Chapter 9

750 Kata
Dave mengecek keadaan pipi Karyna yang terlihat lebam meski ditimpa dengan segala pelapis wajah bernama make up . Mungkin karena terlalu sering mengamati Karyna dengan teliti, lebam seperti apapun tak akan bisa ditutupi dari penglihatan Dave. "Apa-apaan ini, Karyna?" "Bukan apa-apa, Pak." Jawab Karyna dengan santainya. Dave berdecak tak suka. Bagaimana bisa dia memiliki sekretaris yang berani serta banyak bicara padanya. "Kamu selalu memancing emosi saya, Ryn. Apa kamu tidak bisa berhenti membalas saya dan menuruti apa yang saya mau!?" Karyna menatap Dave. Mendekatkan wajahnya dan sengaja menghantar panas pada wajah pria itu. "Saya selalu menuruti apa yang bapak mau. Sudah lebih dari cukup bagi saya untuk menuruti semuanya, karena kalau saya tidak menurut... hubungan kita tidak akan seperti ini, Pak." Berdecak. Dave kembali mengamati luka pada wajah Karyna. Pria itu bergumam, "Saya akan membawa kamu dari sana." Kerutan pada dahi Karyna menjelaskan segala kebingungan perempuan itu. "Maksud bapak?" "Nggak perlu kamu tahu maksudnya. Sekarang, saya mau kamu lebih paham bahwa pekerjaan kamu bukan hanya menjadi sekretaris saya dan calon ibu untuk menjaga anak saya. Tapi juga menjadi perempuan yang wajib menjaga tubuh, tidak boleh ada luka apapun yang ada ditubuh kamu." Karyna mengangkat sebelah alisnya dan berkata, "Bapak juga melukai pergelangan tangan saya." "Hei! Itu lain cerita. Kamu diam-diam juga suka saya—" "Jangan bahas ini di kantor, Pak. Saya merasa seperti perempuan murahan dengan kata-kata bapak." Dave akan membalas, tetapi Karyna tidak membiarkannya. "Ya, walaupun saya tahu diri saya ini terhitung tidak menghargai diri sendiri dengan menyerahkannya ke bapak." "Astaga, Karyna... kamu yang membahas ini sendiri. Saya yang kamu salahkan?" Pria itu sempat memundurkan wajahnya. "Dasar wanita! Rumit sekali, sih!" "Bapak yang aneh, kenapa menyukai mahluk rumit." Memilih diam dan bersabar, Dave kembali mengamati lebam diwajah Karyna. "Sudah, Pak. Jangan dilihat dan dipegang terus." "Sakit?" "Nggak perlu saya jawab bagian itu, Pak. Bapak pasti tahu jawabannya." Lagi dan lagi Dave berdecak. Dia tak suka Karyna menanggapi hal ini dengan biasa. Dia tak menyukai apapun yang menjadi miliknya disentuh apalagi disiksa semacam ini. Ketika Karyna masih saja berusaha menepis tangan Dave dari kegiatannya mengamati lebam yang ada di wajah, seseorang memasuki ruangan Dave tanpa pikir panjang. Posisi keduanya terlihat seperti tengah b******u dan dipergoki oleh orang lain. "Sori... gue permisi dulu, deh. Gue balik nanti." Suara canggung dan terkejut membuat Karyna memundurkan wajahnya dari Dave. Dia menatap siapa yang datang tetapi Karyna tidak mendapatkan nama dari kepalanya. Siapa yang kini sedang membuka pintu ruang kerja Dave dengan santainya—meski terkejut—tanpa takut dimarahi Dave yang tak suka kedatangan siapapun tanpa janji temu. Sebelum menemukan jawabannya, Dave sudah menunjukkan rasa kesalnya. Lalu, tiba-tiba saja menarik tubuh Karyna hingga berada dibalik badannya. Tinggi Karyna yang tak seberapa dari Dave-pun menjadi tenggelam dan tidak bisa melihat apapun di depan. Khususnya pria yang wajah dan suaranya tidak Karyna kenali sama sekali. "Ngomong aja sekarang. Mau apa ke sini?" tanya Dave dengan nada ucapnya bisa Karyna rasakan tensinya meninggi. Pria yang tidak bisa Karyna lihat jelas dari balik tubuh Dave itu terkekeh. "Gue balik aja, deh, Bang. Lo lanjutin aja kegiatan sama sekretaris..." Pria itu bersiul singkat seperti menggambarkan bentuk tubuh serta rupa Karyna yang patut digoda. "... gue cari aman aja. Bye !" Sepeninggalnya pria itu, Dave terlihat semakin kesal. Karyna memeluk prianya dari belakang. "Emosi lagi. Kenapa?" Sedikit terkejut dengan gerakan spontan Karyna yang memeluknya, Dave memanfaatkan itu untuk membalik tubuhnya dan menangkup wajah Karyna guna mencium dalam bibir perempuan itu. Napas mereka kembali beradu, tetapi gerakan yang ingin Dave perdalam tidak menjadi kenyataan karena ketika telapak gagah Dave tak sengaja menyentuh pipi Karyna, perempuan itu mengaduh kesakitan. Amarah Dave-pun kembali naik. "Kamu harus benar-benar ke rumah sakit! Saya nggak suka kamu kesakitan begini." "Saya nggak kenapa-napa, Pak. Kalau bapak memaksa saya untuk periksa, oke, saya akan berangkat." Dave berniat beranjak dan Karyna menghentikannya. "Pak, saya akan berangkat sendiri. Bukan dengan bapak." "Apa!? Kenapa harus sendiri!? Saya yang justru nggak akan tenang tanpa kamu di kantor!" Karyna menghela napasnya. "Kalau bapak ikut, yang ada selain tugas penting bapak terbengkalai, seisi kantor akan mencurigai kita berdua." Dave mendesis dia mengakui memang benar ucapan Karyna. "Sialan!" "Lagi pula... saya ingin tahu apa yang bapak sembunyikan sampai nggak jawab pertanyaan saya tadi." "Saya sudah jawab." "Bapak hanya mencium saya." "Itu jawabannya." "Apa?" "Jawaban itu saya berikan untuk membuat kamu diam. Karena saya belum ingin menceritakan mengenai apa yang kamu tanyakan tadi." Lalu, Dave kembali menuju kursinya. "Silakan kamu periksa ke rumah sakit. Jangan membuat apapun bisa dicurigai karyawan kantor." Dave tetaplah Dave si pebisnis yang menjaga nama baiknya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN