Chapter 04

1188 Kata
"Nes, anterin gue pulang!" Ucap Arkan sambil mengambil seragam sekolah nya yang terletak di karpet. Nesya mendengus kesal karena rambut nya sudah berantakan akibat ulah Arkan. "Mobil elit lo itu kemana? Pulang aja sana sendiri, gue masih mau ngapain rambut gue yang berantakan karena ulah lo!" kata Nesya seraya menyisir rambut nya. "Masuk bengkel! Masih untung cuma rambut lo aja yang berantakan, daripada masa depan lo yang berantakan gue bikin? Mau emang? Udah anterin gue pulang" Arkan langsung menarik tangan Nesya dan menyeret gadis itu keluar kamar. Kanya menoleh ke arah tangga saat mendengar keributan dan tersenyum ketika melihat Arkan. "Kamu ada di sini ternyata" Arkan berdiri di hadapan Kanya sambil tersenyum. "Loh, ini muka kamu kenapa Ar? Kok kayak lebam gini?" tanya Kanya sambil memperhatikan wajah Arkan. "Emm, Ini.." "Arkan habis berantem ma" ucap Nesya. Kanya dan Arkan sama-sama membelalakan mata. "Bener itu Arkan? Kamu habis berantem?" tanya Kanya sedikit meninggikan suara nya. 'Haha.. Mampus lo bad boy, habis ini mama gue pasti bakal benci sama lo!' batin Nesya. "Iya tante Arkan habis berantem" jawab Arkan takut-takut. 'Gagal jadi mantu nih gue!' "Terus kamu gak papa kan? Ini luka kamu udah di obatin belum? Ada yang sakit? Terus orangtua kamu udah tau belum?" tanya Kanya khawatir. Arkan dan Nesya menganga lebar mendengar ucapan Kanya, wanita itu tidak marah melainkan terlihat sangat khawatir. Arkan tersenyum kemenangan, sementara Nesya masih melongo. "Arkan baik-baik aja kok tan, paling bentar lagi luka nya bakal sembuh" balas Arkan seraya tersenyum. "Jadi ini kamu mau pulang ya?" "Iya tante, tapi di anter sama Nesya karna Arkan gak bawa mobil. Gak papa kan tan?" Kanya tertawa sehingga membuat Arkan bingung. "Ya gak papa dong, lagian kalian ini kan bentar lagi bakal nikah. Harus banyak-banyak berdua" jawab Kanya. "Ma? Nesya gak mau nikah! Nesya masih mau sekolah! Gimana sih!" "Jangan ngomong gitu sayang, di sini ada Arkan, apa kamu gak bisa hargai dia?" Nesya memutar kedua bola mata nya dengan malas lalu berjalan keluar rumah. Setelah berpamitan kepada Kanya, Arkan langsung menyusul Nesya. "Gue aja yang bawa mobil lo" kata Arkan sembari merebut kunci mobil dari tangan Nesya. "Emang mobil lo kemana sih?" tanya Nesya kesal. "Kan udah gue bilang b**o, masuk bengkel karena gak sengaja gue nabrak tembok" Nesya terdiam berusaha mencerna ucapan Arkan. Sesaat kemudian ia mengambil alih kunci nya sehingga membuat Arkan bingung. "Nape lu?" tanya Arkan. Nesya menggelengkan kepala nya. "Gue aja yang bawa mobil!" ujar Nesya. Arkan berdecak kesal lalu menaruh kedua tangan nya di pinggang. "Kenapa sih lo suka banget nguji kesabaran gue?" "Gue takut mobil gue masuk bengkel juga kalo lo yang bawa!" ucap Nesya dengan jujur. Arkan tertawa terbahak-bahak sampai memegang perut nya. "Emang ada yang lucu?" gumam Nesya. "Honey, gini ya bebeb ku, lo jangan takut! Lo gak perlu takut! Gue gak bakal bikin nasib mobil lo sama kayak nasib mobil mahal gue. Ya walaupun mobil gue bagaikan langit dan bumi ya sama mobil lo, lo tenang aja gak bakal mobil ini gue bikin lecet SEDIKIT pun!" kata Arkan dengan menekankan kata 'sedikit.' Dan akhirnya Nesya yang harus mengalah, bisa saja ia melawan Arkan. Namun Arkan selalu mengancam akan memberitahu sikap ketus Nesya kepada orangtua gadis itu, sehingga membuat Nesya menuruti apa perkataan Arkan. Di dalam perjalanan, kedua nya sama-sama diam. Arkan fokus menyetir sementara Nesya mengalihkan pandangan keluar jendela. Nesya melirik Arkan yang sedang bernyanyi kecil, semua tentang Arkan sudah ia ketahui dari teman-teman nya. Namun ada satu hal yang belum Nesya ketahui, dan saat ini ia ingin sekali mendengar jawaban dan alasan dari Arkan. "Kenapa lo ngelirik-ngelirik gue?" tanya Arkan tanpa menoleh ke arah Nesya. "Gue mau nanya sama lo" "Apaan?" Nesya diam sejenak dan menghembuskan nafas panjang. "Tapi lo jangan marah!" Arkan menaikan sebelah alis nya lalu mengangguk kecil. "Kenapa, lo gak merokok?" tanya Nesya dengan takut-takut. 'Pilihan lo cuma dua Nes! Hidup ato mati!' batin Nesya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Arkan langsung memberhentikan mobil yang ia bawa dan menoleh ke arah Nesya. Ia mendekat kepada Nesya sehingga membuat gadis itu menjauh sedikit demi sedikit. "Lo-lo mau ngapain?" tanya Nesya ketika jarak diantara mereka hanya tersisa beberapa centi saja. "Coba pertanyaan lo diulang sekali lagi?" tanya Arkan seraya berbisik membuat Nesya merinding ketakutan. "Lo kok gak merokok? Bad boy masa gak merokok sih, tawuran, cabut, bolos, apapun itu lo selalu jadi yang pertama. Masa untuk merokok aja gak berani?" "Siapa bilang gue gak berani merokok! Gue cuma gak mau aja! Kenapa? Karena gue mau jadi pilot!" Nesya terdiam sejenak sambil menatap Arkan dengan mulut yang menganga. Arkan menjauh dari Nesya karena ponsel nya berbunyi. Tak lama suara tertawa Nesya pecah, Arkan hanya menggeleng kecil sambil terus memainkan ponsel nya. "Hahaha... Cowok bad boy kek lo mau jadi pilot? Astaga, apa jadinya dunia ini kalo tu pesawat dibawa sama lo. Bawa mobil aja masih suka nabrak sana nabrak sini. Apalagi bawa pesawat. Astajim cita-cita lo" Akrkan menghela nafas pelan seraya menatap Nesya. "Kalo gue bisa jadi pilot, lo harus mau nikah sama gue!" Nesya langsung berhenti tertawa, raut wajah Arkan terkesan serius. Nesya membenarkan posisi duduk nya dan kembali menoleh keluar jendela. Arkan menghidupkan mesin mobil tersebut lalu menjalankan nya. Kembali terjadi keheningan, dan sekarang rasa penasaran Nesya sudah terjawab walau terdengar konyol. 'Seenggak nya gue masih bisa nafas sekarang!' "Aaaaa..." jerit Nesya sehingga membuat Arkan mengerem mobil secara tiba-tiba. "Eh curut! Lo kenapa sih jerit-jerit gitu? Kaget gue njir! Untung jantung gue gak copot!" Arkan langsung memegang d**a nya dan bernafas lega saat masih merasakan detak jantung nya yang tidak beraturan akibat jeritan Nesya. "Totoroooo..." pekik Nesya sambil memperhatikan sebuah toko. "Apa? To apa?" tanya Arkan tidak mengerti. "Totoro! Gue mau totoro!" "Gue gak tau totoro itu apa, sejenis makanan? Atau benda?" "Beliin gue lampu totoro dong" Nesya menarik-narik tangan Arkan seperti anak kecil yang sedang memohon untuk dibelikan es krim oleh orangtua nya. "Tapi Nes gue.." "Lo gak mau? Gue juga gak mau nikah sama lo! Jangankan nikah, tunangan juga gue bakal nolak ntar. Malu deh lo situ" Arkan bergedik ngeri dan langsung keluar dari mobil dengan diikuti oleh Nesya yang sedang tersenyum puas. "Lo bawa duit kan?" tanya Nesya seraya berbisik sebelum mereka masuk ke dalam toko tersebut. "Enggak! Lo yang mau lo juga yang bayar!" Nesya langsung memukul tangan Arkan dengan cukup kuat. "Sakit! Anjing, gila lo ya" "Bodo!" Sesampainya di toko Nesya langsung mencari apa yang ia inginkan. Sementara Arkan memperhatikan barang-barang yang ada di toko tersebut selain totoro. "Kenapa cewek suka sama benda yang berbau imut?" tanya Arkan dengan gumaman. "Arkan?" panggil Nesya, tangan nya sudah memegang lampu totoro yang ia maksud. Arkan memperhatikan totoro tersebut. "Udah lo bayar kan, yuk kita pulang" ucap Arkan sambil menarik tangan Nesya. "Ini belom gue bayar b**o, bayar dulu sana!" ujar Nesya. "Lah, kok gue. Itu kan punya lo, berarti lo aja yang bayar sana!" "Gue gak bawa duit! Lagian lo sebagai calon suami harus baik dong ke gue. Gimana sih lo?" kata Nesya mengulang kalimat yang sempat Arkan ucapkan waktu di kamar nya. Arkan mendengus kesal lalu berjalan menuju kasir dan membayarkan. "Udah ayok kita pulang Nenes!" Arkan kembali menarik tangan Nesya dengan cukup kuat sehingga membuat mulut Nesya berkomat-kamit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN