Chapter 2 Terancam DO

1021 Kata
Hari ini aku sedikit terlambat datang kesekolah. Sesampainya di depan pintu ruang guru, beberapa orang terlihat sedang berdiskusi dan terlihat di sudut ruang guru dekat loker, Kyota yang tegak berada di dekat kerumunan tersebut. aku pun hendak mengetahui lebih ada apa sebenarnya hingga begitu serius kelihatannya. "tidak bisa langsung seperti itu pak. Dia salah satu siswa yg berprestasi pak" jelas wanita paru bayah yg terdengar membela. "ibu kan sudah tahu peraturan disekolah ini. Siswa yang berurusan dengan pihak yang berwajib akan di keluarkan dari sekolah ini" kata kepala sekolah. Kyota dipanggil menghadap pak kepala sekolah untuk mendiskusikan mengenai Kyota yang tertangkap polisi. "tapi pak, saya tidak bersalah" sahut Kyota membela diri. "diam kamu. Mau jadi apa kamu? main ke club malam. Siswa itu tugasnya belajar" bentak kepala sekolah terhadap Kyota. Emosi kepala sekolah membuat suasana seketika hening. Terlihat beberapa guru tertunduk tidak berani melawan kepala sekolah. Aku terlambat memasuki ruangan hingga tidak tau kondisi yang sedang terjadi didalam ruang guru. "ada apa sih?" tanyaku pada guru muda yg juga ikut memantau diskusi para guru. "anak ini diminta agar pindah dari sekolah ini, jika tidak sekolah dapat mengeluarkan surat DO. tapi sih, anak ini itu pintar jadi banyak pertimbangan para guru untuk mengeluarkannya" jawab Bu Ami padaku. Aku mencoba bersuara ditengah keheningan diskusi antara kepala sekolah, guru dan Kyota. Berharap bisa memberikan pembelaan untuk Kyota mengingat dirinya tidak melakukan hal negatif ketika tertangkap di bar. Kesaksian tersebut aku dapatkan saat menebus Kyota di kantor polisi. Semua yang terjadi malam itu adalah murni kesalahan. aku tak tau bahwa kejadian kemarin sampai ke telinga kepala sekolah. Kyota terlihat sangat tidak nyaman. aku berjalan memberikan sebotol air mineral yg telah ku genggam kepada Kyota. pasti masalah kemarin sangat menyulitkannya hingga detik ini. "maaf pak jika ikut campur, saya yang menebus Kyota semalam. Berdasarkan kesaksian para polisi dia tidak melakukan perbuatan negatif apapun. Hanya saja ditangkap karena masih berstatus pelajar" sambung diri ku membela Kyota. "bagaimana ibu bisa disana?" tanya kepala sekolah pada ku. "saya yang memberikan nomor ibu Erika pada polisi. Saya takut jika memberikan nomor guru yang lain" sahut Kyota menjelaskan kronologi "saya pak? yang benar aja pak, nyanyi aja fals". bantah kyota "tidak perlu nyanyi. kamu akan diarahkan oleh ibu Ami. Gimana buk, bisa?" pak kepala sekolah mengarahkan pertanyaan mendadak kpd Bu Ami " eh saya pak? oke oke" refleks Bu Ami Kyota terlihat tak menyukai hal itu, aku yg tadinya menunggu hasil diskusi segera bergegas untuk melatih siswa yg lainnya. Ku ambil sebuah Pluit yg terletak didalam laci dan mengalungkannya di leher serta membawa buku nilai siswa menuju ke kolam. Kyota berjalan di depanku, dan seketika berhenti memandang ke arahku. "anda mengikuti saya?" tanya Kyota lamban sembari berpikir. "enak aja. saya mau ngambil nilai" jawabku. "mengenai pembelaan anda tadi. Saya ucapkan terima kasih" sahut Kyota padaku sedikit membuat diri ku kaget. "sudah tugasku memberitahu fakta sebenarnya yang terjadi kepada kepala sekolah" jawabku sambil berjalan lamban. Kyota berjalan beriringan di sebelahku. setelah berada di pertigaan antara arah ke kelas Kyota dan juga area berenang, aku dan Kyota berjalan ke arah yg berbeda. Di kolam renang telah hadir siswa siswa yg siap dilatih. "pemanasan sangat penting, agar tidak ada cedera atau kram saat berenang" jelas ku yg sedang mengajarkan siswa semakin hari aku semakin merasa jenuh dengan profesi ku saat ini. Sempat terlintas di dalam kepalaku untuk berhenti mengajar di sekolah ini. Masih ada keraguan yg menyelimuti pikiranku hingga aku harus memikirkan niat itu. Kyota terlihat kembali bersama wanita yg pernah aku lihat sebelumnya. kali ini aku melihat Kyota tertawa bersamanya. hingga memperlihatkan lesung pipi kanannya. Aku mencoba mengacuhkan mereka berdua akan tetapi ada suara seseorang yg menghentikan langkahku. "Sejiiii" jawabku dengan keras melihat Seji untuk kedua kalinya aku melihat Seji ditempat yg tak di sangka-sangka. Apa yang dilakukan pria berkaki jenjang ini disini. aku menatapnya tak berkedip seketika itu Seji memintaku untuk ikut ke kantor guru bersamanya. Kyota memandang dengan tajam ke arah Seji. Seolah dia adalah musuh yg saat ini dia tunggu-tunggu untuk secepatnya disingkirkan. Seji menemui kepala sekolah saat kami berdua pergi ke kantor. Seji akan mulai menjadi guru bantu bahasa Inggris melihat skill yg dimiliki Seji begitu bagus sehingga di rekomendasikan sebagai salah satu pengajar di sekolah. Aku yg mendengar hal itu merasa Tuhan telah memberiku jawaban. Saat aku dan Seji berbincang di kantin, Kyota datang dengan melemparkan desakkan akan nilainya yg merah untuk membiarkannya memperbaiki nilai tersebut. Sontak aku kaget mendengarnya, karena tidak ada angin maupun hujan Kyota sangat berinisiatif baik. Hanya saja waktu nya begitu tidak tepat. Di saat aku berusaha mendekati Seji dan hal ini mungkin sulit terulang kembali. "siswa kamu?" tanya Seji menunjuk Kyota. "ya. siswa kamu juga" jawabku. Seji tersenyum mendengar jawabanku. Kedua mataku dan Seji saling menatap, Kyota yang berada diantara aku dan Seji menutupi mataku dengan buku menu yang terletak di meja. "apaan sih" kataku sambil menurunkan buku menu yang berada di pandanganku. "Baiklah sebelumnya, Kyota ini bapak Seji. guru bahasa Inggris kalian yg baru" sahutku memperkenalkan. "siang pak" sahut Kyota sambil mengulurkan tangan kirinya. Wajah Kyota seperti memperlihatkan tidak ingin akrab dengan seji. pandangannya berkali-kali terlihat sinis. aku yang pada saat itu melihat Kyota mempersembahkan tangan kiri reflek memukul tangannya untuk menggunakan tangan kanannya. "Lucu ya murid kita" Seji tertawa melihat tingkah Kyota dan juga aku "hahaha...(berhenti tertawa) ayo bisa sekarang perbaikan nilainya?" tanya Kyota padaku. saat itu aku memandangi Seji memberi kan kode agar dia tidak kesal karena aku akan meninggalkannya untuk melatih Kyota. Seji yg melihat ekspresi ku pun berkata dengan dengan senyuman indahnya "Pergilah Erika, nilai siswa lebih penting. Kamu harus menjadi guru yang hebat. Bantulah anak ini memperbaiki nilainya yang merah" kata Seji menyuruh ku pergi bersama Kyota. "tuh udah di usir. ayo Bu" sahut Kyota menghancurkan suasana. aku dan Kyota akhirnya pergi menjauh dari Seji. Entah apa yg membuat Kyota bersemangat ingin mencoba berenang disaat teman-teman yg lain tidak sedang latihan. Setelah sampai di kolam, tangan Kyota gemetar. aku yg melihatnya merangkul tangan lengan kirinya sambil mengajaknya ke tepi kolam. "saya gak jadi deh Bu" sahut Kyota. "ayo" jawabku semakin menarik tangannya. Cerita selanjutnya akan lebih kocak dan romantis pastinya. Baca terus ya kisah 2 sejoli ini...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN