Chapter 09

1873 Kata
"Kita mau kemana?" tanya Nesya saat Arkan menarik nya keluar bandara. "Kita pulang!" jawab Arkan tanpa menatap Nesya. "Tapi kan lo belum bilang sama bu Dewi, ntar lo dimarahin. Lagian gue bisa pulang sendiri" ucap Nesya, Arkan mengeratkan genggaman tangan nya sehingga membuat Nesya terdiam. Dalam perjalanan, mereka berdua sama-sama diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, Nesya melirik Arkan yang sedang fokus menyetir. "Lo tadi ada diapain aja sama mereka?" tanya Arkan menoleh sekilas. "Emm.. Gak di apa-apain" "Buktinya tadi tangan Victoria udah megang rambut lo" "Ya mungkin kalo lo gak dateng, gue bisa mati ya" ucap Nesya. Arkan langsung mengerem mobil nya dengan tiba-tiba. Nesya segera menoleh dan siap untuk memarahi Arkan karena hampir mencelakakan dirinya. "Lo.." Arkan langsung memeluk Nesya sehingga membuat Nesya terdiam mematung. "Maafin gue!" ucap Arkan. Nesya masih diam karena tidak menyangka kalau Arkan telah memeluk nya saat ini. "Gue gak bisa jagain lo, gue minta maaf" lanjut Arkan, Nesya melepaskan pelukan Arkan seraya tertawa kecil. "Lo apaan sih, gak usah drama deh. Gue gak kenapa-napa, ngapain lo ngomong kayak gitu? Gak usah minta maaf kali, ya elo gak perlu jagain gue. Gue bisa jaga diri gue sendiri" ucap Nesya di sela-sela tawa nya. Arkan tersenyum kecil dan kembali menjalankan mobil nya. 'Gue mau lo jagain gue karna keinginan lo, bukan karna keinginan orangtua gue' batin Nesya dengan pandangan tertuju keluar jendela mobil. 'Gue emang pengen jagain lo Nes, bukan karna keinginan orangtua lo. Tapi karna keinginan gue juga!' batin Arkan seraya fokus menyetir. *** "Ntar kalo Arkan marah gimana?" tanya Evan. "Gak mungkin lah dia marah sama kita, kita ini kan sohib nya" balas Arsen. "Udah, pencet Dar" ujar Arsen kepada Darma. "Kenapa gue terus sih?" dumel Darma seraya menekan bel apartemen Arkan. Nesya yang sedang duduk di sofa langsung menoleh kearah pintu saat bel apartemen mereka berbunyi. Tanpa ada rasa curiga, Nesya berjalan menuju pintu dan membuka nya. Mata Nesya terbelalak lebar, sementara ketiga cowok itu hanya cengengesan. "Kok, kalian ada disini?" tanya Nesya. "Disuruh masuk dulu kali Nes" ucap Arsen. "Emm.. Gimana ya" "Boleh dong ya, kita kangen nih sama bos bad boy kita" "Siapa Nes?" tanya Arkan dari belakang Nesya. "Nah ini dia, lama amat dah lo" kata Evan. "Lo bertiga ngapain kesini?" tanya Arkan ketus. Arsen, Darma, dan Evan langsung masuk ke dalam apartemen mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Arkan dan Nesya saling tatap sejenak lalu Nesya kembali menutup pintu. "Lo abis mandi ya Ar? Emang nya lo abis ngapain?" tanya Arsen. "Gak abis ngapain-ngapain, sekarang gue tanya. Lo bertiga ngapain kesini?" Arsen tertawa geli sehingga membuat Arkan dan Nesya menjadi bingung. "Seharusnya gue yang nanya, Nesya ngapain disini? Lo berdua tinggal bareng?" tanya Arsen pura-pura tidak tahu. Evan menjitak kepala Arsen sehingga membuat Arsen meringis. "Apaan sih lo?" "Elo yang apaan, iyalah mereka tinggal bareng. Arkan sama Nesya kan udah nikah, iyakan?" tanya Evan kepada Arkan dan Nesya. Arsen memukul jidat nya dan Darma menunduk sambil meletakan jempol nya di kening. "Bocor banget sih temen gue" gumam Arsen. Arkan dan Nesya menjadi salah tingkah sekaligus terkejut dengan apa yang Evan ucapkan barusan. "Lo berdua tau darimana? Awas ya kalo yang lainnya tau, lo bertiga yang bakal gue abisin duluan" Evan langsung membekap mulut nya, Arsen dan Darma langsung mengangguk. "Jadi bener lo berdua udah nikah? Kapan? Kok gak ngundang-ngundang sih?" tanya Arsen. "Ceritanya panjang, udah deh lo bertiga pulang aja. Ganggu tau gak!" ucap Arkan. "Ganggu? Emang lo berdua mau ngapain? Oh gue tau, pasti lo berdua mau.. Ehem, eheman kan?" goda Arsen. "Iyakan Nes?" tanya Arsen kepada Nesya yang sedari tadi hanya diam. "Hah? Emm.. Enggak! Udah deh gue mau kekamar, ngerjain tugas" ucap Nesya. Keempat cowok itu hanya terkekeh geli melihat Nesya yang sedang malu. "Main ps yuk, udah lama nih kita gak main ps. Stick ps lu mana Ar?" tanya Darma. "Bentar" Arkan langsung mencari stick ps nya, dari mulai di laci, meja, sofa, lemari, dan ditempat lainnya terus Arkan jelajahi. Namun tidak membuahkan hasil sama sekali. "Stick ps lo di colong kucing? Apa tikus? Kok gak ada sih?" tanya Arsen yang mulai kesal. "Mungkin. NES? STICK PS GUE MANAAA?" teriak Arkan. Nesya mendengus kesal dan langsung keluar dari kamar. "Lo kira gue budeg? Hah? Gak usah teriak-teriak juga kali!" omel Nesya seraya berjalan melewati keempat cowok itu yang sedang berdiri bersebelahan. "Udah lo cari di laci?" tanya Nesya. "Udah kok, gak ada. Iyakan trio ubur-ubur?" tanya Arkan kepada teman-teman nya. Arsen, Evan, dan Darma langsung mengangguk membenarkan ucapan Arkan. "Kalo ada, berati lo bakal mati malem ini!" ucap Nesya. Arkan hanya bersikap santai, sementara Arsen, Darma, dan Evan bergedik ngeri melihat Nesya yang ternyata mengerikan. "Ngeri banget cuy, gak takut lo?" bisik Arsen. "Gue udah biasa, dia gak gigit kok" balas Arkan sehingga membuat kedua cowok itu terkikik geli. "INI APAAA?" tanya Nesya seraya menyodorkan dua stick ps kehadapan Arkan. Arkan menyeringai sembari mengambil dua stick ps dari tangan Nesya. "Kok bisa dapet ya? Tadi gue nyari gak dapet-dapet lo, ternyata lo berpengaruh juga ya di apartemen gue ini" ucap Arkan sambil tersenyum manis kepada Nesya. "Makanya lain kali cari pake mata! Jangan pake mulut, cari yang bener. Ini lagi, astaga ni apartemen kenapa bisa kayak kapal pecah gini" ucap Nesya seraya memperhatikan setiap sudut apartemen yang berantakan. "Kalo kayak gini terus gue bisa mati tau gak, capek gue. Ngertiin dikit napa sih!" omel Nesya sambil mengambil bantal sofa yang terjatuh di lantai. Arkan hanya bersikap biasa saja, malahan Arsen, Darma, dan Evan yang terus mendengarkan ocehan Nesya dengan serius. Nesya menoleh ke arah Arkan ketika cowok itu tidak membalas ucapan nya. Nesya menghembuskan nafas saat melihat Arkan mulai menghidupkan ps nya. "ARKAN??" panggil Nesya dengan meninggikan suara nya. "Nah udah hidup, jangan lo otak-atik ya. Awas lu!" ucap Arkan kepada ketiga teman nya. Arkan mulai berjalan mendekati Nesya yang sedang menatap nya tajam. Arkan tersenyum dan mencium kening Nesya. Jantung Nesya menjadi berdetak tidak karuan, tubuh nya langsung menegang. "Pulang yok pulang!" ucap Arsen, Arkan melepaskan ciuman nya dan tersenyum manis kepada Nesya. "Gue main ps dulu ya. Kalo mau tidur, tidur duluan, jangan nungguin gue" kata Arkan. Entah dari pengaruh ciuman Arkan, kini hati Nesya menjadi tenang. Gadis itu mengangguk kecil. Arkan berjalan mendekati ketiga teman nya dengan senyum yang mengembang lebar. "Jadi pengen nikah muda gue" ucap Evan. Arkan tertawa geli dan mengambil stick ps nya. *** Nesya menghela nafas panjang saat tugas nya sudah selesai. Nesya menoleh ke arah tas Arkan dan memeriksa nya. Nesya keluar dari kamar dan beridiri di belakang keempat cowok yang sedang asyik memainkan ps milik Arkan. "Babs, curang lo Ar!" ucap Arsen. Arkan hanya tertawa. "Arkan?" panggil Nesya sambil menyentuh punggung Arkan. "Iya Nenes?" balas Arkan seraya terus fokus ke layar tv nya. "Lo ada pr gak?" tanya Nesya. "Ada!" "Udah lo kerjain?" "Belom, gue gak ngerti. Gampang itu mah, besok tinggal cari contekan" ucap Arkan. "Nah iya, bener tuh" kata Evan membenarkan ucapan Arkan. Nesya menghela nafas dan kembali masuk ke kamar. "Kimia, hal 46" gumam Nesya sambil membuka buku kimia milik Arkan. Nesya membelalakan mata saat melihat soal yang ada di buku Arkan. "Apa gue bisa ngerjain nya? Gue kan masih kelas sebelas, ini pelajaran kelas duabelas. Tapi, coba aja dulu ya" ucap Nesya. Ia mulai mengambil buku tulis Arkan dan mengerjakan satu soal yang memiliki jawaban sampai berlembar-lembar kertas. "ANJING! Gue kalah, babs emang lo Van!" maki Arkan dengan kuat, Nesya yang mendengar makian Arkan langsung keluar dari kamar. "Ngomong apa tadi lo?" tanya Nesya tajam, Arkan meletakan stick ps nya dan langsung menggelengkan kepala. "Gue gak ada ngomong apa-apa, tu si Evan yang ngomong" jawab Arkan sambil menunjuk Evan. "Lho kok gue? Perasaan dari tadi gue diem aja. Fitnah mamas Arkan ya" kata Evan. Arkan, Arsen, dan Darma tertawa geli mendengar perkataan Evan. "Lo kira gue gak bisa hafal suara lo itu gimana, lo kira kuping gue udah mati suara? Satu pelanggaran! Pokok nya lo harus beliin gue bunga! Coklat! Sama donat! Beliin sekarang juga!" "Ini udah malem b**o, mau cari dimana?" "Tapi ini masih jam lapan, gue gak mau tau. Pokok nya beliin!" Setelah itu Nesya kembali masuk ke kamar. Arkan menghela nafas dan mulai bermain kembali. "Lo sama Nesya ada bikin perjanjian gitu ya?" tanya Darma. "Iya, dan lo bertiga gak perlu tau!" "Biasa aja kali Ar, mana hp lo?" tanya Arsen. "Di kamar, ambil aja sana" jawab Arkan. Arsen segera bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar. Saat sudah berada di ambang pintu kamar, Arsen langsung menghentikan langkah nya. Arsen menggeleng kecil ketika melihat Nesya yang sedang mengerjakan tugas sekolah Arkan lalu menyusun roster pelajaran untuk Arkan. Arsen kembali bergabung dengan ketiga teman nya. "Mana hp gue?" tanya Arkan. "Masih di kamar" jawab Arsen. "Kok gak lo ambil, gimana sih" "Gue gak enak aja sama Nesya" ucap Arsen. "Kenapa? Lo takut di bunuh sama dia?" tanya Arkan. "Bukan, tadi gue liat dia lagi ngerjain pr lo. Terus nyusun roster buat lo" jawab Arsen, Arkan langsung menoleh. "Masa sih?" tanya Arkan tidak percaya. "Iya serius gue, baik juga ternyata dia" Arkan langsung mematikan ps nya sehingga membuat Darma dan Evan yang sedang asyik bermain menjadi berteriak. "Lo bertiga pulang gih, pulang! Pulang!" ucap Arkan sambil mendorong teman-teman nya. "Tapi Ar..." Arkan langsung menutup pintu apartemen nya dan sempat terdiam di balik pintu seraya memikirkan ucapan Arsen. Tak lama Arkan keluar dari apartemen tanpa berpamit kepada Nesya. Dari dalam kamar, Nesya mengernyitkan dahi saat tidak mendengar suara keempat cowok itu. "Lho, kok pada gak ada? Kemana sih, pergi gak bilang-bilang" ucap Nesya sambil menaruh stick ps ke laci. Nesya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Lo kemana sih b**o, gue ngantuk!" rengek Nesya. Karena sudah tidak dapat menahan rasa kantuk nya lagi, Nesya berbaring di sofa. Arkan berjalan sambil tersenyum dan segera menekan beberapa angka untuk password apartemen nya. "Nenes gue pu.." Arkan langsung berhenti berbicara ketika melihat seorang gadis sedang tertidur di sofa. Arkan segera mendekati gadis itu dan meletakan sebuah kotak di meja. Arkan menyisipkan rambut panjang Nesya ke belakang telinga dan memperhatikan wajah cantik gadis itu. Arkan tersenyum saat melihat mata Nesya terbuka. "Gue kan udah bilang, kalo mau tidur, tidur aja duluan. Gak usah nungguin gue" ucap Arkan lembut. "Elo kemana aja sih, nyari cabe-cabean ya?" tanya Nesya sambil duduk. Arkan menggeleng sembari tersenyum. "Gue beli ini buat lo" ucap Arkan dengan memberikan sebuah kotak hitam yang terlihat sangat mewah. Nesya membuka kotak tersebut dan terbelalak melihat isi kotak itu. Bunga mawar berwarna merah dan putih membentuk sebuah hati terlihat sangat indah dan mengagumkan. Nesya tersenyum lebar. "Ini buat gue kan?" tanya Nesya dengan mata yang berbinar. "Bukan! Itu buat istri gue, Nesya Naura Krasiva" jawab Arkan. Nesya semakin tersenyum dan memeluk Arkan. 'Menang banyak gueeee!!!' batin Arkan dengan cepat membalas pelukan Nesya. Nesya menyadari apa yang sedang ia lakukan, memeluk Arkan jelas larangan untuk nya. Tapi karena kebahagian yang sudah Arkan ciptakan untuk dirinya, membuat Nesya mengacuhkan semua larangan yang sudah ia tetapkan selama ini. "Makasih" ucap Nesya tulus, Arkan mengangguk sambil tersenyum seraya mengelus punggung gadis itu lalu menciumi kepala Nesya, Arkan merasakan bahwa Nesya terkejut dengan apa yang ia lakukan. Tapi Arkan tidak memperdulikan itu, mungkin karena rasa yang sudah mulai tumbuh di hati mereka sehingga membuat Arkan dan Nesya mulai meninggalkan rasa gengsi diantara keduanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN