BAB 2. NEW JOB

1181 Kata
BAB 2. NEW JOB Aku menatap wajahku tak percaya, apa mungkin aku bisa menampilkan wajah seperti itu di hari pertamaku bekerja? Hell!! Ini gara-gara tetangga sebelah. Lihatlah mata pandaku .... Apa bisa ditutupi ya? Aku mengoleskan beberapa krem yang kupunya untuk menutupi mata pandaku. Tetapi tak ada yang bisa kulakukan. Bukannya menutupi mata pandaku. Yang ada malah kelihatan seperti memakai topeng saja. Dengan frustrasi aku membasuh wajahku kembali. Ah masa bodohlah.... Tetangga sialan!!! Masa make out sampai subuh menjelang. Mana berisik lagi. Emang minum apa sih tuh laki sampai sekuat itu? Obat kuat majakani kali ya? Atau ramuan Pak Oles? Di New York mana ada? Atau jangan-jangan Viagra? Hiii ngeri juga sih .... Tuh cewek pasti lemes abis nih pagi. Jalannya pasti ngangkang nggak bisa dirapetin. Aku terkekeh sendiri dengan pemikiranku yang entah kenapa tak bisa beralih dari memikirkan kegiatan tetangga sebelah. Orang aku yang jadi korban suara-suara desahan dan jeritan pilu sampai babak belur begini. Apalagi tuh cewek. Aku mengernyit kala teringat teriakan kesakitan si cewek. Begitu memilukan. Apa selain melakukan hubungan intim, wanita itu disiksa? Kurasa si cowok itu pengidap sadistik. Itu sebenarnya yang membuat bulu romaku meremang setiap desahan bercampur jeritan keluar dari mulut wanita itu sepanjang malam. Suara lolongan kesakitan juga kerap terdengar. Jejeritan gitu, apa enaknya? Kok ceweknya juga mau, aku begidik ngeri membayangkannya. Syerem ... ih!! Aku jadi ngebayangin adegan trilogi of fifty shades yang khatam kutonton seri satu dan duanya. Segala macam ruang bermain. Atau berbagai pernak pernik peralatan bermain mereka. Emang ada ya perempuan yang rela dipukul, dicambuk atau dilecehkan hanya untuk sekedar s*x??? Entahlah ... apa yang kutahu tentang s*x? Suamiku saja lebih memilih l**************n wanita lain dibanding diriku yang sah untuknya. Ah mungkin itu sifatnya lelaki selalu tidak puas dengan miliknya sendiri. Ah sudahlah ... lupakan lelaki b******k itu. Toh kini aku sudah terbebas dari pernikahan yang penuh kebohongan itu. Satu yang kupelajari dari mantan suamiku itu. Jangan percaya pada mulut manis lelaki. Karena isinya seratus persen hanya sampah. Setelah memastikan wajahku lumayan manusiawi aku bersiap ke kantor. Wah ... its my new days. *** Aku memandang gedung yang akan sering kukunjungi karena di sinilah aku akan memulai segalanya dari nol. The Tower Bulding. Di sana tidak hanya satu perusahaan di dalamnya. Gedung pencakar langit itu begitu amazing bagiku. Tinggi dan megah sampai aku harus mendongak untuk melihat puncaknya. Dan The Styles Magazine berkantor di dalamnya. Entah ada perusahaan apa saja yang ada dibangunan nan super tinggi dan megah ini. Aku tak perduli. Aku memasuki lobby gedung, bertanya kepada resepsionis di mana letak The styles Magazine. Karena keramahannya aku sangat berterima kasih kepada Laura sang resepsionis yang kini sedang bertugas. Dia memberi tahu lantai berapa yang kutuju. Lantai 33. Oh ... hell!! Emang gedung ini sampai lantai berapa? Semoga semua berjalan baik! Gumamku saat mulai memasuki lift yang terbuka. Di sana sudah banyak orang yang berada di dalam lift. Tetapi ada pemandangan ganjil yang tertangkap netraku. Jantungku berdegup kencang. Aku buru-buru menundukkan wajahku dan berbalik arah menghadap ke pintu lift yang perlahan menutup. Apa yang lain tidak terganggu dengan pemandangan tersebut? Tanyaku dalam hati. Kalian mau tahu apa yang barusan kulihat? Seorang pria dengan tatto di kedua lengannya sedang b******u mesra dengan perempuan di pojok lift. Erangan dan desahan terdengar dari arah belakang. Sial!!! Kenapa sih?? What’s wrong with my f*****g day!!! Begitu pintu lift terbuka tak peduli lantai berapa, yang kubutuhkan hanya keluar dari lift sialan itu. Aku mendesah lelah begitu sudah berada di luar. Hah!!! Menyebalkan!! “Harusnya di dalam lift ada peringatan 'Dilarang m***m di dalam lift!!!'” gerutuku. Aku menunggu lift berikutnya karena kini aku terdampar di lantai 20. Aku meredakan jantungku yang berdetak keras. “Sialan!!” rutukku lagi. *** Aku memasuki ruangan kerjaku dengan langkah terburu-buru. Karena accident di lift tadi membuatku terlambat. Dengan nafas ngos-ngosan aku duduk di kursi kerjaku. Untung pihak The Styles dapat memaklumi. "Miss Issabella ini job desk Anda," kata Stella atasanku sambil menyerahkan map berwarna biru. Aku menerimanya dengan senyuman tersungging di bibirku. "Terima kasih miss Stella," jawabku sopan. "Pelajari! Kalau ada yang belum kau mengerti kau bisa bertanya padaku miss Issabella," ujar miss Stella ramah aku mengangguk penuh terima kasih. "Bella saja please," kataku berusaha tidak terlalu formal. "Ok Bella," katanya sambil menepuk bahuku pelan sambil berlalu ke bilik kubikelnya. Sepeninggal Stella aku menekuni job desk yang diberikan miss Stella. *** "Ini ruangan studionya, tugasmu mengarahkan gaya para model pastikan sesuai dengan yang tadi kita bicarakan," perintah Gina pimred dari The Styles magazine. Dia wanita cantik dan modis dengan rambut pirangnya terlihat so stunning. Aku saja yang cewek begitu terpesona dengan wanita itu. Rasanya memang sangat pantas kalau dia dipercaya sebagai pemred di majalah mode kawakan. Dia memperkenalkanku pada semua kru dan karyawan di studio itu. "Ayo aku kenalkan dengan model dan potografernya, tapi aku ingatkan jangan sampai tergoda dengannya. I mean it, he's so dangerous," ujar Gina dengan wajah seriusnya. Aku hanya bisa mengangguk. Toh siapa yang mau menggoda lelaki? Saat ini visiku hanya kerja dan masa depanku. No time for man! Yah setidaknya saat ini. "Oh ... jangan memasang muka begitu! Karena aku mencemaskanmu, mr. Fox dengan wajah dinginnya ternyata malah makin membuat perempuan tergoda," terangnya. "Mr. Fox?" Entah kenapa aku jadi teringat mantan suamiku. Ah mungkin saja kebetulan nama keluarga mereka sama. "Ya," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. "Apa itu termasuk dirimu nona?" tanyaku menggoda. Dan ternyata wajahnya bersemu merah. "Apa dugaanku benar, Sayang?" godaku lagi. "Iya aku pernah menikmati satu malam bersamanya tapi ...," katanya berubah sendu. Apa dia dicampakkan lelaki itu setelah melewati satu malam bersama? Kini aku mulai menyadari betapa brengseknya lelaki itu. "Apa dia meninggalkanmu setelah melewati satu malam?" tanyaku tak suka. Aku benci dengan lelaki yang selalu memanfaatkan wanita hanya karena nafsu semata. Apa pikiran semua lelaki hanya seputar s**********n? "Dari awal dia sudah memperingatiku kalau hubungan kami tanpa ikatan apapun hanya s*x semata," katanya kian sendu. "Kenapa kau bersedia?" tanyaku tak percaya. "Kurasa semua wanita yang bertemu dengannya akan merasa beruntung jika bisa menghabiskan waktu hanya semalam dengannya," katanya menerawang. Benarkah? Se-wow apa lelaki itu? Ada sedikit rasa menggelitik di hatiku. Apa ini Tuhan??? Pasti hanya rasa penasaran, batinku mencoba mencerna rasa yang mulai mendera. "Itu dia datang," bisik Gina di telingaku. Aku menolah ke arah lelaki yang digelayuti seorang wanita yang sangat cantik. "Apa kau tidak cemburu?" tanyaku berbisik. "Apa hakku?" tanyanya pasrah. Aku bisa melihat matanya berkilat tak suka memandang pemandangan di depan sana. Aku memperhatikan dengan seksama pasangan tersebut. Kenapa rasanya pernah lihat ya? Di mana dia melihat pasangan itu ya? Tatto itu! Kontan mataku melotot sempurna. Lelaki m***m di lift tadi. Iya, itu pasti pasangan m***m yang menjadi penyebabku terlambat di hari kerjaku. Sialan mereka! Mereka mendekat ke arahku. Tampan .... Benar kata Gina, lelaki itu menguarkan feromon yang kuat untuk menggoda para betina untuk mendekat ke arahnya. Bahkan siap melemparkan tubuh mereka kepada pejantan yang kini sedang berjalan ke arahku. Entah kenapa semakin dia mendekat, jantungku berdentam semakin keras. Lelaki itu b******k! Lelaki itu m***m! Ayolah! No man in my live! Peringatku dalam hati begitu aku menyadari perasaan apa yang kini menggayuti hatiku. >>BERSAMBUNG>>
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN