Part 13

1632 Kata
RAJA memicingkan mata begitu menyadari sekelilingnya sudah terang - benderang. Ia bangkit dari tidurnya dan melihat ke segala penjuru dengan wajah lesu. Ia mendengus begitu sadar bahwa dirinya sedang berada di salah satu kamar hotel milik keluarganya. Kamar mewah itu hening. Tak ada tanda - tanda adanya kehidupan lain selain dirinya disana. Kemana anak kecil itu? Raja lantas bangun dan menyeret langkahnya menuju kamar mandi. Ia mencuci muka dan menyikat gigi seadanya. Buat apa berlebihan kalau dia saja sudah ganteng begini? Setelah bersiap, ia meraih handphone dan dompetnya lalu bergegas keluar kamar. Niatnya ingin sarapan sambil mencari Lea. Bukannya khawatir, dia hanya takut gadis kecil itu tiba - tiba hilang atau diculik. Pernikahan mereka kemarin dipublikasikan secara besar - besaran. Semua orang sudah tahu Aleah adalah istrinya sekarang. Penculik pasti dapat jackpot kalau menjadikan Lea sandera. Secara gadis itu selain cantik, dia juga kaya. Tebusannya bisa milyaran. Dia bisa rugi besar, belum sempat 'dapat' orangnya, malah harus mengeluarkan duit banyak buat tebusan gadis itu. Belum lagi dia pasti diomeli ibu tirinya sambil mencak - mencak kalau gadis kecil itu sampai hilang. Lea udah jadi primadona di keluarganya sejak mereka menikah kemarin. Mommy sampai berpesan ratusan kali agar Raja menjaga dan memperlakukan Lea dengan baik. Kalau tidak, saham dan aset - asetnya bakal ditarik. Dia sebenarnya masih bisa hidup tanpa aset keluarga Mahendra. Tabungannya dari bekerja selama beberapa tahun di Jepang dulu bisa dikatakan lebih dari cukup untuk menunjang hidupnya dan memulai bisnis baru. Dia juga punya beberapa rumah yang sempat dibelinya dengan uangnya sendiri. Tapi, ia juga tak ingin kehilangan saham dan aset dari perusahaannya. Gila saja kalau dia merelakan uang segitu banyaknya jatuh ketangan Alven, Ken, dan Karina- sepupunya begitu saja. Dan untuk perusahaan, buat apa ia membangun perusahaan baru kalau perusahaan keluarganya yang sekarang saja sudah sangat besar? Well... Dia bukan Aldrich Adyastha yang business maniac itu. Dia juga gila kerja, tapi tak se'gila' itu! Dan soal kredibilitas, Raja juga tak perlu diragukan. Kesuksesannya menjadi general manager termuda selama setahun lebih di Astra International Jepang adalah bukti nyata bahwa ia adalah seorang yang berkarakter dan layak diperhitungkan di dunia bisnis. Langkahnya terhenti begitu melihat pemandangan di depannya. Disana, disalah satu meja disudut kafe seberang hotelnya tampak Aleah-istri kecilnya itu sedang berhaha-hihi dengan seorang pria yang meskipun penampilannya biasa saja malah terkesan berantakan, tapi Raja bisa langsung tahu kalau pria itu adalah Gilang Galindra, penyanyi top tanah air itu. Aura bintangnya tetap bersinar meskipun penampilannya acak - acakan. Pantas saja Ken begitu mengidolakannya. Gadis kecil itu benar - benar bikin masalah. Baru aja sehari kawin, dia udah bikin skandal sana - sini. Sama artis pula! Kalau media tahu, bisa turun saham gue! Si Gilang itu juga sama! Dia kan artis, nggak takut apa pamornya turun karena dicap main serong sama istri orang? Masih pagi loh ini... Raja menggeleng. Untung saja kafe ini tak terlalu ramai! Gilang berlalu dari hadapan Lea setelah mengacak rambutnya sekilas. Sementara gadis itu tampak kembali menyesap salad buahnya dengan pandangan kosong. Tadi ketawa lebar banget, lah sekarang udah kayak mayat hidup aja. Mereka bahas apa tadi? Tau ah! Apa peduli gue? Raja mengambil tempat duduk di depan Lea. Tepat ditempat duduk Gilang tadi. Gadis itu tampak sedikit terperanjat dengan kehadirannya, kemudian tersenyum canggung. "Morning..." sapa Lea. Raja melipat kedua tangannya diatas meja, mengabaikan seorang pelayan yang baru saja datang dan membersihkan piring bekas sarapan Gilang tadi. "Ngapain kamu sarapan sama artis itu? Kamu selingkuh sama dia? Kita baru nikah satu hari loh, Aleah..." kata Raja sambil memicingkan matanya menatap Lea. Lea ternganga mendengar ucapan frontal dari Raja. Gadis itu memiringkan wajahnya dan sesekali menggaruk kepalanya yang Raja yakin sama sekali tidak gatal. "Bang Gilang maksudnya?" "Emang siapa lagi tadi artis yang duduk disini selain dia?" "Nggak ada..." kata gadis itu polos. Raja menghela napas panjang. Tak menyangka perempuan yang jadi istrinya otaknya selemot ini. "Kak Raja cemburu?" tanya Lea ragu - ragu. Tawa Raja pecah seketika. Hah! Gila aja gue cemburu! "Cemburu?" katanya dengan nada mencemooh. "Kamu gak usah kegeeran! Aku cuma nggak mau harga sahamku tiba - tiba turun karena skandal perselingkuhan kamu! Kalian bermesraan di depan hotelku pula!" Lea meletakkan garpu di tangannya dengan geram keatas meja. "Siapa juga yang selingkuh? Orang ketemu aja nggak sengaja, kok! Kita cuma ngobrolin masalah kak Ela---" Lea menghentikan ucapannya begitu menyadari kesalahannya. "Jadi kalian ngebahas Elang, makanya muka kamu sampai murung begitu?" Raja menyeringai. Lea meringis. Bagaimanapun juga,ia sudah tandatangan kontrak untuk tidak membawa - bawa nama Elang dalam pernikahan mereka. "Maaf..." cicitnya.  Raja menatap Lea intens. "Forgiven! Tapi kamu bakal dapat hukuman kalau kamu melanggar kontrak lagi, Aleah!" Lea mengangguk. "Sore ini kita berangkat ke Jepang. Pakaian kamu udah diberesin sama Mommy. Nanti langsung diantar ke bandara sama Pak Ihsan." kata Raja. Lea kembali mengangguk. Seorang pelayan membawakan sarapan untuk Raja. Scrumbled egg, french toast dan secangkir cappuccino. Lea menatap takjub menu sarapan Raja. Dikit amat? Emang cukup segitu? Raja makan dalam diam. Sama sekali tak berbicara apa - apa lagi. Membiarkan istri kecilnya itu menjelajahi wajahnya dengan perasaan berkecamuk dan bertanya - tanya, seperti apa sebenarnya sosok Rajata Mahendra itu? Raja secara fisik terlihat sangat tampan dan menarik meskipun belum mandi. Itu pandangan jujur dari Lea. Wajahnya oriental khas pria asia pada umumnya, dengan alis mata tebal dan mata yang kadang mampu menatap tajam sampai menghujam jantung, dan terkadang bisa terlihat sangat friendly saat ia mengerling jenaka. Hidungnya bangir, dan bibirnya merah alami. Tubuhnya juga tinggi tegap. Lea bahkan bersumpah tadi malam ia melihat roti sobek di perut suaminya itu, tanpa ada unsur kesengajaan tentu saja! Bahkan menurut Lea, Raja lebih tampan daripada Elang. Well... Ganteng itu relatif sih, buat apa  ganteng kalau mulutnya mirip petasan? Mendingan Kak Elang kemana - mana! "Kamu kenapa dari tadi asik mendengus aja kayak banteng?" Tuh kan? Baru aja dibilangin... "Udah selesai sarapannya? Ayo cepetan kita pulang ke kamar..." kata Lea. Ia memilih untuk tidak menghiraukan ucapan Raja yang berpotensi membuatnya darah tinggi. "Kamu ngapain ngajak - ngajak aku ke kamar?" sahut Raja cepat seraya menatap Lea waspada. Tapi tak lama kemudian, seringai menyebalkan menghiasi bibir pria itu. "Oh, aku tau. Pasti mau ngajak lanjutin malam pertama yang tertunda, ya?" Lea membelalakkan matanya dan menatap kiri - kanan dengan gelisah. Untung sepi, kalau tidak orang - orang pasti sudah menganggap Lea gadis m***m yang kegatelan dan haus belaian. Nih laki gak bisa apa ngomong pelan - pelan aja? "Ayo deh, aku udah gak sabar juga soalnya. Emm... Tapi kamu beneran udah siap emangnya?" tanya Raja lagi. Wajah Lea udah merah padam karena kesal dan malu. Sumpah demi apapun, dia bahkan tak memikirkan sampai kesana sama sekali. Satu lagi yang Lea ketahui tentang Raja. Selain raja drama dan menyebalkan, pria itu ternyata juga pria m***m. Benar kata Diandra, pria dewasa itu libidonya tinggi. Astaga... Astaga... "Ngomong apaan sih? Gak jelas deh! Lea itu naik mau mandi kak, udah gak enak ini badan rasanya." Raja terkekeh. "Oh... Kirain! Eh tapi, kamu mau aku mandiin gak?" Lea melempar sendok di tangannya ke lengan Raja, membuat pria itu meringis pelan kemudian menyeringai. Jelas sekali pria m***m itu menikmati sekali menggoda Lea. Oh my God!  Seumur - umur Lea gak pernah dengar gombalan model begituan. Kak Elang dulu juga gak pernah ngomong vulgar. Kok  jadi merinding ya?? Eyaaangg... Tolongin Lea! "Bercanda kali! Gak usah blushing gitu!" Lea mengerucutkan bibir. "Abisnya gombalan kak Raja itu vulgar banget tau gak sih?" "Vulgar gimana?" "Anu... Itu..." Lea gelagapan. "Mandiin, trus..." Pffffftttt... Raja benar - benar tak bisa lagi menahan tawanya. Pria itu sontak terpingkal - pingkal. Perutnya sampai kram dan air matanya keluar karena terlalu banyak tertawa. Ekspresi gadis di depannya ini benar - benar lucu. Sebenarnya anak ini asalnya dari mana? Gara - gara gombalan dasar begitu saja mukanya sudah merah mirip kepiting rebus. Bagaimana kalau dia benar - benar menggombal 'vulgar' seperti yang dikatakannya tadi? Ini bocah ajaib banget sih, Lang! Selama ini lo apain aja? "Itu belum vulgar Aleah. Gitu aja udah kelabakan kamu! Belum lagi kalau saya ngomong soal ranjang kita di----" "KAK RAJAA!!" Lea bangkit dari duduknya dan bergegas meninggalkan Raja sambil menutup wajahnya. "Bayarin sarapannya!" Raja hanya memandangi geli punggung Lea yang berlalu menjauhinya. Ia menggelengkan kepala tak percaya gadis polos itu adalah istrinya. Hm... Gue bakal kerja keras kayaknya nih! Sorry Lang, gue berubah fikiran, gue udah bertekad buat mengontaminasi otak polos cewek lo biar ketularan m***m kayak Mommy. Kayaknya hidup gue bakal menyenangkan deh! Raja memanggil pelayan setelah sarapannya selesai. "Semuanya tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah, pak!" kata sang pelayan. Raja ternganga. T... Tujuh ratus ribu? Buat sarapan doang? Tuh cewek makan apa aja sih? Credit card gue kemana lagi? Perasaan kemarin masih disini... *** Lea sedang asyik menerjemah di laptopnya pagi itu. Tadi, setelah sarapan sambil mendengar ocehan tak bermutu dari Raja, gadis cantik itu langsung balik ke kamar dan mandi. Raja sudah berada di kamar waktu Lea selesai mandi. Pria itu langsung menarik Lea ke sofa kamar mereka dan menyodorkan sebuah black card dan sebuah kartu kredit platinum pada gadis itu yang disambut Lea dengan ekspresi bingung. 'Pakai ini buat kebutuhan kamu. Anggap aja ini nafkah dari aku. Kamu istriku sekarang, jadi menafkahi kamu udah jadi kewajibanku.' Lea mengerjap beberapa kali. 'Aku nggak mau Mommy dan Daddy marah - marah karena aku nelantarin mantu kesayangan mereka.' Lea tersenyum kecil. Suaminya itu ternyata juga punya sisi sweet meskipun tak terlalu sweet seperti adegan di tivi - tivi. Dan saat ini suami m***m plus 'sedikit' sweet nya itu meninggalkannya sendiri dan pergi berenang ke kolam hotel. Baru ia kembali akan menekuri terjemahannya, handphonenya berdering. Rumah. Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Kalau telpon dari rumah biasanya pasti terjadi sesuatu pada Eyang. Jantung Lea sudah berdebar cemas tak karuan. "Hallo..." "Non Lea..." suara Mbok Sar di seberang sana semakin mengukuhkan asumsi Lea. "Eyang kenapa mbok?" "Nyo... Nyonya masuk rumah sakit non..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN