Pak Aswin! Apa yang sebenarnya terjadi? Dalam ketidaksadaran pun, rasanya pertanyaan ini terus mengejar, menghantui bagai setan penasaran. Aku benar-benar tidak habis mengerti. Bagaimana mungkin Pak Aswin. Apakah semua persolan ini memang dialah biang keroknya? Sungguh, aku benar-benar akan menjadi hantu penasaran bila mati tanpa mengetahui kejelasan semua ini. Ketika aku membuka mata, tampak Ilham sedang duduk memandangi indahnya senja. Sudah hampir maghrib. Cakrawala di sebelah barat menguning, bahkan membara. Matahari sudah setengahnya tenggelam di balik bukit. Fokusku tidak lagi pada Ilham atau senja yang indah seperti wajah cantik lucu Mura. Namun, perhatianku seluruhnya tertumpah pada sosok yang juga sedang mengawasiku. Pak Aswin, memang dia. “Kamu kenal saya?” tanya Pak Aswin

