FZ | 18

1751 Kata
-happy reading- --- "Kak? Udah selesai?," Naya mengusap air matanya dan menghembuskan nafas pelan. "Duluan aja! Ntar gue nyusul!," balas Naya, tak lama setelah itu ia mendengar suara pintu tertutup. Naya keluar dari bilik toilet dan menatap pantulan wajahnya di cermin, pucat masih mendominasi wajahnya. Matanya pun sedikit memerah karna menangis. "Kenapa gue harus ngerasa sesakit ini? Ham[ir 3 tahun gue suka sama lo!! Untuk apa lo dateng, ngasih perhatian lebih ke gua kalo akhirnya lo ninggalin gue b******k?!!," lirih Naya menunduk dalam. Azzam b******k, bahkan sangat! Seharusnya ia tidak jatuh ke dalam pesona Azzam. Naya membasuh wajahnya menggunakan air dan mengelapnya menggunakan tisu yang di sediakan pihak sekolah. Setelah merasa cukup, Naya keluar dari toilet dan menjalankan kakinya menuju kelas untuk mengambil ponsel. Naya berniat untuk pulang, kepalanya masih terasa sakit dan hatinya juga merasakan sakit. Naya pun bingung, untuk apa dia menangisi seseorang yang telah menyakitinya? Pacar bukan, tapi kenapa harus sesakit ini??? ================================ Abangke❤ me: Bg? Paan? me: Lg dmn? Bs jmpt Nay disklh? Drmh Iye ntar tunggu aja Lu di kelas berapa?? me: 12 IPA 7 Lgsng ke kls aj y Sip Read ================================ Paskal menghampiri Naya dan duduk di kursi Nabila yang berada di samping Naya, Laki-laki datang dengan wajah melasnya membuat Naya mengerutkan dahi. "Lo kenapa dah?," tanya Naya bingung. "Maafin gue Nay," ujar Paskal melas. "Minta maaf kenapa sih?," tanya Naya gemas. "Gue ga tau anjir kalo lo sakit,"  Oh Naya paham, jadi Paskal meminta maaf karena kejadian tadi. Naya tertawa pelan. "Bukan salah lo kok, udah santai aja." ujar Naya membuat Paskal sedikit lega meskipun masih sedikit tak enak karena menjahili Naya hingga Naya mimisan dan berujung pingsan. "Udah ah gue mau tidur," ujar Naya pelan. Paskal mengangguk lalu berdiri dan berjalan kembali ke tempat duduknya membiarkan Naya beristirahat. Naya berbohong, ia sebenarnya tak ingin tidur, Gadis itu hanya ingin sendiri. Naya melipat kedua tangannya dan menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangan. Moodnya sedang jelek sekarang, dia benar-benar ingin pulang dan menangis di kamarnya. Mata Naya terasa panas, perlahan pandangannya menjadi buram, airmatanya mengalir dan menetes di meja. Naya merasakan gerakan di sebelahnya, namun ia tak mendongak karna takut teman-temannya mengetahui ia menangis. "Kenapa ga balik ke kantin?," tanya Nabila ikut menelungkupkan wajahnya dan menatap rambut Naya. Naya menggeleng tanpa mengangkat kepalanya. "Lo tau siapa yang temen Randy yang naksir sama lo?," tanya Nabila berbisik. Naya kembali menggelengkam kepalanya. "Azzam! Dia naksir sama lo tapi dia justru nembak cewe lain," lanjut Nabila sedikit mengusap punggung Naya. Naya tersentak, Azzam menyukainya? Lalu kenapa Azzam malah memacari Audrey??!! "Becanda lo ga lucu Bil!," ujar Naya sedikit ketus. "Gue serius Nay, dia curhat sama gue tadi pas lo di ga turun waktu itu," Naya mendongakan kepalanya. "Udahlah, males bahas dia," ketus Naya kembali membenamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya. Membahas Azzam hanya membuat hatinya sakit. "Sekali lagi selamat ulang tahun, maafin kalo kata-kata dan perilaku gue kemarin nyakitin lo, gue ga se serius itu kok," ujar Nabila lalu menyenderkan kepalanya di punggung Naya. Mendengar itu, Naya kembalu ingin menangis. Bagaimana pun, ucapan teman-temannya kemaren masih membekas di hatinya. "Naya kenapa? Nangis?," meskipun Naya tak melihat, ia tahu bahwa Nabila mengangguk. Naya menggigit bibirnya, menahan isakan yang akan keluar dari bibirnya. Entah kenapa, Naya akan menangis kencang ketika ada yang bertanya seperti itu. Bahu Naya bergetar, membuat Bela dan Abel penasaran. "Lo kenapa sih, Nay?" tanya Bela sedikit khawatir. "Jangan bikin kita khawatir," sambung Abel. Azzam melihat semuanya, bahu Naya yang bergetar serta isakan yang terdengar menyakitkan di telinga Azzam. Ini bukan kemauan Azzam untuk menjauhi Naya, hanya saja ia sedang berusaha untuk melupakan Naya. Dia sangat menyayangi Naya, Ahh bahkan mencintainya. Tapi karna kebodohannya, ia justru menembak adik kelas yang sekarang akan menjadi calon istrinya. Ya, dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan Audrey. Azzam sendiri tak tahu apa maksud dari semua itu, tapi yang pasti ia akan menikah setelah lulus SMA. Tapi, semakin ia berusaha melupakan Naya, pikirannya justru di penuhi dengan gadis itu. Ia ingin mengenggam tangan Naya, LAGI! Kali ini, bolehkan Azzam bersikap egois? ✨✨✨ Nando memasuki gerbang sekolah Naya, tadi saat ia ingin menuju ke rumah Regil, sang pemilik rumah justru menelponnya dan mengatakan bahwa ia harus menjemput Naya dengan alasan searah. Beruntung, Nando belum melewati sekolah Naya jadi ia mengiyakan ucapan Regil. Nando celingukan di koridor lalu melihat segerombolan siswa yang duduk di anak tangga. "Dek, mau nanya kelas 12 IPA 7 dimana ya?," tanya Nando pada salah murid perempuan yang diam menatapnya intens. "Ganteng banget!," "Hah?," beo Nando bingung. "Eh, ada di lantai dua kak, kelas paling ujung. Ntar kakak naik ke lantai dua, terus belok kiri, nah itu udah koridor kelas 12," Nando mengangguk mendengar penjelasan gadis itu. "Makasih ya,". Nando berlari kecil ketika menaiki tangga, kemudian ia mengarahkan badannya ke arah kiri dan berjalan santai seraya melihat papan bertuliskan nama kelas di atas pintu masing-masing kelas. "12 IPA 7," gumamnya lalu mengetok pintu berwarna abu-abu di hadapannya. "Iya? Ada apa ya Mas?," seorang guru berkacamata keluar dari kelas. "Begini Pak, saya mau izin untuk menjemput Anaya karena dia lagi kurang enak badan," ujar Nando menjelaskan. dengan sopan. Di sisi lain, Nabila menatap seorang lelaki tampan dengan pakaian casual sedang berbicara dengan gurunya. "Nay, itu siapa dah? Ganteng banget," ujar Nabila menyenggol lengan Naya. "Gatau," sahut Naya serak, ia masih menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Naya merasakan elusan di kepalanya, ia pikir itu ulah Nabila. Namun, ia mencium aroma tak asing, dengan berat hati ia pun mendongak. "Astagfirullah! Kamu kenapa?!," panik Nando melihat wajah pucat Naya, di tambah lagi matanya yang merah juga sembab. Naya hanya diam, di lirik Azzam yang memasang wajah errr seperti menahan emosi? "Mau pulang!!," gumam Naya serak pada Nando dengan airmata yang hendak menetes. Nando mengangguk dan menghapus airmata Naya yang menetes. Sedangkan Nabila, ia hanya menatap Naya dan lelaki tampan di hadapannya bergantian. Ada hubungan apa mereka berdua, apakah dia pacarnya Naya? Nando mengambil tas Naya, dan menyampirkannya di bahu kiri. "Bisa jalan? Atau aku gendong?," tanya Nando lembut pada Naya, tanpa menyadari ada seseorang yang panas mendengarnya. "Jalan,". Nando merangkul Naya dan berusaha membantu Naya berjalan, sedangkan yang di bantu justru menutup matanya. Rasa pusing kembali menyerangnya Tubuh Naya terasa lemas, kakinya pun terasa seperti jeli. Teman sekelasnya pun berteriak kaget ketika Naya hampir saja terjatuh ke lantai. "Di gendong aja," saran guru tersebut, merasa tak tega melihat kondisi Naya yang lemah. Nando memakai tas Naya di bahunya, kemudian ia meletakkan satu lengannya di bawah lutut Naya dan satu lagi di bawah tengkuknya. Naya merasakan tubuhnya terangkat, kemudian ia mengalungkan kedua lengannya di leher Nando dan menyembunyikan wajahnya di d**a bidang lelaki itu. "Saya permisi Pak," pamit Nando sebelum keluar kelas. Sepeninggalan Nando, kelas tersebut menjadi sedikit ricuh. 'Pacar Naya sweet banget anjir!!' 'Kasian banget Naya' 'Itu seriusan pacar Naya?!!' 'Pengen punya pacar kek gitu!!' Azzam menyumpal kedua telingannya menggunakan earphone, telinga terasa panas mendengar ocehan-ocehan teman sekelasnya. Seperti ada rasa tak rela ketika Naya berada di gendongan laki-laki lain, tapi dia ini siapa? Kekasih saja bukan! Ia justru alasan kenapa Naya menjadi seperti itu. Bukan, bukan dia merasa pede atau GR! Tapi dia juga merasakan apa yang Naya rasakan, hanya saja ia terlalu pandai menyembunyikan semua rasa sakit yang ia rasakan dibalik sikap datarnya itu. Sedang Nabila memikirkan masalah yang terjadi sekarang, Naya menyukai Azzam sedangkan Azzam sudah memacari Audrey. ✨✨✨ "Bang," panggil Naya saat sudah berada di dalam mobil. Nando menoleh dan terkejut ketika Naya langsung menubruk tubuhnya dengan pelukan dan menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya. "Hey, are you okay?," ujar Nando membalas pelukan Naya dan mengelus lembut punggung Naya agar gadis itu sedikit lebih tenang. "No, i'm not." balas Naya sesegukan. "Nangis dulu puas-puas abis itu cerita ke aku kamu kenapa," ujar Nando memeluk Naya erat. Naya menangis kencang tanpa bisa menahan isakannya, Naya membenci hari ini. Naya benci Azzam, rasa sakit yang di berikan laki-laki itu sudah tak bisa ia jabarkan lagi. Bagaimana bisa dia menyukai Naya namun malah memacari Audrey? Bagaimana bisa?!!! Nando mengelus lembut punggung Naya dan meletakan dagunya di atas kepala Naya. Entah kenapa ia ikut merasa sakit saat mendengar isakan yang keluar dari bibir gadis itu. Naya tak pernah seperti ini sebelumnya. Naya bukan tipe orang yang gampang melihatkan kesedihannya pada orang lain. "Gue b**o banget ya bang?," tanya Naya masih sesegukan. Nando mengambil beberapa lembar tisu dan memberikannya pada Naya, Naya menerima tisu itu dan mengelap air matanya. Naya membuang ingusnya membuat Nando terkekeh pelan karena Naya terlihat lucu dengan hidung yang memerah. "b**o kenapa?," tanya Nando. "Baper sama sahabat gue sendiri," balas Naya menunduk dalam. "Azzam jadian sama ade kelas gue bang," gumam Naya dengan mata yang kembali memburam. "Kata Nabila Azzam suka sama gue, tapi kenapa dia harus macarin Audrey?," Nando diam sebentar membiarkan Naya berbicara. "Suka belum tentu sayang, Nay." balas Nando membuat airmata Naya menetes. Apa yang Nando bilang barusan benar, Azzam hanya menyukainya namun tidak sayang. Berbeda Naya yang sudah menyayangi lelaki itu, bahkan cinta. "Gue capek nangisin dia, gue pengen berhenti buat sayang sama dia tapi gue gak bisa." gumam Naya menatap gumpalan tisu di tangannya. Nando menghela nafas lalu menarik Naya ke dalam pelukannya. Laki-laki itu tak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya diam sambil mengelus rambut Naya lembut. Naya menyamankan posisi kepalanya di d**a bidang Nando dan memejamkan. Pelukan Nando membuatnya tenang dan nyaman. Naya menyukai pelukan Nando. "Kita pulang ya, lo harus istirahat." ujar Nando di balas anggukan oleh Naya. Nando melepaskan pelukannya dan menyalakan mesin mobil kemudian menjalankan mobilnya menuju rumah Naya, Naya diam menatap jalanan dari jendela, Naya mendengarkan lirik lagu yang terputar di mobil Nando. i hope you're happy, but not like how you were with me I'm selfish, I know, I can't let you go So find someone great but don't find no one better I hope you're happy, I wish you all the best, really Say you love her, baby, just not like you loved me And think of me fondly when your hands are on her I hope you're happy, but don't be happier Seperti yang di nyanyikan di lirik itu, Naya berharap Azzam bahagia tapi ia juga tak mau Azzam bahagia bersama pilihannya. Naya menggelengkan kepalanya pelan, Naya tak boleh egois. Azzam berhak bahagia meski dirinya harus merasa sakit. ✨✨✨ Tbc Wayoloh gimana?!! Pilih Zamnay Couple atau Nannay couple? Kalo author sih .... gatau hehe. Jangan lupa tap love ya temen-temen, terimakasih banyak buat yang udah baca. Maaf kalo cerita ini kurang baik :) Thanks for read❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN