. Bukan untuk memohon maaf. Bukan untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk menghancurkan semua yang pernah membuangnya. Rafael Anggara, pewaris tunggal keluarga Anggara yang kaya dan berkuasa, tiba-tiba dicampakkan dan diusir dari keluarganya atas tuduhan palsu. Tanpa harta, tanpa nama, dan tanpa pembelaan, ia menghilang dari dunia atas. Tujuh tahun kemudian, Rafael kembali. Bukan sebagai pria yang sama, tapi sebagai sosok dingin dan tak terkalahkan. Dengan identitas baru dan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya, ia menyusup ke dunia lama yang dulu menolaknya, dunia yang kini tak mengenal bahwa pria yang mereka injak-injak telah kembali ... untuk membalas.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Terusir
Hujan turun deras membasahi halaman luas kediaman keluarga Anggara pada malam itu. Kilat menyambar-nyambar, seolah langit turut menjadi saksi atas kejatuhan seorang putra yang pernah diagungkan. “Cukup! Aku sudah muak dengan semua omong kosongmu, Rafael!” teriak Dani Anggara–ayahnya, dengan tatapan tajam yang menusuk. "Tapi, Pa ...." "Diam kataku!" Di dalam ruang utama yang megah, suara hantaman pada meja terdengar keras, mengiringi keputusan yang akan mengubah hidup Rafael Pratama Anggara selamanya. Rafael berdiri tegak di tengah ruangan, mengenakan jas hitam yang sudah basah kuyup karena sebelumnya ia sempat berdiri di luar rumah. Tubuhnya gemetar, tetapi bukan karena dingin, melainkan pada rasa tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. “Dengarkan aku dulu, Pa. Semua ini jebakan! Aku tidak pernah menyentuh dana perusahaan itu, apalagi berniat mencelakai Paman Arman!” suara Rafael bergetar, berusaha menahan emosinya. Namun, Dani Anggara menggeleng keras. “Masih berani kamu menyebut namanya? Kamu lihat dia sekarang! Arman sedang terbaring kritis, dan itu semua gara-gara ulahmu!” Di sudut ruangan, seorang wanita cantik dengan senyum tipis melihat semua kekacauan ini dengan puas. Dialah Nadine, istri kedua Dani Anggara sekaligus ibu tiri Rafael. Di sampingnya berdiri Jody Pradana, putra Nadine dari pernikahannya bersama Dani. "Rafael, kamu nggak dengar Papa ngomong apa?"Jody ikut masuk dalam situasi yang semakin memanas. "Tidak perlu ikut campur kamu ... anak haram!" sentak Rafael dengan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Jody. "Rafael! Jaga mulutmu!" Dani Anggara tampak murka. "Jody itu adikmu! Apa kamu—" "B e d e b a h ini adalah anak Papa, tapi dia bukan adikku!" potong Rafael cepat. Dengan langkah cepat, Dani Anggara mendekat dan melemparkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Rafael. "Lancang kamu!" “Papa, jangan terlalu baik pada dia. Semua bukti sudah jelas-jelas menunjukkan kalau Rafael bersalah,” kata Jody saat dirinya mendapat julukan sebagai anam haram dari Rafael. Rafael memandang Jody dengan tatapan penuh amarah. Ia tahu, jika Jody lah yang sesungguhnya telah merencanakan semua ini. Tapi tanpa bukti-bukti yang bisa ia tunjukkan pada sang ayah, suaranya hanya akan terdengar seperti pembelaan dari seorang pecundang. “Papa ... percayalah, Pa. Aku tidak akan mungkin melakukan semua itu. Aku anakmu. Apa Papa lebih percaya orang lain daripada aku?” Rafael berusaha untuk terakhir kalinya menyentuh hati ayahnya, tetapi yang ia temukan hanyalah kekosongan dan kekecewaan di mata pria yang selama ini ia hormati. Dani Anggara menarik napas panjang, lalu berkata dengan dingin. “Mulai hari ini, kau ... Rafael. Bukan lagi bagian dari keluarga Anggara. Aku mencabut semua hak warismu, menghapus namamu dari silsilah keluarga. Mulai detik ini, kau hanyalah orang asing bagiku.” Rafael terdiam mendengar kata-kata ayahnya yang lebih terdengar seperti sebuah kutukan. Dunia serasa runtuh menimpa dirinya. Rafael hanya mampu membuka mulutnya tanpa suara yang bisa keluar. “Security!” panggil Dani lantang. Dua orang penjaga keamanan bertubuh kekar berlari masuk ke ruang utama keluarga Anggara dan segera berdiri di belakang Rafael. “Usir dia dari rumah ini!" titahnya. "Lepas!" seru Rafael saat kedua petugas keamanan rumahnya memegang lengan Rafael di sisi kanan dan kirinya. Rafael menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan bara amarah yang mendidih dalam dadanya. Ia sudah muak. Tidak ada gunanya lagi berdiri di rumah ini, di tengah orang-orang yang telah menusuknya tanpa ampun. Dengan rahang mengeras, ia memutar tubuhnya, bersiap meninggalkan tempat yang dulu ia sebut rumah. Namun, langkah kakinya terhenti saat suara Dani Anggara kembali menggema. “Tunggu!” Rafael berhenti, bahunya menegang, tetapi dengan sengaja ia tidak berbalik. Suasana ruangan teras terasa semakin memanas seolah udara pun menahan napas. Dani Anggara melangkah perlahan, suaranya tegas namun tanpa sedikit pun rasa kasihan. “Tinggalkan semua yang bukan milikmu. Letakkan dompetmu, ATM, dan kunci mobil. Kamu pikir masih berhak memakai semua fasilitas keluarga ini setelah mengkhianati kami?” Rafael mengepalkan tangannya begitu kuat hingga buku-bukunya memutih. Nadine tersenyum miring, menikmati setiap detik kehinaan yang menimpa anak tiri yang selama ini dibencinya. Sedang Jody berdiri dengan angkuh, melipat kedua tangannya di d**a, berkata dengan nada meremehkan, “Jangan bilang kamu masih mau hidup dari belas kasihan keluarga ini, Kak. Atau kamu memang sepecundang itu?” Rafael menahan diri agar tidak menghantam wajah Jody saat itu juga. Ia sadar, satu-satunya hal yang tersisa padanya sekarang adalah harga diri. Dan ia tidak akan membiarkan mereka merebutnya juga. Dengan gerakan pelan, sorot mata Rafael memindai satu persatu wajah yang ada di sana. Rafael merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan dompet kulit hitam yang berisi kartu identitasnya sebagai anggota keluarga Anggara, beberapa kartu ATM dan kartu kredit, serta beberapa lembar uang terakhir yang ia miliki ada di dalamnya. Ia letakkan semuanya di atas meja kaca di tengah ruangan, suaranya beradu pelan, tetapi tetap saja terasa seperti dentuman di telinga semua orang. Lalu, dari saku celananya, ia mengeluarkan kunci mobil sport yang selama ini menjadi simbol kebanggaannya. Ia menatap kunci itu sejenak, mengenang betapa kerasnya ia bekerja dengan keras agar pantas memiliki semua itu, sebelum akhirnya meletakkannya di samping dompetnya. “Apa masih ada lagi yang harus kuletakkan, Pa? Atau mau sekalian kuletakkan nyawaku di sini?” suara Rafael dingin, bergetar menahan luka yang menganga. Dani Anggara sama sekali tidak menjawab. Ia hanya menatap Rafael dengan wajah angkuh, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Rafael menarik napas panjang, lalu melangkah mantap menuju pintu. Kedua satpam yang tadi bersiap menyeretnya hanya menatapnya tanpa bergerak. Bahkan mereka bisa merasakan aura kegelapan yang mulai tumbuh di dalam diri Rafael. Tepat di ambang pintu, Rafael berhenti sejenak. Ia menoleh, menatap semua orang di dalam ruangan itu dengan sorot mata yang tak lagi lembut, melainkan tajam dan gelap, seolah menyimpan badai yang siap menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya. “Ingat baik-baik kata-kataku malam ini,” katanya pelan, tetapi jelas terdengar hingga sudut ruangan. “Kalian telah membuangku seperti sampah. Jangan pernah menyesal jika aku kembali sebagai mimpi buruk bagi kalian!" Geram mendengar ancaman yang terlontar dari mulut sang kakak tiri, Jody pun berteriak, "sampah hanya bisa hidup di jalan, tidak layak untuk berada di istana." "Tutup mulut busukmu!" Dengan gerakan tak terduga, Rafael berbalik dan memberikan satu pukulan keras di wajah Jody. Membuat sudut bibirnya terluka. "Security, lempar dia ke jalan! Pastikan agar dia tak pernah lagi menginjakkan kaki di sini!" seru Dani Anggara.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.9K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook