-happyreading-
---
XII - IPA 7
"Woi ada guru!!," seru Iqbal, teman sekelas Naya yang selalu memantau keadaan diluar kelas karena tempat duduknya yang memang dekat pintu.
Berkat seruan itu, murid-murid yang ada dikelas itu harus meninggalkan rutinitas pagi yang sering mereka lakukan. Seperti bergosip ria, bermain game, menyalin tugas, duduk dimeja guru, bahkan beberapa laki-laki berlarian sambil membawa liptint yang mereka rebut dari murid cewek dikelas ini.
Naya tidak seberuntung murid lain yang bisa memasuki kelas unggulan disekolahnya. Ia justru terdampar dikelas paling akhir, atau bisa dibilang kelas buangan. Tapi, Naya bersyukur bisa masuk dikelas ini, kelas buangan yang ia masuki kini, tidak seburuk dengan apa yang ia pikirkan.
Semua aktifitas heboh itu seketika berhenti ketika Bu Siti, walikelas mereka memasuki ruang kelas diikuti seorang siswa yang tak asing dimata mereka. Akibatnya, kelas kembali heboh dengan adanya kehadiran siswa itu. Bahkan, Naya yang tadi sibuk membaca novel pun diam mematung melihat objek yang ada dihadapannya kini.
"Diam! Jangan berisik!," seru Bu Siti yang mulai jengah melihat kondisi kelas yang tidak kondusif.
Seketika semua murid yang didalam kelas mengatup mulut mereka, tak mau terkena serangan harimau dipagi hari. Setelah dirasa cukup tenang, barulah Bu Siti kembali bersuara.
"Oke, anak-anak! Hari ini kalian kedatangan teman baru, dia pindahan dari Kalimantan!," Kata Bu Siti memperkenalkan siswa yang ada dihadapannya "Mari, perkenalkan diri kamu!," sambungnya.
Cowok itu sedikit berdeham untuk menetralkan suasana jantungnya "Perkenalkan nama saya Azzam Fazriansyah, biasa dipanggil Azzam! Saya pindahan dari Kalimantan, salam kenal," ujar Azzam yang langsung disahuti oleh semua murid didalam kelas.
"Udah kenal!,"."Udah tau!,"
Sahutan murid-murid tersebut membuat Bu Siti dan Azzam tersenyum haru. Ternyata mereka tidak melupakan Azzam yang memang merupakan siswa dan teman kelas 10 mereka disekolah ini. Azzam pindah ke Kalimantan pada saat kenaikan kelas 11, mengikuti orang tuanya.
"Baik, Azzam silahkan duduk disamping Randy!," ujar Bu Siti seraya berjalan ke meja guru.
Naya memperhatikan Azzam yang sedang bertos ria dengan Randy, semuanya masih sama. Wajah, gaya rambut, senyum, gaya berjalan bahkan perasaanya pun masih sama. Naya menggeleng pelan untuk menghilangkan pikiran aneh yang bersarang di kepalanya.
"Apasih, itu cuma cinta monyet! Gue ga suka sama dia!," guman Naya pelan.
Nabila mengernyit pelan "Lu ngomong apa tadi?,".
"Eh ga, perut gue mules," Naya memutar tubuhnya menghadap Cika "Cik, biasa!," ujarnya sambil terkekeh pada Cika.
Cika mengangguk sambil tersenyum "Ck, b*****t!," ujarnya.
Naya berdiri dan mengayunkan kakinya ke meja guru, kemudian meminta izin pada Bu Siti untuk ke toilet bersama Cika. Setelah mendapat izin, Naya langsung menggandeng tangan Cika dan keluar kelas.
"Nay, si Azzam ganteng banget!," Cika mengalihkan pandangannya untuk menatap Naya "Tapi sayang,".
"Sayang kenapa?,".
"Gapapa, tumben manggil sayang,"
Naya menoyor pelan kepala Cika "Najis anjir!,".
✨✨✨
Naya membasuh wajahnya, kemudian menatap pantulan wajahnya di cermin. Setelah merasa tidak ada apa-apa diwajahnya, ia langsung beranjak keluar menemui Cika yang sedari tadi menunggunya.
"Lu lama banget sih!," ketus Cika.
"Ya maap," ujar Naya cengengesan.
Merasa kesal, Cika berjalan cepat meninggalkan Naya yang sibuk memainkan bunga yang ia cabut dari pot bunga.
"Eh, ibu," ujar Naya sambil tersenyum kikuk pada guru beparas cantik di hadapannya.
"Kenapa bunganya dicabut Naya?!," Naya tersentak kaget mendengar suara Bu Ida yang merupakan guru BK.
Naya menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Anu bu, tadi jatuh dilantai," ujar Naya cengengesan.
"Ada-ada aja kamu tuh, sana masuk kelas!," dengan cepat Naya mengangguk dan langsung berlari menuju kelasnya yang berada di lantai 2.
Naya mengatur nafasnya saat sudah berada didepan kelas, ia pun membuka pinta dan masuk ke kelas dengan nafas ngos-ngosan. Tanpa tahu malu ia meminum air mineral yang ada di mejanya, padahal ia belum tahu itu milik siapa.
"Eh b*****t, itu minum si Azzam!," ujar Abian yang melihat Naya meminum air mineral Azzam sampai habis.
Naya membulatkan matanya "Maap!," ujarnya tersenyum kikuk pada Azzam "Nanti gue ganti dah!," ujarnya lalu mendudukan pantatnya di kursi Randy karena kursinya diduduki oleh Abian, sedangkan Randy duduk di kursi Abian.
Tanpa memperdulikan jawaban Azzam, Naya langsung menyusupkan kepalanya di antara lipatan tangan. Ia menghembuskan nafas pelan, mengantur detak jantungnya.
'Aduh, kok gue deg-deg an gini?,"
Naya mengangkat kepalanya saat merasakan ada seseorang yang mengusap kepalanya, betapa terkejutnya ia saat mengetahui orang itu ialah Azzam.
"Lo udah ngambil firstkiss gue," Naya memandang Azzam cengo.
"Ha?,"
Azzam menggeleng sambil tersenyum geli melihat wajah cengo Naya, ia pun menjulurkan tangannya.
"Kenalan!," ajak Azzam.
Naya membalas uluran tangan Azzam "Udah kenal b**o," ujar Naya sambil terkekeh pelan.
"Bi, gue mau duduk dikursi gue elah!," teriak Naya pada Abian yang sibuk menyalin catatan Nabila.
"Sabar sayang, gue lagi nyatet ini," Naya bergedik jijik saat Abian mengucapkan kata 'Sayang' padanya.
"Di denger anak IPA 5, gua mampusin lu nyet," ucap Bela sambil menoyor kepala Abian dari belakang, karna memang Bela dan Abel duduk dibelakang Naya, Nabila, dan Cika.
Memang pembagian meja dikelas ini cukup aneh, 3 meja untuk bagian depan sedangkan 2 meja untuk bagian belakang dan seterusnya. Dan itu dibagi menjadi tiga bagian, kanan, tengah, dan kiri. Masing-masing bagian berisi 5 barisan meja.
Abian mengernyit tak suka "Apaan sih lo?!,".
"Lah, bukannya lo pacaran sama salah satu dayangnya si Mak Lampir ya?," tanya Naya melihat raut wajah tak suka Abian.
Abian menggeleng "Udah nggak!," jawab Abian sedikit ketus.
Naya hanya mangut-mangut, lalu kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja. Berbeda dengan Randy yang daritadi sibuk memainkan ponsel milik Naya.
"Kok lu senyum-senyum Bel?," ujar Cika membuat Abel dan Bela menoleh serentak.
"Lo ngomong sama siapa?," tanya mereka berdua.
"Ck, ini nih ribetnya kalo punya panggilan yang sama," ketus Cika.
"Bukan cuma panggilan aja yang sama, mukanya juga sama!," sahut Azzam.
"Ya kan mereka kembar Bambank!," sahut Naya tanpa mengangkat kepalanya.
"Lagian nih ya, gue bingung gitu sama kebanyakan orang tua yang punya anak kembar. Kenapa coba namanya tuh harus dimirip-miripin?," Nabila mengangguk setuju mendengar ucapan Abian.
"Pan kita bingung ya, mau manggil si Bela, yang nyaut malah si Abel. Nanti giliran si Abel yang dipanggil, yang nyaut malah si Bela," ujar Randy menyambung.
"Kan b*****t!," ujar mereka ber-enam bersamaan.
"KAN BISA DIPANGGIL PAKE NAMA LENGKAP!," teriak Abel dan Bela bersamaan, membuat teman-temannya tertawa.
✨✨✨
Tbc
Thanks for read❤