Chapter 106 : Marathon Cinta Terakhir Sang Phoenix

1186 Kata

Subuh menyapa Tokyo dengan embun tipis yang menggantung di ujung daun dan aroma laut yang samar dari teluk di kejauhan. Di dalam kamar hotel yang menghadap ke stadion utama, Malda Miura terbangun bukan karena alarm, tapi karena degup jantungnya sendiri. Bukan degup ketakutan, tapi semacam ketegangan indah yang hanya dirasakan seseorang ketika tahu ia akan menutup satu bab dalam hidupnya. Yulianto masih terlelap di kursi dekat jendela, dengan Phoenix yang tertidur di d**a ayahnya, tangan mungilnya masih menggenggam botol s**u yang nyaris kosong. Miura menatap mereka dan menyimpan momen itu jauh di dalam memorinya. Inilah garis finish sesungguhnya: rumah kecil mereka yang lengkap. Tak ada upacara megah pagi itu. Miura menyiapkan kopinya sendiri, mengenakan baju lari tanpa bantuan siapa pun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN