TRIIINGG…
DiDi Preman: Hey pengantin baru, udah bangun belom?
DiDi Preman: Waow... Masih pagi udah online aja Lea cantik... Kihkihkih...
Lili Imut is online.
Lili Imut: Pagi guys... Lea apa kabarnya? Masih hidupkah?'
DiDi Preman: salah pertanyaan Li, yang bener itu 'masih perawankah?'
Lili Imut: Eh, Lea cantik kok diam aja sih?
Lea Cantik is typing...
Lea Cantik: Kok pada kepo sih? Urusan ranjang itu haram dibicarain sama orang luar. Apalagi ke tante - tante tukang gosip kayak kalian...
DiDi Preman: Siapa yang kepo? kita mah udah tau faktanya, jadi gak ada kepo - kepoan.
Lea Cantik: Iya, aku masih gadis. Hahaha
DiDi Preman: Hahaha... Tuh kan bener?
Lili Imut: Serius? Yaahh... Jam Bvlgari gueeee
DiDi Preman: Gue kok denger tawa miris ya? @Lili Imut
Lea Cantik: Haah? Maksudnyaa??
Lili Imut: Kok bisa sih? Laki lo gak ada napsu2 gitu sama lo Le?
DiDi Preman: Atau emang sengaja lo tinggal tidur Le?
Lili Imut: Atau kalian berantem?
DiDi Preman: Atau... Oh my... Laki lo normal kan Le??
Lili Imut: What the hell...
DiDi Preman: Kali aja Li. Secara makhluk berjakun mana sih yang gak ngiler sama Lea? Bangun tadi gue sempat mikir kalau Lea udah dibantai habis - habisan sama lakinya, tapi begitu ingat lakinya si Raja drama itu, keyakinan gue goyah seketika. Bener kan tebakan gue?
Lili Imut: Yaya...
DiDi Preman: So, Ratu Liliana Arundaya... Dimana kita ketemuan? Gak sabar mau peluk Bvlgari gue... Aaaaaaaa....
Lea Cantik: Kok bawa - bawa bvlgari sih?
DiDi Preman: Iya, kita taruhan Le. Lo lepas segel tadi malam apa nggak. And... Gue menang!! Hahahaha
Lea Cantik: WHAAATTT???
DiDi Preman is offline.
Lili Imut is offline.
Lea ternganga membaca chat dari kedua sahabatnya itu. Tak percaya mereka sungguh sampai hati memasang taruhan tentang status keperawanannya. Dengan bvlgari pula?
Sahabat macam apa itu?
Nyonya muda Mahendra yang masih 'gadis' itu menoleh kearah makhluk yang masih tertidur disampingnya. Siapa lagi kalau suaminya yang suka main drama, Marvin Rajata Mahendra. Pria itu tampak sangat pulas, mungkin kelelahan karena acara tadi malam.
Lea mendengus. Padahal dia kan laki - laki. Manja banget! Lea saja sudah segar bugar, walaupun kakinya masih agak pegal karena terlalu lama berdiri dengan sepatu hak tinggi.
Lea kembali mengingat malam tadi. Malam pertamanya dan Raja sebagai pengantin baru tak sama dengan pengantin lain yang b*******h dan menggebu - gebu. Setelah acara resepsi usai, mereka langsung masuk ke kamar hotel dan mengurusi diri masing - masing. Jangan bayangkan akan ada adegan Raja membukakan risleting gaun Lea, ataupun kecupan dan mandi bersama, karena nyatanya Raja justru mandi di kamar lain, dan begitu Lea selesai membersihkan diri, pria itu sudah nyenyak tidur diatas kasur.
Lea lega sekali sebenarnya. Karena jujur saja dia sama sekali belum siap dengan ritual yang satu 'itu'.
Lea juga dibuat shock dengan kebiasaan tidur Raja yang 'mengerikan'. Bagaimana tidak? Selama hampir enam jam mereka tidur di ranjang yang sama, b****g Lea mendarat sampai tiga kali di lantai karena ditendang oleh pria itu. Pinggangnya masih sakit sampai sekarang. Dia tak tahu juga apakah Raja memang punya kebiasaan tidur 'lasak' ataupun pria itu hanya berpura - pura karena tak mau tidur se-ranjang dengannya.
Jujur saja, sejak mengenal Raja, Lea jadi lebih sering berfikiran negatif daripada positif. Karena suaminya itu adalah king of drama!
Mengabaikan Raja yang masih tidur pulas dengan dengkuran halusnya, Lea membuka akun instagramnya. Tadi malam ia sempat mengupload foto sebelum tidur. Bukan foto pernikahan dirinya dan Raja, hanya foto buket bunga pernikahan mereka.
aleah_mayra Mrs. Mahendra.
@diandraa, @ratu_liliana, @gilanglindra05 and 3.371 others liked your photo.
397 comments.
Gadis itu men- scroll deretan komentar di foto itu. Ada yang mengucapkan selamat, ada yang tidak percaya, ada juga yang mengungkap kekecewaannya secara terang - terangan. Ada - ada saja. Padahal Lea pikir, tak ada yang spesial dengan foto buket itu.
Ah iya, dia lupa. Banyak foto - foto pernikahan dan tagar yang berhubungan dengan pernikahannya sudah beredar di i********:. Para wartawan pun sengaja diundang untuk meliput pernikahan super mewah mereka.
Pernikahan pewaris Mahendra Group dengan salah seorang putri bungsu keluarga Adiwangsa diselenggarakan secara megah dan mewah.
Atau...
Rajata Mahendra, pewaris Mahendra Group melepas masa lajang dengan seorang putri dari keluarga Adiwangsa...
Akan jadi headline utama berita pagi ini...
Lea melemparkan ponselnya dengan asal keatas kasur. Kepalanya pening dan perutnya juga sudah lapar. Tapi Raja belum juga tampak tanda - tanda akan terbangun.
"Kak..." Lea mengguncang tubuh Raja dengan berat hati.
Raja mengerang tapi tetap tak membuka mata.
"Kak Raja..." Lea kembali mengguncang tubuh Raja. Kali ini dengan lebih kencang dari sebelumnya.
Raja menggeliat kesal. Pria itu menepis tangan Lea dari tubuhnya dengan kasar. "Apaan sih?"
"Lea lapar, bagun dong... Ayo turun makan."
Bukannya membuka mata, Raja malah semakin mengeratkan pelukan pada gulingnya.
Setelah menunggu beberapa menit dan mendapati Raja tak juga bangun, Lea akhirnya beranjak dari tempat tidur. Sembari menahan kekesalannya, gadis itu menyambar cardigan dan merapikan rambutnya. Setelah dirasa semua oke, ia meraih ponsel dan dompet dari atas meja dan bersiap keluar dari kamar menuju kafe seberang hotel untuk memenuhi kewajiban mengatasi perutnya yang sudah melilit.
Begitu ia akan membuka pintu, matanya tak sengaja melihat dompet Raja yang tergeletak pasrah diatas nakas. Akal liciknya berfungsi seketika. Ia meraih dompet itu dan membukanya diam - diam sambil sesekali melirik ke arah Raja yang masih tidur pulas.
Kira - kira dia marah gak ya aku geledah dompetnya?
Bodo amat! Kan emang kewajiban dia nafkahin aku. Anggap aja ini emang hak aku sebagai istrinya.
Dengan senyum lebar, Lea menarik satu platinum card dari jejeran kartu di dompet Raja. Gadis itu sempat mengerutkan alis melihat koleksi credit card milik pria itu. Ada sekitar empat kartu kredit dengan limit yang tak sedikit. Juga lembaran uang seratus ribuan yang membuat dompet pria itu tebal dalam arti yang sesungguhnya.
Ini serius dipakai semua?
Lea menyusuri lorong hotel dan masuk ke lift. Ia sudah bertekad untuk sarapan mewah pagi ini. Sesekali apa salahnya boros, kan? Toh ini juga uang Raja. Dan seperti kata Raja, kekayaannya itu tak terbatas. Sarapan mewah sesekali tak akan membuat pria itu bangkrut.
Lea melangkah menuju kafe dengan langkah ringan. Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi, dan kafe nyaman ini masih sepi. Hanya beberapa orang yang duduk santai di meja mereka sambil mengotak - atik gadget mereka.
Lea memilih France breakfast untuk menunya pagi ini. Croissant, creme soup, dan fruit salad kiranya akan cukup mengenyangkan perutnya. Tak lupa minuman wajibnya setiap pagi. s**u. Dan kali ini ia tertarik untuk mencoba s**u kambing murni.
Sarapannya tersedia lebih kurang lima belas menit kemudian. Ia langsung makan dengan lahap. Dua croissant di piringnya habis tak bersisa hanya dalam jangka waktu tak sampai lima menit. Ia mengangguk - angguk mengakui bahwa menu yang disediakan oleh kafe ini benar - benar enak dan sesuai dengan lidahnya. Ia sangat jarang memuji masakan luar negeri yang dijual di Indonesia. Karena ia adalah seorang yang memiliki lidah rewel jika sudah berurusan dengan makanan foreign, terlebih lagi ia sudah pernah mencicipi menu yang sama dari negara aslinya. Dan croissant yang baru saja dimakannya termasuk dalam kategori lumayan meskipun tak seenak yang sering dimakannya di Crossta caffee and Bakery bersama Kak Ergan di Perancis dulu.
"Lea?"
Sebuah suara membuat Lea mengangkat wajah dari mangkuk supnya. Seorang pria berambut acak - acakan menatap takjub kearahnya dengan senyum lebar.
"Bang Gilang!"
Ya! Pria itu adalah Gilang Galindra Pratama, penyanyi terkenal nusantara sekaligus abang kandung sahabatnya, Diandra. Pria yang dipanggil Bang Gila oleh gadis preman itu.
Lea meneliti penampilan Gilang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gilang masih saja berpenampilan selengean seperti biasa. T-shirt putih, celana jins hitam dan sandal jepit hotel. Rambutnya juga acak - acakan khas orang bangun tidur. Eh, ralat! Selama Lea kenal Gilang, rambut artis itu tak pernah rapi sekalipun, termasuk saat ia sedang manggung. Tapi anehnya, rambut kacaunya itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Gilang. Membuatnya terkesan seperti badboy dan goodboy sekaligus.
Bagi orang yang tak mengenal Gilang, mereka tak akan menyangka pria ini adalah Gilang Galindra, si penyanyi terkenal tanah air. Tapi siapa di Indonesia yang tak mengenal Gilang? Bahkan pria ini jauh lebih terkenal dari Kak Raja sekalipun!
"May i join you?"
"Sure..."
Gilang menarik kursi dan duduk di depan Lea. Pria itu memanggil waiter dan memesan sarapannya.
"Abang kok ada disini?" Lea memulai percakapannya.
Gilang yang sibuk memperhatikan sekitar menoleh kearah Lea yang menatapnya dengan ekspresi tertarik. "Kenapa? Abang gak boleh ada disini?" tanyanya sambil tersenyum kecil.
Lea mengibaskan kedua tangannya. "Bukan gitu."
Gilang mencebik. "Mentang - mentang ini area hotel suami kamu..."
Lea tertawa. "Haha... Kok sensi?"
"Ya abis, pertanyaan kamu itu loh."
"Maaf deh, tapi Lea beneran kepo kenapa abang bisa ada disini." kata Lea. Gadis itu menusuk potongan stroberi di mangkuknya dengan garpu dan memasukkannya kedalam mulut. Sementara itu pesanan Gilang juga tiba di meja mereka.
Gilang menggelengkan kepala seraya mulai mengaduk sarapannya. "Kenapa lagi kalau bukan perform di acara resepsimu tadi malam?"
Mulut dan mata Lea sontak melebar."Hah? Serius? Kok Lea gak sadar sih? Kirain tadi malam abang cuma datang kondangan. Diandra juga gak bilang..."
"Pemberitahuannya last minutes, sih! Manajer abang sampai maksa gara - gara gak tahan diteror sama Eyang kamu dan tante Tya. Padahal bayarannya gak seberapa juga. Tapi gak papalah, anggap aja kado pernikahan dari abang buat kamu!"
"Waahh... Katanya artis terkenal, penyanyi dengan bayaran mahal, tapi kado pernikahan kok cuma lagu doang? Pelit amat..." cerocos Lea.
Gilang mendelik kesal sembari mengunyah sarapannya. "Bukan cuma lagu, Lea. Tapi lagu - lagu. Dan asal kamu tau aja, bayaran abang buat satu lagu itu gak kurang dari tiga puluh juta. Ini abang nyanyi lebih dari lima lagu. Kurang baik apa lagi coba?"
Lea tersenyum meringis. Dia lupa pria di depannya ini adalah penyanyi dengan bayaran mahal di Indonesia.
"Sorry, hehe... Lea traktir sarapan deh!"
Gilang mengangguk cepat. Meskipun sudah jadi penyanyi kaya, dia tetap saja suka yang gratisan. Tak peduli yang mentraktirnya itu seorang gadis cantik seperti Lea. Toh, sahabat adiknya itu juga sudah sah jadi nyonya Mahendra. Duit lakinya sudah pasti jadi duitnya juga.
"Trus, Di dimana bang?" tanya Lea. "Tadi malam bukannya abang kondangan ditemenin sama dia?"
"Si cabe itu udah pulang sama bang Saka. Abang masih ada jadwal pemotretan buat album terbaru disini. Makanya nginap."
Lea langsung berbinar. "Album baru? Kapan rilisnya? Nanti kasi Lea tiket nonton konser gratis ya?" katanya heboh.
Gilang terkekeh kemudian mengacak gemas rambut Lea. "Kamu itu udah jadi nyonya kaya masih aja hobi yang gratisan. Suamimu kan duitnya banyak, masa buat beli tiket konser aja gak mampu? Kalau kamu minta tiket gratisan melulu abang bisa bangkrut, Le!"
Lea mendengus. "Abang sekarang jadi perhitungan ya?"
"Dari dulu juga sebenarnya abang udah perhitungan. Tapi kaliannya aja yang nggak peka. Diandra, kamu, Lili, pantang ada kesempatan selalu aja morotin abang. Nggak tanggung - tanggung pula."
"Jadi gak ikhlas ceritanya?"
Kekehan Gilang berubah menjadi tawa lebar. "Mau gak ikhlas juga percuma, udah lewat kali! Mending ikhlasin aja biar dapat pahala."
Lea tersenyum. Ia bersyukur ditemani sarapan oleh Gilang pagi ini. Setidaknya ia tak seperti orang bodoh karena duduk sendirian di kafe ini.
Gilang sudah ia anggap seperti abangnya sendiri. Ia mengenal Gilang dari Diandra tentu saja. Pria itu juga sahabat kak Elang dulu.
"Gak nyangka kamu malah nikah sama kakaknya si Elang ya..." kata Gilang santai. Tapi entah mengapa efeknya terasa menyakitkan di hati Lea.
"Kamu cinta sama dia, Le? Suamimu itu?" tanya Gilang lagi.
Lea diam menggigit bibir. Tentu saja tidak! Batinnya berteriak. Tapi teriakan itu tertahan di kerongkongannya.
"It's okay, i understand. Pelan – pelan aja. Tapi kamu mau tau sesuatu nggak Le?"
Lea mengangkat wajah dan menatap Gilang yang saat ini sudah menatapnya serius. "Beberapa hari sebelum meninggal, Elang pernah bilang ke abang, kalau ada pria lain di dunia ini yang dia percaya untuk menjaga kamu, maka pria itu adalah Rajata Mahendra, kakaknya..." kata Gilang.
Lea menelan ludah kesat. Benarkah Elang pernah berkata begitu?
Tapi Lea pasti akan lebih bahagia jika Elang sendirilah yang menjaganya...
"Elang begitu yakin kamu pasti bahagia dengan kakaknya. Jadi, kamu hanya harus belajar untuk mencintai dia."
Lea masih saja terdiam mendengar kalimat yang keluar dari bibir Gilang. Pria itu menyunggingkan senyum manisnya dan mengacak rambut Lea sekilas.
"Abang udah selesai. Kamu tadi udah janji mau bayarin, kan? Abang naik dulu. Sejam lagi pemotretan dimulai, dan abang harus siap - siap. Bye..."