FZ | 17

2104 Kata
-happy reading- --- Naya menendang pintu kelasnya menggunakan kaki, bagaimana ia bisa membuka pintu jika kedua tangannya memegang nampan? Hal yang ia bisa lakukan hanyalah menendang pintu tersebut agar terbuka. Naya pintarkan??? Harus jawab iya!!! Naya harus meminta maaf pada Pak Hamid karena sudah berlaku tidak sopan. Brak!! "Happy birthday Naya!!!," teriak Abel langsung memeluk Naya erat, untung saja nampan yang Naya pegang sudah di amankan oleh Randy. Naya membalas pelukan Abel tak kalah erat, hampir sebulan ia tak bertegur sapa dengan bocah pecicilan ini. Di susul dengan Nabila, Cika, dan Bela, mereka berpelukkan layaknya kartun teletubies. Naya mengusap airmatanya, merasa terharu dengan suprise yang di berikan teman sekelasnya. Setidaknya apa yang Naya harapkan semalam menjadi kenyataan, teman-temannya memberikan suprise padanya. Naya tersenyum dan melepaskan pelukan mereka lalu menatap Pak Hamid sambil tertawa pelan. "Loh, es teh anget saya mana??," tanya Pak Hamid bercanda. Naya tersenyum, menunjuk nampan yang ada di meja "Es, teh anget!," jawab Naya seraya menunjuk semangkuk es batu, lalu segelas teh hangat. "Bener kan Pak?," tanya Naya dengan nada bercanda, membuat Pak Hamid menggelengkan kepalanya takjub. "Pinter ini anak!," candanya seraya menunjuk Naya. "Saya di hukum kaga Pak?," tanya Naya mengingat dia terlambat tadi. "Tadinya saya mau hukum kamu, tapi karna kamu lagi ulang tahun, ya saya bebaskan," sahut Pak Hamid lalu mencolek cream cake dan menoelkannya di pipi Naya. "Selamat ulang tahun ya," Naya tersenyum dan mencium tangan Pak Hamid. "Foto dulu ga sii???," tanya Abel membuat teman-temannya bersorak setuju. "Ayo pak kita foto!!," ajak Nabila menarik Pak Hamid. Abian keluar kelas, memanggil anak kelas sebelah yabg sedang berada di luar kelas untuk memoto mereka. "Tolong fotoin boleh ga?," tanya Abian. "Boleh," balas siswa itu. Abian mengajaknya masuk ke dalam kelas, melihat betapa riwehnya Nabila menyusun teman-temannya menjadi suatu jejeran yang rapi. "Yang cowo bediri, yang cewe duduk di depan." ujar Nabila mengambil kursi dan menyusunnya di depan cowo. Setelah di rasa rapi baru lah mereka berpose. Naya duduk di tengah dengan kue di tangannya, begitupun Pak Hamid yang berdiri di tengah. Semua murid memasang senyum terbaik mereka dan... cekrek!! Satu foto sudah berhasil di ambil, mereka mengganti pose dan berfoto dengan berbagai macam pose. Naya mengucapkan terimakasih kepada teman-temannya, khususnya Abel yang merencanakan suprise ini. Hampir semua teman sekelasnya mengucapkan ulang tahun padanya, namun Naya merasa ada yang kurang. Azzam tak mengucapkan ucapan selamat padanya? ✨✨✨ Jam kosong, Naya sangat menyukai 2 kata itu. Saat jam kosong, ia bisa bebas melakukan aktivitasnya. Dengan kedua telinga yang tersumpal earphone, Naya mengeluarkan pulpen dan buku tulisnya dari dalam laci. Dengan perlahan ia mencoretkan kata-kata absurd di halaman paling belakang buku tulisnya. Pikirannya sedang tertuju pada sosok di samping kanannya, sosok yang beberapa minggu ini membuatnya gelisah. Apakah dia akan membalas perasaannya? Atau dia memilih pergi meninggalkan Naya untuk gadis lain? Mencintai dalam diam itu tidak enak, kita harus menyiapkan hati kita untuk di patahkan oleh orang yang meng'isi'nya. Sebenarnya Naya merasa heran, sejak kejadian dimana ia dan Abel berselisih paham, Azzam menjadi beda. Ia terlihat lebih menjaga jarak terhadap Naya, kalo itu merupakan bagian dari suprise untuknya, mengapa Azzam tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya? Apakah Azzam memiliki rencana lain? Tapi apa? "CIEEE, NAYA NULIS NAMA AZZAM PAKE EMOT LOVE!!!!," Naya tersadar ketika mendengar teriakan Paskal. Azzam yang merasa namanya di sebut pun langsung mengangkat kepalanya dan menatap Naya. Untuk sesaat mereka bertatapan, namun Azzam langsung memutuskan kontak mata mereka. Naya merasakan jantungnya berdegup kencang lalu menatap tajam Paskal. "Mulut lo!!!," ujar Naya pelan karena malu. Nabila ikut mendongak dan tertawa karena teriakan Paskal. Emang Paskal tuh mulutnya agak lemes, jadi hati-hati ya kalo ketemu sama Paskal. Paskal merampas buku tulis milik Naya dan membawanya lari ke meja Azzam. Naya yang sadar bukunya di bawa kabur oleh Orang Utan pun, langsung berlari mengejar Paskal. "GAK GUE KASIH CONTEKAN LAGI LO PASKAL!! LIAT AJA LO!!!," ancam Naya mengejar Paskal. Naya menggerutu kesal karena ancamannya tidak berhasil, laki-laki itu malah membawa Naya berkeliling kelas dulu. Laki-laki itu benar-benar meletakan buku Naya di meja Azzam. Tolong ingatkan Naya untuk mebalas Paskal nanti. "Biarin!!!," balas Paskal mengejek. Naya pikir Paskal akan takut dengan ancamanya Naya, tentu saja tidak. Jika Naya memang tak ingin memberikan contekannya, Paskal bisa mencontek dengan Cika atau pun Dwi. Toh juga itu pasti jawaban dari Naya. Jika kalian bertanya kenapa Paskal tak meminta jawaban dari Nabila, tentu saja jawabannya pelit. Terjadilah aksi kejar mengejar antara Naya dan Paskal, ada yang bersorak menyemangati Naya dan ada juga yang membantu Paskal. Itung-itung, sekalian mengerjai Naya di hari ulang tahunnya. Naya memelankan larinya, kepalanya terasa sedikit pusing. Bahkan pandangannya sudah berbeda, ia memegang ujung meja Azzam. Pengelihatan Naya mulai berkunang-kunang.  "Nay? Kenapa lo?," tanya Randi membuat Azzam yang duduk di sampingnya ikut menoleh ke arah Naya. Naya menggeleng pelan, dengan langkah gontai ia berusaha berjalan ke kursinya. Kaki Naya terasa seperti jelly, entah kenapa Naya merasa ruang kelas ini sedikir bergoyang seperti sedang terjadi gempa. Gadis itu merasa ada cairan kental yang keluar dari hidungnya. "Nay, hidung lo berdarah!," teriak Nabila lalu menghampiri Naya. Bibir Naya memucat. Nabila mengambil tisu di dalam tasnya. "Lo sih bikin Naya lari-lari," Naya mengabaikan Abel yang sedang mengomeli Paskal. Naya memegang hidungnya dan melihat darah segar menempel di jarinya, ia yang notabenenya takut darah pun langsung merasa lemas. Azzam menahan tubuh Naya yang hampir terhampas ke lantai, ia menepuk pelan pipi Naya agar gadis itu tetap membuka matanya. Nabila menghampiri Naya dan membersihkan darah yang menempel di wajah Naya. "Jangan tutup mata lo!," ujar Azzam khawatir lalu mengangkat tubuh Naya dan membawanya ke UKS. Naya tersenyum di balik rasa sakit yang menyerang kepalanya, setidaknya ia masih dapat merasakan ke khawatiran Azzam lagi. 'Haruskan gue seperti ini setiap hari biar lo deket sama gue kayak gini?' ✨✨✨ Naya membuka matanya perlahan dan memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, ia mengedarkan matanya. Bahunya menurun, sosok yang ia cari tidak ada di sisinya. Apakah tadi ia bermimpi jika Azzam menggendongnya dan membawanya ke UKS? Sepertinya iya. Mana mungkin Azzam peduli kepadanya, untuk menatapnya saja sepertinya Azzam enggan. "Kamu sudah sadar, Nay?," Naya menatap Bundanya yang terlihat khawatir. "Bunda kok bisa di sini?," tanya Naya bingung lalu menerima segelas air minum dari Bundanya. "Tadi di telfon sama Bila," jelas Kirana. "Temen Naya dimana, Bun?," tanya Naya mengedarkan pandangannya. "Tadi ada Abel, Nabila, Bela, Abian, dan satu cowok nungguin kamu di sini. Tapi, Bunda suruh istirahat makan ke kantin karna udah jam istirahat," jawab Bundanya. Naya menatap langit-langit UKS, pasti cowok yang dimaksud Bundanya adalah Randy. Lalu Azzam kemana? Mengapa ia tak menunggu Naya? Heyyy, memangnya Naya siapanya Azzam?? Naya memainkan ujung selimut yang ia kenakan "Maaf," cicitnya. "Maaf untuk apa?,". "Maaf, udah bikin Bunda khawatir, bunda pasti panik tadi di rumah," Kirana memeluk anaknya dengan mata yang berkaca-kaca. "Harusnya Bunda yang minta maaf, seharusnya Bunda ngasih kamu suprise pagi aja, kalo malam Bunda malah ngambil waktu tidur kamu. Akhirnya kamu kurang tidur, terus tadi pagi kamu juga ga sarapan," Naya menggeleng mendengar ucapan bersalah dari Bunda. Ini bukan salah Bunda, ini salahnya yang terlalu bodoh untuk menunggu ucapan dari seseorang yang bahkan tidak peduli dengan keadaannya. Naya mengusap airmatanya, entah kenapa ia menangis saat ini. Tapi, ia tak mau terlihat lemah di hadapan Bundanya, jadi sebisa mungkin ia menahan airmatanya agar tidak keluar dari tempatnya. "Naya udah baikkan kok Bun," ujar Naya tersenyum paksa. "Kamu ikut Bunda pulang ya?," tanya Kirana membujuk Naya. "Enggak mau," tolak Naya menggelengkan kepalanya. "Terus kamu mau kemana?," tanya Kirana. "Ke kantin, nyusulin temen-temen Nay," balas Naya. Kirana mengangguk "Bunda anterin," ujar Kirana pasrah. Naya berdiri dari brankar dan memakai sepatunya, dengan kepala yang sedikit pusing ia berjalan di samping Bundanya. Ia tak perlu repot-repot menunjukan jalan kepada Bundanya, karna Bundanya merupakan alumni di sekolahnya sekarang ini. Dari kejauhan, Naya menatap gadis yang duduk di samping Azzam. Itu bukan teman-temannya, namun Naya merasa tak asing dengan gadis itu meskipun ia baru melihat punggungnya. 'Audrey?,' Naya tersenyum pada Audrey yang juga tersenyum kepadanya. "Happy birthday kaa," ujar Audrey di balas senyuman manis Naya. "Makasih, maaf belum sempet nge repost ucapan lo." ujar Naya di balas anggukan oleh Audrey. Audrey memang mengucapkan ulang tahun pada Naya di snapgram tadi pagi. Namun, karena tadi pagi Naya buru buru jadi ia tak sempat merepostnya. Bahkan Naya belum memegang ponsel daritadi. Tidak, Naya ada memang ponsel tapi untuk memutar lagu saja tadi. "Eh, udah baikan?," tanya Abian lalu menggeser tubuhnya agar Naya bisa duduk di sampingnya. "Jan cemburu Bel, dia sodara gue," ujar Naya menatap Abel yang nampak santai. "Yaelah Nay, santuy!!," balas Abel tertawa. "Tante nitip Nay ya, Bian," ujar Kirana yang di balas anggukan oleh Abian. "Sip, Tan!," balas Abian tersenyum. "Jangan lupa makan, kamu belum ada makan apa apa dari pagi," pesan Bunda pada Naya lalu beralih kepada Nabila "Bila ini Naya nya di suruh makan ya, kalo ga mau makan omelin aja." ujar Kirana pada Nabila. Nabila tertawa "Iya tante aman itu mah." balas gadis itu. "Yaudah, Bunda pulang, kalo kenapa-kenapa telpon Bunda!!," pamit Kirana lalu pergi meninggalkan kantin. "Lo kenapa ga bilang kalo lagi sakit," tanya Bela pada Naya. "Ya masa gue bilang ke lo pada 'woi gue sakit!!' kan ga mungkin juga," balas Naya terkekeh. "Maafin gue ya Nay kalo kemaren omongan gue pas di kedai nyakitin lo," ujar Abel membuat Naya tersenyum masam. Meskipun itu cuma bagian dari rencana suprise, tetap saja kata-kata dan u*****n dari teman-temannya masih membekas.  Naya menggeleng pelan "Gapapa, akting lo bagus banget." puji Naya dengan senyum masamnya. "Maaf kalo keterlaluan banget," sahut Bela menyadari raut wajah Naya yang terlihat sedih. "Pipi lo gimana Nay?," tanya Randy mengingat Abel menampar Naya dengan keras. "Aman kok, cuma lebam dikit doang." balas Naya tertawa pelan. "Makan dulu Nay, lo mau gue pesenin apa?," tanya Abian yang di balas gelengan oleh Naya. "Gue lagi ga pengen makan," balas Naya membuat Abiann berdecak. "Lo ga denger tante Ana bilang apa tadi? Lo tuh belum makan dari pagi." omel Abian. Naya mengabaikan omelan Azzam, gadis itu melirik Azzam yang memakan makanannya dalam diam, seperti tampak biasa. Namun Naya merasa ada yang Janggal, mengapa Audrey makan menggunakan tangan kiri? Naya pura-pura menjatuhkan uangnya dan menunduk untuk mengambil uangnya yang terjatuh di lantai. Naya tersenyum miris ketika melihat tangan Audrey berada di gengaman Azzam dan ia letakkan di atas pahanya. "Ada yang mau temenin ke toilet?," tanya Naya. "Boleh," Naya menatap Audrey. "Aku juga mau pipis, Kak," lanjutnya. Naya mengangguk lalu berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan beriringan di samping Audrey. Naya merasa gelisah, ingin bertanya sesuatu pada Audrey. Sebenarnya hubungan Azzam dan Audrey ini apa? Mengapa mereka terlihat sangat dekat akhir-akhir ini. Sejak kapan Azzam mengenal Audrey dan sejak kapan Audrey bergabung di circle mereka? Naya menggigit bibirnya menoleh pada Audrey yang berada di sampingnya. Audrey yang berasa di tatap pun ikut menoleh pada Naya. "Kenapa ka?," tanya Audrey pada Naya. "Lo sama Azzam sodaraan?," tanya Naya membuat Audrey tertawa pelan. Audrey berdiri di depan wastafel dan mencuci tangannya, kemudian menatap Naya yang berada di belakangnya lewat pantulan cermin. "Aku pacaran sama Kak Azzam," balas Audrey sambil terkekeh. "Oh, sejak kapan?," tanya Naya menahan rasa sakit di dadanya. Audrey terdiam sebentar mengingat kapan ia dan Azzam berpacaran. "Hampir sebulan yang lalu deh kayanya," balas Audrey membuat Naya menunduk. Itu hari di mana terjadi kesalahpahaman di kedai, pantas saja Azzam tidak peduli saat Abel menamparnya. Naya mengangguk sambil tersenyum pahit "Gue pipis dulu ya bentar." ujar Naya di balas anggukan oleh Audrey. Naya masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan langsung menyalakan kran, lalu langsung menangis. Naya membekap mulutnya agar isakan yang ja keluarkan tidak di dengar Audrey. Naya menyenderkan tubuhnya dan menangis kencang. Naya berharao bahwa Audrey tidak mendengar tangisan ini. Untuk apa Azzam bersikap manis kepadanya kalau ujung-ujung ia meninggalkan Naya untuk gadis lain. Untuk apa selama ini dia memberikan perhatian lebih jika hatinya menyukai gadis lain. Dan untuk apa juga Naya memberi perasaan lebih dalam pertemanan mereka. Ternyata gadis berinisial 'A' yang di sebutkannya waktu itu bukan untuk Naya melainkan untuk Audrey. Seharusnya kemaren Naya tidak mendengarkan omongan Nabila, seharusnya Naya tidak berharap bahwa yang Nabila ucapkan itu benar. Naya menggelengkan kepalanya, merasa bodoh dengan semua pengharapannya selama ini. Apa yang terjadi sekarang justru sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan. Naya menekan dadanya, seperti ada yang menusuk. Sakit, sangat sakit. Naya bahkan memukul pelan dadanya yang terasa sesak. Terimakasih Azzam, itu merupakan kado terbaik di hari ulang tahun Naya. Ini merupakan suprise terbaik yang di berikan Azzam untuknya. Buktinya saja Naya sampai menangis haru seperti ini ✨✨✨ Tbc Babang Azzam jahat gasyiii???? Kasian Nweng Naya :( Satu kata buat Audrey? Thanks for read❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN