"Mama tau ini berat untuk kamu, tapi ini Mama dan Papa lakuin demi kebaikan kamu, percaya sama mama Arkan itu baik. Dia laki-laki yang baik, ini semua memang terlalu cepat untuk kamu. Tapi ini yang terbaik sayang" ucap Kanya sambil mengelus pipi Nesya. Nesya menangis dan langsung memeluk ibu nya.
"Titip Nesya ya, jagain Nesya" kata Agung.
"Pasti Pa!"
Nesya masih tidak percaya dengan semua ini, bagaimana mungkin diumur nya yang masih terlalu muda sudah harus menikah dengan laki-laki yang menurutnya sangat tidak perfect! Nesya tidak bisa menerima semua ini! Bukan ini yang ia mau! Tunangan secara tiba-tiba dan selang waktu hanya seminggu ia sudah menjadi milik laki-laki yang sangat dibenci nya. Kedua orangtua Nesya selalu beranggapan bahwa Arkan laki-laki yang baik. Tapi tidak untuk Nesya, ini semacam sebuah kutukan bagi nya. Hidup bersama dengan orang yang tidak ia cintai apa jadi nya? Untung saja pernikahan mereka hanya di ketahui oleh kerabat dekat! Setidaknya Nesya masih bisa bernafas lega.
Nesya berdiri di dekat kulkas seraya minum. Tiba-tiba saja Arkan datang menarik tangan nya sehingga membuat Nesya tersedak dan langsung menatap tajam Arkan.
"Ikut gue!"
"s****n banget sih lo, gue lagi minum!" ucap Nesya kesal.
"Oh lo lagi minum tadi, sori gue gak liat!" balas Arkan dengan santai. Nesya membelalakkan mata dan mengepalkan tangan di depan wajah Arkan. Arkan tidak memperdulikan itu dan langsung kembali menari tangan Nesya.
"Mau kemana sih? Lo suka banget narik-narik gue! Tangan gue sakit! Lo kasar banget!" kata Nesya ketika Arkan menarik nya keluar rumah.
"Kita mau kemana? Mereka gak ada yang tau kalo kita mau pergi gini"
"Masuk!" ujar Arkan sambil mendorong Nesya untuk masuk kedalam mobil nya.
Ketika Arkan sudah duduk di balik kemudi, Nesya ingin membuka mulut untuk berbicara namun sudah di tahan oleh Arkan.
"Jangan banyak ngomong! Lo tinggal ikut aja!"
Nesya terus menatap Arkan dengan tajam. Merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam Nesya, Arkan menoleh ke arah nya.
"Apa? Gue tau gue ganteng! Gak usah segitu nya juga ngeliatin gue!"
Nesya memilih untuk diam dan menoleh ke arah luar jendela mobil.
15 menit mereka di dalam perjalanan kini mobil Arkan sudah berhenti di sebuah gedung apartemen. Arkan sudah keluar dari mobil terlebih dahulu lalu diikuti dengan Nesya.
"Kita ngapain kesini? Lo gak mau macem-macem kan?" tanya Nesya sambil terus mengikuti langkah Arkan.
"Enggak lah! Kalo pun gue mau macem-macem, pasti lo udah gue bikin pingsan terus gue bawa ke kamar dan..."
"Stop! Awas aja kalo lo kayak gitu! Abis lo!" ancam Nesya. Arkan tersenyum kecil dan memencet tombol lift.
*****
"Ini apartemen siapa?" tanya Nesya ketika mereka sudah masuk ke apartemen yang cukup luas dan mewah. Nesya mengedarkan pandangan keseluruh ruangan dan jujur ia merasa terkesima dengan apartemen tersebut.
Arkan membuka jas nya dan menaruh di sembarang tempat. "Apartemen gue!"
"Bohong lo! Gak mungkin ini apartemen lo, paling juga punya bokap nyokap lo kan! Dari mana lo bisa beli apartemen mewah kayak gini? Sedangkan lo aja masih pelajar"
"Oke gue jujur, apartemen ini punya kita!" Nesya membulatkan mata nya dan terdiam cukup lama.
"Ki-kita? Lo gak salah ngomong kan? Pas lo berantem kemaren kondisi otak lo baik-baik aja kan?"
"Ya udah, lo tinggal di kolong jembatan aja sana kalo lo gak mau tinggal disini! Gue bakal cari cewek lain yang mau tinggal bareng di apartemen ini. Susah amat!"
"Ya udah! Gue juga gak mau tinggal bareng lo! Acara pernikahan ini aja gue terpaksa pake banget, siapa juga yang mau nikah sama cowok bad boy kayak elo! Most wanted di sekolah, lo bukan tipe gue! Cuma menang tampang dan harta aja lo bangga banget!" ucap Nesya dengan berapi-api. Arkan tersenyum kecut mendengar ucapan dan makian yang keluar dari mulut cantik gadis itu.
"Jangan kebanyakan ngomong deh lo! Mau emang gue cium bibir lo itu? Bisa mati lo ntar" Nesya langsung terdiam dan menjauh dari Arkan. Arkan pergi ke kamar untuk mengambil sesuatu. Arkan kembali dengan membawa dua lembar kertas dan pulpen. Nesya duduk diam di sofa seraya memperhatikan vas bunga yang berisikan bunga mawar.
"Nih" Arkan memberikan selembar kertas dan pulpen kepada Nesya.
"Maksudnya?" tanya Nesya tidak mengerti. Arkan duduk di sofa yang ada di depan Nesya.
"Gue gak ngerti sama keputusan orangtua jaman sekarang. Seenaknya jodohin anak nya tanpa mikirin perasaan gue yang masih mau bebas!" Nesya masih tidak mengerti dengan ucapan Arkan.
"Kita tunangan secara tiba-tiba, dan nikah secara tiba-tiba juga. Gila apa ya, gue gak ngerti sama jalan pikiran mereka"
"Ceritanya lo lagi curhat sama gue gitu?" pandangan Arkan yang sedari tadi fokus menatap lembaran kertas kosong kini menatap Nesya.
"Semoga gue selalu sabar ya ngadepin sikap ngeselin lo itu!" kata Arkan. Nesya mengangkat kedua bahu acuh.
"Kertas sama pulpen ini buat apa? Lo ada PR dan mau minta ajarin sama gue? Apa guna nya lo masuk IPA 2 kalo lo itu sebenernya b**o"
"Beneran gue cium nih lo!" ancam Arkan yang sudah bangkit dari duduk nya. Nesya langsung menyandar di sofa dengan menutup mulut nya menggunakan lembaran kertas tadi.
Arkan kembali duduk dan menaruh kertas tersebut di meja.
"Gue mau kita buat perjanjian dan peraturan!" kata Arkan.
"Gue masih gak ngerti" ucap Nesya dengan polos nya. Arkan menghela nafas untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Selama kita tinggal bareng, gue mau kita buat perjanjian dan peraturan!"
"Kita buat perjanjian kawin kontrak gitu?"
"Bukan b**o! Lo bisa bedain gak sih? Gue bilang perjanjian dan peraturan! Bukan kawin kontrak!"
"Terus?"
'Untung lo cantik!' batin Arkan.
"Lo tulis aja apa perjanjian dan peraturan lo buat gue, dan gue juga bakal nulis!"
"Serius gue boleh nulis apapun yang gue mau? Dan lo bakal nurutin apa yang gue tulis nanti kan?" Arkan mengangguk dan mulai menulis. Nesya tersenyum dan mulai menulis point pertama.
Arkan sudah selesai menulis dari tadi, sementara Nesya masih terus menulis. Ketika Arkan ingin melihat apa yang di tulis oleh gadis cantik itu, Nesya langsung memukul lengan Arkan.
"Mana punya lo lama banget!"
"Sabar dong, satu lagi nih"
Dan akhirnya Nesya sudah selesai menulis dan memberikan kertas nya kepada Arkan.
"Gila banyak banget yang lo tulis, sampe gak ada tempat kosong lagi? Gue cuma satu aja tuh" protes Arkan. Nesya mulai melihat apa yang Arkan tulis.
"Lo apa-apaan!" ucap Nesya dan Arkan bersamaan sehingga membuat mereka sama-sama diam sejenak.
"Maksud lo apa? Hah?" tanya Nesya kesal.
"Lo gak bisa baca? Sini gue bacain!"
"Gak perlu! Point lo cuma ada satu tapi itu bikin gue kesel tau gak. Turuti apa kemauan lo?"
"Iye, permintaan gue cuma satu. Turuti semua kemauan gue! Gampang kan?"
"Ta.."
"Ssttt.. Diem, sekarang giliran gue yang baca punya lo!" kata Arkan sambil mengangkat jari telunjuk nya di hadapan Nesya.
Arkan tidak habis pikir dengan apa yang Nesya tulis. Mulut nya juga tidak pernah tertutup rapat, mata nya selalu menatap wajah Nesya dengan kesal. Sementara Nesya tersenyum puas melihat ekspresi kesal Arkan.
"Gak boleh pulang telat? Gak boleh bolos? Cabut? Berantem? Tawuran? Jumat, sabtu, minggu gue yang beresin apartemen ini termasuk kamar? Kalo pergi gak boleh pulang lewat jam 10 malem? Dan gak boleh ngomong kasar? Lo.." Arkan menggelengkan kepala nya tidak percaya dengan apa yang Nesya tulis.
"Dan gak ada kontak fisik!" lanjut Arkan. Nesya mengangguk sambil tersenyum.
"Berusaha lah untuk jadi suami yang baik buat gue! Kata-kata keramat lo yang sering lo keluarin buang jauh-jauh mulai dari sekarang!" kata Nesya.
"Berarti gue gak boleh ngomong.." Nesya langsung memotong ucapan Arkan.
"Anjing, setan, b******k, bajingan.. Pokok nya kata-kata gak wajar lo itu di buang jauh-jauh deh!"
"Itu barusan lo ngomong kasar!"
"Gue cuma ngasi contoh aja tadi. Lo bilang mau jadi pilot, tapi cara ngomong lo aja kasar, gak bakal bisa deh lo. Makanya mulai dari sekarang lo ubah sifat buruk lo itu!" ucap Nesya.
"Dan satu lagi, jangan pernah pergi ke club! Jangan pernah lo minum-minum lagi, stop balapan!"
Jujur saja Arkan tidak bisa menerima itu semua, apa yang Nesya larang sangat tidak masuk akal menurut nya. Arkan menghela nafas lalu mengangguk kecil.
"Oke ini bukan hal yang sulit!" kata Arkan.
"Emang ini gak sulit! Kalo lo ngelanggar itu semua, lo harus beliin gue bunga mawar, coklat, donat!"
"Itu namanya pemerasan!" protes Arkan.
"Makanya lo jangan ngelanggar itu semua!"
"Serah lo deh, dan kalo lo gak bisa nurutin apa mau gue. Lo harus mau jadi pembantu gue dalam seharian penuh! Pokok nya lo harus mau ngelakuin apapun yang gue suruh!"
"Oke, deal!"
Arkan dan Nesya sama-sama menandatangani apa yang sudah mereka tulis tadi.
"Ini berlaku mulai kapan?" tanya Nesya.
"Sejak hari ini lah!"
"Tapi..." Arkan menatap tajam Nesya dan membuat gadis itu bungkam.
Arkan menoleh ke arah ponsel yang sedang berbunyi dan tertera nama Arsen di sana.
"Halo sen?"
"Lo dimana sih oncom? Gue sama yang lainnya udah di club nungguin lo sejak satu jam yang lalu!" lapor Arsen sedikit dramatis.
Arkan membelalakan mata nya dan langsung menatap Nesya yang juga menatap nya.
'Seharusnya gak berlaku hari ini!' batin Arkan.
"Gue.."
"Lo bisa dateng gak nih? Sumpah bohay-bohay banget cuy!"
"Iya, iya gue pasti dateng. Ini gue lagi otw, sisain buat gue ya" disebrang sana Arsen tertawa dan memutuskan panggilan.
"Lo mau kemana?" tanya Nesya. Arkan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Gue, gue mau pergi"
"Kemana?" tanya Nesya mulai curiga.
"Emm.. Ke rumah temen gue"
"Tadi lo ada bilang sisain? Apanya?"
"Itu, eng.."
"Jujur aja sama gue, lo mau kemana?" Arkan menghembuskan nafas panjang.
"Temen-temen gue ngajakin ke club"
"Dan dengan senang hati lo mau? Lo gak inget perjanjian yang udah gue tulis tadi?"
"Point ke 15, dilarang pergi ke club! Dan minum!" ucap Nesya.
"Iya gue tau, tapi ini yang terakhir. Please, bolehin dong!" Nesya hanya diam saja sambil melangkahkan kaki nya menuju kamar. Arkan terus mengikuti Nesya sambil memohon.
"Gue janji deh ini yang terakhir, lo jadi istri harus pengertian dong ke gue"
Nesya berhenti berjalan secara tiba-tiba dan langsung berbalik menghadap Arkan yang masih berjalan. Arkan langsung berhenti berjalan dan sedikit lagi akan menabrak gadis itu.
"Untung gak kena kan, elo sih tiba-tiba banget berenti nya" ucap Arkan seraya menatap ke bawah. Nesya memukul d**a Arkan karena merasa risih dengan pandangan cowok itu.
"m***m banget sih lo!"
"Kita udah halal, jadi gue bebas kali ngeliatin apapun yang ada di elo!" Nesya membelalakkan mata dan kembali memukul Arkan.
"Kalo lo mau pergi, pergi aja sana. Pergi jauh-jauh! Gak usah pulang sekalian!"
"Jadi janda muda dong lo" kata Arkan sambil mencolek dagu Nesya.
"Iss.. Apaan sih! Ya udah sana pergi, terserah lo mau pulang jam berapa. Merdeka deh lo karna besok libur, puas-puasin aja sana di club"
"Serius nih?" tanya Arkan dengan senyum lebar. Nesya mengangguk kecil sembari membuka lemari untuk melihat pakaian nya yang sudah tersusun rapi. Sempat bingung bagaimana mungkin pakaian nya sudah ada di sini? Tapi bukan itu yang ingin Nesya tanyakan kepada Arkan.
"Oke, gue pergi. Jangan kemana-mana lo! Ini udah malem, dengerin apa kata gue!" Nesya tidak membalas ucapan Arkan melainkan sibuk melihat-lihat baju yang akan ia pakai.
Sepuluh menit setelah Arkan pergi, ponsel Nesya berbunyi. Nesya segera mengambil ponsel nya yang sudah ia letak di tempat tidur, tubuh Nesya mematung saat melihat siapa yang menelfon nya. Dengan tangan yang bergetar, Nesya menjawab panggilan tersebut.
"Halo kak"
"Kamu apa kabar? Aku kangen, bisa kita ketemu sekarang?"
Nesya langsung mengingat ucapan Arkan, dimana laki-laki itu melarang nya untuk pergi keluar. Namun di satu sisi Nesya merasa tidak enak jika menolak ajakan Alex.
"Emm.. Bi-bisa, dimana kak?"
Alex tersenyum kecil.
"Di cafe biasa kita sering ketemuan. Aku tunggu ya"
"Iya"
Setelah selesai menelfon, Nesya langsung duduk di tempat tidur.
"Kenapa lo mau sih Nes! Bodoh banget sih! Kenapa perasaan gue gak enak ya"