Part 1
Senyuman menghiasi wajah cantiknya saat kedua kakinya melangkah memasuki gerbang sekolah. Waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin ia mengikuti MOS. Kini, ia telah menjadi siswi kelas XII. Ia adalah Amanda Rafania Zharifa, biasa dipanggil Manda.
Nama SMA Wisma Bangsa terpampang jelas di gerbang. Sekolah favorit dengan bangunan bertingkat, luas serta megah. Sesampainya di kelas, Amanda langsung menempati tempat duduknya. Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Merasa namanya disebut, Amanda menengok ke sumber suara. Ternyata sahabatnya, Nadia Alyssa Azzahra.
"Manda .... Aku seneng deh, akhirnya kita satu kelas lagi! Oh ya, aku duduknya bareng kamu lagi, ‘kan?" ucap Nadia menghampiri Amanda.
"Iya bareng aku. Nih udah aku tempati dari tadi," ucap Manda
"Yeay! Makasih, Manda!" ucap Nadia sambil memeluk Manda.
Tiba-tiba ada seorang gadis berlari heboh menghampiri dan mengejutkan mereka. "Woy! Masih pagi peluk-pelukan!" ucap gadis itu terkekeh. Nadia dan Manda pun melepaskan pelukannya.
"Aqilla!" ucap Amanda terkejut sekaligus senang.
Gadis itu bernama Aqilla Fariza Mufia. Salah satu sahabat Nadia dan Amanda.
"Aqilla! Serius kita satu kelas lagi?" tanya Nadia antusias. Aqilla hanya mengangguk dan tersenyum. Aqilla memang pernah satu kelas dengan mereka saat kelas X.
Bel sekolah berbunyi, pertanda masuk sekolah. Namun, kegiatan belajar mengajar hari ini tidak efektif dikarenakan masih awal masuk sekolah usai liburan. Aqilla pun menempati tempat duduknya di belakang Nadia dan Amanda. Ia duduk bersama Anggita, teman semejanya waktu kelas X.
Lelaki setengah baya masuk ke dalam kelas XII IPA 1. Beliau adalah Bapak Dedi Gusmawan. Guru Bahasa Indonesia yang memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka tahun ajaran ini.
Setelah usai memperkenalkan diri, pembagian struktur kelas pun dimulai. Aqilla dipercaya sebagai bendahara, Nadia seksi absensi dan Amanda sebagai seksi kerohanian. Sementara ketuanya adalah Rayan Maulana dan wakilnya Aisyah Amanita.
***
Bel istirahat berbunyi. Amanda, Nadia dan Aqilla pergi ke kantin bersama. Setibanya di kantin, mereka duduk di bangku yang tersedia. Mereka memesan siomay dan es mangga di warung Bi Siti yang menjadi favorit seluruh siswa di sini. Selain makanan khas Bandungnya yang enak, Bi Siti sangat asik dan suka bercanda. Tidak berselang lama, Bi Siti membawakan pesanan ketiga gadis itu.
"Terima kasih, Bi," ucap Manda
"Sama-sama, Neng Manda," ucap Bi Siti.
"Kalian sudah kelas XII, makin geulis wae atuh! Kulitna anggeur wae bodas! Bibi juga mau atuh!" ucap Bi Siti terkekeh sambil berbicara logat sundanya.
"Hahaha ... Bi Siti, kalau mau putih, luluran, Bi!" ucap Aqilla.
"Aqilla gak boleh gitu!" tegas Manda.
"Eh ... Astagfirullah. Maaf ya, Bi," ucap Aqilla.
"Bi Siti, kami putih karena memang bawaan dari lahir. Terus kami juga suka berwudu. Insyaallah dengan berwudu kulit kita jadi putih dan bersih," jelas Nadia.
"Oh begitu. Ya sudah, Bibi balik ke warung, ya, Neng. Makasih tipsnya, Neng Nadia," ucapa Bi Siti dan berlalu pergi.
Aqilla tiba-tiba melihat Devan memperhatikannya. Ya ampun .... Tuh cowok ngapain di sini? Kenapa lihatin aku terus? Bete deh! gerutu Aqilla dalam hati. Karena tidak suka diperhatikan, Aqilla meminta Nadia untuk tukar posisi duduknya.
“Nad, kamu duduknya pindah sini, ya,” ucap Aqilla.
"Kenapa sih? Gak mau ah," balas Nadia.
"Aku risi! Devan lihat ke sini mulu dari tadi!" ucap Aqilla.
"Yee ... Kamu aja yang geer!" ucap Nadia sambil tertawa. Aqilla mendengus kesal.
"Sudah … Sudah. Abaikan saja! Sekarang makan aja siomaynya. Mubazir kalau gak dimakan," ucap Manda.
***
Usai dari kantin, mereka duduk di bangku panjang di depan kelas. Kemudian, Nadia melihat seorang cowok yang pernah dikaguminya saat kelas XI. Entah kenapa, jantung Nadia berdetak hebat. Padahal untuk sekarang, Nadia tidak ingin mengagumi cowok itu lagi.
Cowok itu Alvin Pratama. Anak kelas XII IPS 2. Cowok yang dikagumi para siswi karena penghapal Alquran serta juara MTQ provinsi Jawa barat. Ia juga vokalis hadrah, serta wakil ketua rohis dengan Devan Prasetya sebagai ketuanya.
Merasa diperhatikan, Nadia beranjak masuk ke dalam kelas. Sementara Amanda dan Aqilla mengernyit heran, karena sahabatnya itu pergi begitu saja.
"Lho, si Nadia kenapa?” tanya Amanda.
"Gak tahu. Ya sudah, kita susul yuk!” ujar Aqilla.
Amanda mengangguk setuju, lantas menyusul Nadia. Setibanya di dalam kelas, terlihat Nadia sedang duduk termenung. Mereka pun menghampirinya.
“Nad, kamu kenapa? Kok langsung pergi?” tanya Aqilla.
“Gak apa-apa. Males aja. Tadi di luar, aku lihat cowok itu lagi,” ucap Nadia.
“Siapa?” tanya Amanda penasaran.
“Hm, cowok yang pernah kukagumi saat kelas XI,” jawab Nadia jujur.
"Siapa nama cowoknya? Aku kan gak tahu Namanya. Orang kamu kalau cerita selalu bilang nanti juga tahu namanya," ucap Amanda.
"Hehe ... Maaf. Namanya Alvin. Itu lho, anak XII IPS 2 yang juara MTQ," ucap Nadia.
"Alvin?" ucap Manda dan Aqilla tidak percaya. Nadia pun mengangguk malu.
"Kagum sih boleh, tapi awas lho. Nanti jadi kepikiran, terus zina pikiran. Apalagi kalau saling pandang, takutnya zina mata. Semoga kita selalu jaga pandangan sama yang bukan mahram," ucap Amanda.
"Aamiiin ...," jawab Aqilla dan Nadia serempak.