Bab 4

1214 Kata
[DEVA POV] Aku membalikan badan ku melihat Nadia yang mulai menutup pintunya. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat tubuh Nadia yang mulai menghilang bersamaan dengan pintu yang sudah mulai tertutup rapat. Aku masuk kedalam mobil, "Nad, kita sudah lama berpisah. Tapi tetap saja rasa ini masih utuh. Meskipun namaku tidak tertulis didalam buku nikahmu tetapi hati ini masih milikmu." Aku mulai menghidupkan mobil ku. "Apakah ini kamar untukku sendiri?" tanyaku pada diriku sendiri. Kejadian 10 tahun yang lalu saat kami menduduki bangku kelas XI SMA. Cinta mabuk asmara pada saat itu membuatku terbuai dan meniduri Nadia. Flashback On Kami melakukannya dengan hasrat dan perasaan yang sama. Kami benar-benar melakukannya dengan penuh kepuasan. "Dev pelan.." erangan Nadia saat itu benar-benar membuatku mabuk dengan tubuhnya. Bukan hanya sekali kami melakukannya saat ada kesempatan untuk saling bertemu. Saat itu dia baru saja keluar dari sekolahnya dan aku mengajaknya untuk kerumahku. "Halo kak," sapanya pada kakak ipar ku. Dia gadis yang lembut dan pemalu. Matanya tak pernah terangkat dia selalu menatap kearah bawah. Sulit untuk bisa menatap manik-manik matanya. "Weh dek Nadia ayo sini masuk jarang sekali datang sering-sering mainnya kesini," kata kakak iparku. Nadia memang sulit untuk keluar rumah itu karena kekangan dari orang tuanya karena takut anaknya kenapa-kenapa. Tapi sepertinya aku sendiri yang merusak pagar penjaga itu. Karena aku sudah berhasil memasuki apa yang selama ini dijaga ketat dan baik oleh orang tuanya. Nadia menganggukan kepalanya tersenyum canggung membalas percakapan kakak iparku, dia bukan pembicara yang baik dia sulit untuk bisa terbuka sangat sulit bahkan aku tidak pernah bisa mengerti mengenai dirinya. "Kenapa datang?" tanyaku pada Nadia. Kami sedang bertengkar sebelumnya, Nadia adalah gadis yang introvert dan egois awal pertengkaran kecil kami mulai saat aku mengetahui ternyata Nadia curhat pada sahabatnya mengenai permasalahannya. Curhatan itulah aku dengar dari temannya siapa yang tidak marah saat ternyata aku mengetahuinya dari orang lain. "Maaf," kata Nadia memelas. Dia memang tidak pernah bisa meminta maaf dengan tulus. Tampak dia minta maaf tetapi tidak benar-benar tulus. "Udah sering kok gapapa." Aku memutuskan cuek padanya. Ini bukan kali pertama menyimpan rahasianya dariku. "Maaf Dev.." katanya yang sudah hampir menangis. Dia terlalu mudah untuk menitikan air matanya tetapi bukan sebuah drama air mata yang dia tumpahkan tak pernah sebuah akting belaka. Akupun tak tega melihatnya yang sudah hampir menangis. "Iya-iya aku maafin jangan nangis," aku mengusap air matanya. "Masuk aja yuk gak enak kalau dilihat mbak." Aku mengajak Nadia masuk kedalam kamar karena tidak ingin mbak memarahi ku membuat anak orang sampai menangis. Tapi sepertinya aku benar-benar kelewatan. Bahkan baru saja aku menutup pintu aku sudah mencium bibir Nadia. Pergulatan bibir itu berakhir dengan kegiatan ranjang yang panas. Tubuhnya yang mungil dengan sikapnya yang pemalu membuat daya tarik tersendiri untuk aku melahap habis tubuhnya. "Dev pelan.." erangan Nadia membuatku semakin menggila sampai aku mengeluarkan cairan itu didalam tubuhnya. "Dev.." Nadia menggenggam erat baju. Aku bisa melihat sensasi seperti apa yang dia dapatkan dari reaksi tubuhnya. Hingga 2 Minggu berlalu Nadia bereaksi aneh pada tubuhnya. Dia kemudian meminta ku bertemu secara tatap muka secara pribadi disudut taman. "Ada apa nad?" tanyaku yang baru datang. Nadia sudah dari tadi duduk dengan melamun menatap kosong kearah depan. Dia terkejut saat aku menepuk pundaknya. "Eh." Tampak Nadia kebingungan saat aku sudah berada disampingnya. "Ada apa?" tanya ku penasaran. "Hum.. a..." Nadia terbata-bata gugup ingin berbicara hal yang tak pernah aku kira bakalan terjadi. "Aku hamil Dev." Sontak aku kaget mendengar penuturan dari Nadia. "Gugurin kandungannya nad," kata itu memang sepele untuk aku katakan tapi aku juga memikirkannya. Bagaimana bisa Nadia tetap mempertahankan janinnya sementara selama ini orang tuanya menjaga dia sekuat mungkin agar hal ini tidak terjadi. Tapi aku justru menghancurkan jeruji besi itu. Nadia menitikkan air matanya dia kaget tidak percaya dengan apa yang aku katakan, "Semudah itu kamu bicaranya!" teriak Nadia berdiri sambil menutup hidungnya. "Nad dengerin aku dulu," kataku berusaha untuk memberi pengertian padanya. "Nad selama ini orang tuamu tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Maafkan aku yang sudah merusaknya. Jika hari ini kamu hamil kamu harus menggugurkannya." Aku memegangi kedua pundak Nadia. Nadia tetap menangis akupun memeluknya berusaha menenangkannya, "Maafkan aku Nad." "Kamu mau kan gugurin kandungannya?" Nadia menganggukan kepalanya kecil. Bukan hanya disana semenjak kejadian itu hubungan kami juga tidak berjalan baik. Entah Tuhan benar-benar menguji atau bagaimana aku yang sibuk dengan dunia persilatan ku dan juga sekolah membuatku tak bisa mengabari dirinya. 'Sibuk banget ya?' pesan dari Nadia yang aku baca dari notifikasi. Dia yang awalnya masih perhatian kini sudah mulai menghilang dari hidupku hingga akhirnya dia begitu cuek denganku. 'Sayang lagi apa?'Tanyaku lewat pesan w******p. Dia terlihat online tadi baru 2 menit terkirim sudah last seen tanpa melihat pesanku. Dari jam 2 pesan itu aku kirim malamnya baru dia jawab. 'Lagi belajar.' Jawabnya singkat. Akhir-akhir ini dia terlihat lebih sibuk dariku. Dia hanya menjadi pelajar tidak mengikuti organisasi apapun daripada diriku. Dia yang perlahan mulai sirna dari hidupku. 'Kamu marah?' Tanyaku lewat pesan WA. Aku tak menyangka bahwa apa yang selama ini dia pendam menjadi bom yang meledak pada waktunya. 'Kamu kira kamu siapa? Selama ini aku tungguin kamu siang malam. Nungguin kabar mengabaikan semua sekolahku. Ku abaikan semua tugas-tugas ku bahkan terus-menerus melawan orang tua ku cuma untuk dirimu?! Kamu yang selama ini aku berikan seluruh waktu ku tapi ternyata? kamu bukan siapa-siapa didalam hidupmu. Kamu yang lebih memprioritaskan teman-teman mu. Kamu yang lebih mementingkan hubunganmu dengan teman-teman mu hingga aku hanya jadi orang yang kesekian didalam hidupmu. Aku emangnya siapa yang berhak protes padamu?' Ketikan panjang dari Nadia benar-benar membuat hatiku hancur. Bagaimana aku bisa tau bahwa dia selama ini menunggu ku? Bagaimana aku tau selama ini dia mengabaikan semuanya hanya untuk diriku sementara dia selalu memendamnya sendirian. 'Sekarang maunya gimana?' tanyaku berusaha sehalus mungkin tapi... 'Gak ada.' Oh ayolah bisakah wanita tidak membuat rumit semuanya. 'Maunya gimana? aku kasih tau lagi apa? sekarang lagi ngapain gitu? jangan berbelit-belit kalau bicara.' Pada akhirnya kami hanya beradu emosi. 'Gak usah.' jawaban singkat dari Nadia. 'Ya udah kalau gitu mulai besok gak usah chatingan lagi.' Jawabku benar bukan? aku tadi tanya dia maunya selalu dikasih kabar tapi dia jawab gak usah siapa yang gak emosi? 'Oh gitu.' Jawab nya singkat lagi tapi menohok. Aku benar-benar muak dengan semuanya, 'Mau kamu apa putus gitu?' tanyaku tapi sepertinya aku salah mengetik. 'Oh gitu ya udah putus aja lagipula selama ini aku bukan bahagia mu kan? selama ini kamu lebih bahagia bersama teman-teman mu daripada aku iya kan? ya udah kita bubaran aja aku butuh istirahat.' 'Ya!' pesan terakhirku centang satu sepertinya dia sudah mematikan datanya. Entah bagaimana keadaannya Nadia disana. Aku benar-benar hancur dan remuk. Sejak saat itu aku tidak bisa menemukan kebahagiaan ku sendiri. Bahkan saat berada dengan teman-teman ku sendiri aku terasa hampa. Flashback off Karena lama tidak lagi mengajak wanita kerumah aku dijodohkan dengan wanita yang seagama dengan ku. Nadia dan aku beda agama hebat bukan? Benar-benar hubungan yang berantakan. Dan lebih jatuhnya lagi ternyata wanita yang aku nikahi tidak bisa hamil karena rahimnya telah diangkat. Katanya dia mengidap tumor pada rahimnya. Tentu orang tua ku tidak mengetahuinya dan dia ingin aku segera memiliki keturunan tetapi istriku belum juga kunjung hamil. Hingga akhirnya aku berada disini. Aku terancam untuk cerai tetapi istriku memohon padaku untuk tidak menceraikannya. Akupun meminta tolong pada Nadia. Aku benar-benar pria b******k. Bagaimana perasaan Nadia padaku?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN