Karyna tahu ada yang ingin pria itu sampaikan karena langkah buru-burunya. Bahkan Dave seperti tak peduli jika ada yang memikirkan mengenai hubungan mereka berdua yang lebih dari sekadar atasan dan bawahan. Sebab tadi, Karyna sempat menangkap sindiran pedas Dave terhadap salah satu karyawan pria yang memang suka menaruh tatapan memuja terhadap Karyna secara langsung.
"Saya pinjam mbak Karyn-nya." Lalu Dave menggenggam tangan Karyna untuk berdiri dari kursi panjang kantin kantor. "Oh, iya. Jangan lupa, kalian punya tanggung jawab lain selain
mendamba Karyna duduk manis makan siang bersama kalian di sini. Karena Karyna bertanggung jawab kepada pekerjaannya dengan saya secara langsung. Lain kali, kalau kalian melihat Karyna makan di sini, siapapun itu akan saya beri bonus bagi yang pertama menghubungi saya."
Jujur Karyna tak mengerti, kenapa Dave harus bicara seperti itu pada karyawannya sendiri? Jelas sekali jika ada hubungan aneh yang pastinya bisa ditebak oleh karyawan di meja tersebut.
"Pak? Apa bapak tidak tahu jika tindakan bapak tadi membuat banyak pihak curiga dan berpikir macam-macam?" tanya Karyna langsung setelah pintu ruangan Dave dikunci dan dipastikan mereka berdua bisa bicara tanpa gangguan.
"Saya tahu." Balas Dave dengan santainya.
"Lalu, kenapa bapak justru——"
Kembali, ucapan Karyna diputus dengan ciuman kasar dari Dave. Ini sudah kedua kalinya.
Kemarin, begitu mereka kembali dari butik Dave juga melakukan tindakan yang sama.
Didorongnya d**a pria itu oleh Karyna. Kali ini dia membutuhkan penjelasan yang lebih konkrit dari atasannya itu.
"Ada apa dengan bapak??? Kenapa kemarin melakukan hal begini dan sekarang begini
lagi??!!" tuntut Karyna diiringi rasa kesal.
"Kamu tahu kamu cantik, Karyna?" Kerutan di dahi perempuan itu muncul. "Kamu tahu kamu menarik?"
"Apa maksud bapak sebenarnya?"
"Justru saya yang ingin bertanya dengan kamu. Apa maksud kamu sebenarnya menggunakan lipstick merah itu lagi!!?? Tadi pagi kamu hanya menggunakan pewarna bibir yang mirip dengan warna kulitmu, tapi saya mendatangi makan siang dengan klien kamu sudah berganti warna!!"
Karyna tentu saja langsung mencari cermin di mejanya. Melihat bagaimana tatanan pewarna bibirnya kembali dirusak. Memejamkan mata sesaat, Karyna menahan napasnya kesal.
Berhadapan kembali dengan Dave yang menyebalkan.
"Apa bapak bermasalah dengan warna merah yang saya pakai??? Jika bapak merusak tatanan warna bibir saya, maka saya jamin bapak tidak akan mendapatkan kesempatan membawa saya pulang ke rumah bapak sebelum kita resmi menikah!"
Dave maju. Mengikis jarak yang semula diciptakan Karyna. "Kenapa saya harus menuruti kamu??!! Sedangkan kamu sengaja menggoda pria lain dengan warna bibirmu yang mencolok!"
Karyna terbelalak. "Saya??? Menggoda—– apa, sih yang ada dalam otak bapak!!?? Saya menggunakan warna lipstick ini karena harganya yang setimpal dengan warna cantiknya!!" geram Karyna balik.
Keduanya terlibat adu otot leher. Dave yang masih menahan diri untuk tak mengeluarkan kata cemburu dan Karyna yang tidak berpengalaman dengan hati pria.
"Saya bisa membelikan kamu lipstick mahal yang tidak membuat kamu terlihat murahan!"
"Saya tidak butuh itu. Saya hanya butuh jawaban bapak Dave Mahendra yang terhormat. Apa masalah bapak dengan warna merah dibibir saya, sebenarnya??!"
Dave menggeram. "Saya sudah bilang, Karyna. Saya tidak suka kamu seperti sengaja menggoda pria lain dengan warna merah dibibir kamu!"
"Tidak ada pria yang saya goda, Pak."
"Tapi mereka melihat kamu dengan tergoda!!"
Karyna memundurkan diri. Sakit kepalanya berteriak setelah asupan makan siangnya. Rasanya seolah makan siang barusan sudah habis karena dipakai membalas argumen Dave yang menjadi terdengar kekanakan bagi Karyna.
"Apa ini berarti bapak cemburu?" tebak Karyna, begitu menyadari into dari jawaban Dave.
"Apa menurut kamu saya memiliki sifat seperti itu?" Dave berdecih. "Jangan gila, Karyna!"
"Akui saja, Pak. Maka saya akan berhenti memakainya."
"Saya nggak minta kamu berhenti memakainya."
Karyna kembali termenung. "Saya hanya meminta kamu tidak memakainya di depan pria lain. Itu berarti, hanya dengan saya kamu saya beri izin memakainya."
Mengambil tisu pembersih wajah di mejanya sendiri, Karyna sengaja kembali duduk tanpa menjawab Dave lagi. Dia sengaja memakai lipstick merah tersebut di depan Dave dan meratakannya dengan cara s*****l.
"Ini yang bapak inginkan? Memonopoli saya, bahkan hanya dengan riasan wajah?" tantang Karyna.
Dave bungkam.
"Maka saya akan membuat kejutan untuk bapak setiap harinya. Hanya untuk bapak! Tidak akan ada pria lain yang bapak terka tergoda dengan riasan atau apapun itu dari saya.
Kecantikan saya, daya tarik saya, semuanya akan menjadi milik bapak seutuhnya." Pria itu merasa di atas angin.
"Tapi itu semua terjadi setelah bapak sepakat dengan saya nanti ."
Alarm bahaya Dave muncul. Negosiasi dengan Karyna akan memusingkan. "Apalagi,
Karyna?"
"Bapak harus sepakat untuk tidak memecat saya setelah saya menikah dengan bapak dan bapak tetap menggaji saya sebagai sekretaris istimewa
bapak."
Tunggu? Dave sepertinya benar-benar dalam kondisi berbahaya. Sebab itu yang dia pikirkan semalam mengenai Karyna setelah resmi menikah dengannya. Sialan! Apa Karyna membaca
pikirannya semalam?