Part 5: Sang mempelai Vampire

1071 Kata
Hot Vampire Author by Natalie Ernison ~ ~ ~ Hidup kesepian, bahkan harus menerima penolakan dari setiap lingkungan pergaulan. Hal ini sangat menyesakkan bagi Queen. Seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat, namun rasa kesepian tak dapat ia pungkiri. Kehidupan yang penuh dengan kelimpahan, ternyata tak cukup membuat seorang gadis muda seperti Queen bahagia. Ia kehilangan masa-masa indah bersama keluarganya, orang tuanya selalu pergi ke luar kotajuga Negara lainnya. Gedung XXX Queen datang lebih cepat, ia tidak ingin melewatkan kelasnya. Saat tiba di ruangan kelas music, Neils sudah duduk di sana dengan indahnya alunan music yang ia mainkan. Tak ingin mengganggu konsentrasi sang guru kesayangannya, Queen memilih untuk duduk manis memandang sang guru bermain music. "Apakah memandangiku sangat menyenangkan?" ucap Neils, sembari menoleh ke arah Queen. Queen tersenyum padanya, hal itu membuat Neils canggung, lalu kembali menatap ke arah permainan jarinya. "Selamat malam, Tuan guru," ucap Queen tersenyum. "Panggilan yang unik," ucap Neils. Setelahnya, para muridpun berdatangan. Queen kembali duduk menghadap depan. ......... Waktu kelaspun berakhir, beberapa teman dari Queen sedang asyik bercakap-cakap. "Jane sepertinya mengundurkan diri dari kelas music. Apakah itu ada hubungannya denganmu?" Ucap beberapa gadis, lalu menatap ke arah Queen dengan tatapan sinis. "Apa yang kalian katakan?" Queen bingung dengan apa yang mereka pertanyakan padanya. "Sudah cukup, kalian jangan bawa-bawa namanya sang putri Axton. Jika tidak, kalian akan bernasib sama." Sela salah seorang dari mereka. "Tentu saja,dia hanya menang di status sosial!" Ketus salah seorang dari beberapa teman kelas Queen. Queen cukup kesal dengan ucapan para gadis itu, namun ia memilih untuk tidak memperpanjang permasalahan. Mereka pergi meninggalkan kelas, sementara Queen masih duduk di sana. "Nona Queen!" Seru seseorang dari balik pintu. "Tuan Hazel, mengapa tuan kemari?" Queen baru saja menyelesaikan tugas note yang harus ia selesaikan. "Aku cemas, saat melihat beberapa anak gadis keluar dengan menyebut nama nona." Ucap hazel cemas. "Tidak ada masalah apapun, tuan Hazel." "Baiklah, sudah saatnya Nona pulang. Besok agenda cukup padat." "Oke, kita pulang!" Queen melangkah ke luar bersama sang pengawal sekaligus asisten pribadinya. Dari balik pintu yang terletak di sisi ruangan kelas, Neils hampir saja melangkah ke laur untuk menenangkan Queen. Namun, Hazel lebih dulu datang menghampiri Queen. Ada apa gerangan dengan Neils, si pangeran vampire nan dingin ini... *** "Mansion kediaman keluarga Axton" Queen bersenandung di dalam kamar miliknya, sembari mengingat sosok guru kesayangannya. Meskipun terlihat cuek dan dingin ia tetap menyukai sosok guru Neils. Tengkurap, lalu berbaring menatap langit-langit kamarnya. "Jika bisa memilih, maka aku ingin terus berada di kelas itu.." ucap Queen. "Tapi, Jane dan teman yang lain membenciku.. sampai kapan, Jane akan seperti itu." Ucap Queen, sembai memeluk sebuah boneka beruang besar miliknya. Keesokan harinya... Queen pergi bersama Hazel, untuk melihat beberapa usaha juga bisnis yang selama ini Queen kelola. *** Area kota A Hazel selalu mendampingi, kemanapun Queen pergi. Hazel sudah seperti seorang ayah bagi Queen, sekalipun usia mereka terpaut cukup jauh. Hazel dipercayakan untuk menjaga keamanan Queen, selama kedua orang tuanya tidak berada di tempat. "Nyonya muda, semua laporan keuangan sudah tersusun rapi di sini." Ucap salah seorang kepercayaan Queen dalam mengelola bisnisnya. "Tuan Hazel, tolong periksa untukku!" Titah Queen, lalu meneruskan perjalanan kelilingnya. Sedang asyik berkeliling, getaran ponsel miliknya terasa dari dalam tas tangannya. Emanuello memanggil... "Huh! Apa yang dia inginkan!" Gumam Queen. Queen: "Apa yang kau inginkan?" Emanuello: "Mengapa kau begitu kasar padaku, Queen?" Queen: "Karena aku tidak menyukaimu!" Emanuello: "Kau tidak menyukaiku karena perjodohan orang tua kita. Sungguh itu bukan keinginanku, aku pun tidak menyangka akan hal ini!" Queen: "Hentikan omong kosongmu! Aku sedang sibuk!" Queen pun mengakhiri panggilannya bersama Emanuello. Pria yang dijodohkan dengannya, Queen tidak suka dengan aturan orang tuanya. ~ ~ ~ Sepanjang hari, Queen masih berada di area perusahaan sembari menikmati senja dengan segelas juice segar. Rasa kesepian mulai mengusik kesendirian Queen. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama para pelayan mansion, bahkan Hazel baru ada setelah ia beranjak remaja. Hanya Hazel yang menjadi lawan bicara baik baginya. Hari sudah mulai gelap, Queen masih asyik dengan apa yang ia lakukan. Di area gedung-gedung yang sudah hampir kosong ditinggali para karyawan pulang. Swusshhh... Hembusan angin menyapu kulit belakang lehernya. Aura ini berbeda dari biasanya, Queen mulai merasakan perasaan takut secara tiba-tiba. Ia tersandar di tembok, dengan keadaan suaranya tak dapat ia keluarkan. Apa yang Queen katakan tak dapat terdengar, ia hanya seorang diri. Ahkk! Hhhh... Queen berusaha untuk berteriak, namun suaranya masih tetap tak terdengar jelas. Sosok bayangan hitam muncul di hadapannya, sosok tersebut terlihat sangat menakutkan, tanpa wajah yang jelas. Seluruh tubuh Queen kaku, ia sangat ketakutan kali ini. sebuah tangan berusaha untuk mencekiknya, namun suara Hazel yang sedang memanggil nama Queenpun berhasil menghentikan sosok tersebut. Queen jatuh pinsan dalam ketakutannya. "Nona Queen!" Hazel langsung berlari ke arahnya, dan mengangkat tubuh Queen. Sosok hitam tersebut pun menjauh dari sisi Queen, setelah Queen jatuh pinsan. *** "Mansion kediaman keluarga Axton" Tubuh Queen dibawa kembali ke mansion, seorang dokter pribadi ditugaskan untuk memeriksa kondiri kesehatan Queen. "Tidak ada hal yang serius, tekanan darahnya pun sangat normal." Ucap sang dokter. "Syukurlah, jika memang seperti itu." Ucap Hazel lega. Keadaan Queen yang tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri, cukup membuat Hazel cemas. Sementara disisi lainnya... *** "Castle Gracious" "Apa kau tertarik pada gadis itu?" Tanya salah seorang sosok wanita yang telah sempat membuat Neils tak berdaya. "Siapa yang kau maksud?" "Gadis dari keluarga bangsawan itu! Jika benar, maka aku akan mencabik-cabik tubuhnya!" Ancamnya. "Apa yang kau katakan! Jaga ucapanmu!" Neils bangkit dari tempat duduknya, dan dari balik mulutnya muncul sepasang gigi tajam. Wanita tersebut terbahak, lalu berdiri melangkah ke arah Neils. "Aku baru saja menjumpainya, sepertinya ia tidak cukup kuat menerima kehadiranku." "Jangan pernah kau usik muridku! Atau aku akan!" "Apa yang akan kau lakukan! Kau berniat membela manusia lemah dan bodoh itu! Sungguh pangeran yang sangat rendah!" Ketus sang wanita putri vampire, bernama Airaa. "Airaa kau jangan macam-macam denganku!" "Neils bodoh! Kau akan menjadi mempelaiku! Ingat statusmu bodoh! Cepat atau lambat, gadis itu akan menyerah denganmu, setelah mengetahui siapa kau sebenarnya." Princess Airaa "Kuperingatkan kau untuk tidak ikut campur! Sampai kapanpun, aku tidak akan menikahimu!" Neils mencekik leher Airaa, hingga Airaa mengeluarkan air mata darah berwarna hitam. Argh! Air mengerang kesakitan, saat Neils melempar tubuhnya ke dinding. "Jangan pernah kau usik muridku, dia adalah tanggung jawabku dan sama sekali tidak tahu permasalahan kita!" Peringat Neils. "Pergi dari sini, sebelum aku membuatmu menyesal!" "Sampai kapanpun, aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku!' Airaa pun menghilang bersama hembusan angin. "Sial! Mengapa Airaa sampai mengusik Queen.." ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN