bc

Istri Kedua Tuan Zander

book_age18+
23
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
family
HE
forced
friends to lovers
arranged marriage
dominant
badboy
kickass heroine
heir/heiress
drama
sweet
bxg
bold
city
office/work place
childhood crush
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Antara hasrat dan cinta dari seorang Zander Araksa berhasil menjebak Xana Araksa dalam sebuah ikatan sakral yaitu pernikahan. Pernikahan yang buruk, bagaikan neraka bagi Xana. Xana terpaksa menerima pernikahan itu karena tekanan dari keluarga Zander atau keluarga angkatnya. Mereka meminta bayaran mahal yaitu sebuah pernikahan karena telah merawat Xana selama ini. Xana hanya bisa pasrah menerima semua itu. Semuanya bermula saat malam itu, malam di mana Zander menyatakan ingin memilikinya. Selalu mencari kesempatan mendekati Xana saat keluarga mereka tak ada. Disanalah semuanya mulai, hidup Xana yang awalnya damai menjadi kisruh karena mendapatkan lebel pelakor. Istri pertama Zander selalu saja mencari kesalahannya, bahkan sampai menyewa akun gosip dan memfitnah Xana sebagai pelakor.Tak berhenti sampai di situ saja, Zander tiba-tiba menjadi posesif terhadap Xana. Mengekang Xana bahkan melarang Xana berteman tanpa izin darinya. Semua masalah datang secara bersamaan. Bagaimana bisa semua orang mencapnya sebagai pelakor, sedangkan dirinya juga korban dari keegoisan keluarga angkatnya, ia dijebak oleh Zander itu sendiri. Entah apa yang terjadi, apakah Xana bisa melewati semua ini? Bagaimana kalau bukan Xana yang salah, justru istri pertama Zander yang tak becus menjadi istri? Apakah Xana akan meninggalkan keluarga Araksa setelah semua ketidakdilan yang terjadi padanya? Atau malah ia jatuh cinta dengan Zander yang ia sebut pria gila?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Cinta Yang Terpendam?
Xana berjalan santai menuju dapur, ia baru saja pulang dari rumah sakit tempat ia bekerja. Hari ini ia berjaga shift siang, jadilah ia pulang malam bahkan hampir tengah malam. Xana sengaja pulang terlambat untuk menghindari keluarganya, toh kalau mereka ada pun selalu mengabaikan Xana. Daripada sakit hati, ia memilih untuk pulang di saat semua orang sedang terlelap. Suasana dapur sangatlah gelap, hanya ada pencahayaan dari lampu dinding yang temaram di ruangan yang bisa dikatakan luas. Tak ingin berlama-lama, ia pun segera mengambil minuman untuk dibawa ke kamar, takut kegiatannya menganggu para penghuni di rumah itu. “Lelah sekali hari ini,” gumam Xana, wanita itu pun berbalik dan … “Aduh!” Xana kaget tiba-tiba saja seorang pria muncul di hadapannya, spontan ia memegang erat gelas agar tak jatuh. “Hati-hati,” jawab orang itu dengan nada lirih, pria itu terlihat linglung. Matanya tak terbuka sempurna, seperti seseorang yang sedang terpengaruh obat tidur. “Kak Zander?” beo Xana sedikit bersyukur karena yang ada di depannya adalah kakak sepupunya sendiri Zander Araksa. Zander Araksa adalah pria yang sangat dingin dan irit bicara, bahkan Xana sangat jarang berinteraksi dengan Zander. Mereka tak dekat, mereka seperti orang asing yang tinggal di satu rumah yang sama. Pria itu sangat tampan walaupun umurnya sudah menginjak kepala tiga, Zander adalah pewaris yang memegang kendali penuh Araksa grup setelah Kakek. “Kakak mabuk?” Xana mencium bau alkohol di jas mahal yang dipakai Zander. Zander selalu saja seperti itu, ia sering memergoki Zander yang sedang mabuk masuk ke dalam rumah. Namun, ia selalu saja menghindar entah kenapa hari ini mereka berpapasan di dapur. Zander diam saja tak menjawab pertanyaan Xana, ia memilih menatap intens tepat ke arah dua bola mata Xana yang sangat ia sukai, yang membuatnya candu. “Kamu cantik sekali,” lirih Zander, berusaha berdiri dengan benar agar tak jatuh. Alkohol hampir saja membuatnya hilang kesadaran. Xana merinding sendiri mendengar ucapan yang tak pernah Xana duga keluar dari mulut seorang Zander. Ia memperhatikan Zander dari atas sampai bawah, benar saja pria itu dalam pengaruh alkohol dan mungkin baru saja berkelahi dengan seseorang. Terlihat jelas sudut bibir Zander yang berdarah, baju acak-acakan, dua kancing baju paling atas terbuka. “Tidak, tidak ini tak benar. Aku harus pergi,” batin Xana merasa pertemuannya dengan Zander akan membawa petaka di keluarga mereka. “Kalau begitu aku ke atas dulu,” ujar Xana ingin kembali ke kamarnya. Namun, baru selangkah ia melangkah Zander dengan sigap menahan pergelangan tangannya. Zander melangkah maju mendekatkan diri ke arah Xana, semakin dekat hingga tak ada jarak diatara mereka. Entah apa yang Zander pikirkan, yang ia inginkan sekarang adalah Xana. Wanita yang berhasil membuatnya tertarik bahkan ingin memilikinya. Namun, terhalang dengan status sepupu diatara mereka. Otomatis Xana memasang alarm tanda bahaya di otaknya. “Apa yang Kakak lalukan, minggir aku mau ke atas,” lirih Xana dengan nada gemetar, sambil mendorong d**a bidang Zander untuk menjauh darinya. Namun, sayangnya ia tak memiliki cukup tenaga. Zander terus saja mendekat, mengikis jarak diantara mereka. Semakin dekat sampai ia bisa merasakan hembusan napas Xana mengenai d**a bidangnya. Ia menyeringai dalam diam, merasa ini adalah waktu yang tepat mengklaim kepemilikan terhadap Xana. Perempuan yang ia ikuti perkembangannya sedari kecil, namun ia tak berani bertindak apapun. Perempuan itu tampak ketakutan di dalam kukungannya. Keringat dingin mengalir deras dari pelipis wanita itu, dadanya naik turun menandakan ia sangat ketakutan. Tapi, Zander tak memperdulikan hal itu, yang ingin ia lakukan sekarang adalah pelampiasan. Ia butuh pelampiasan setelah apa yang ia lewati hari ini. “Kakak! Apa yang Kakak lakukan, lepaskan!” Zander mengecup pelan leher Xana, tak hanya sekali namun beberapa kali. Buluk kuduk Xana berdiri mendapatkan perlakuan seperti itu, ia pun mencoba memberontak, medorong Zander sekuat mungkin. Namun, usahanya gagal. Zander masih bertahan bahkan semakin mengila di sana. “Kenapa? Memangnya kamu tidak mau?” tanya Zander menghentikan aktivitas lalu menoleh ke arah Xana dengan tatapan mengoda. Ia bahkan membersihkan bibirnya menggunakan tangan seperti seseorang yang sedang terbawa hawa nafsu. “Gila! Aku akan berteriak,” ujar Xana masih dengan intonasi yang sama, ia memelankan suaranya agar para penghuni di rumah itu tak terbangun. “Berteriak saja, paling mereka akan menuduhmu berselingkuh denganku, mengoda diriku,” jawab Zander dengan nada enteng, ia tau ia pasti menang dan semua anggota keluarganya akan mempercayai Zander dan bukannya Xana anak angkat yang tidak diharapkan kehadirannya di rumah itu. “Kau!” Xana mengepalkan tangan mendengar ucapan Zander. Ia kalah telak, namun pelecahan yang dilakukan Zander tak bisa dibiarkan dengan begitu saja. “Ayoklah, jangan munafik Xana,” kata Zander kembali mendekatkan diri ke arah Xana, pria itu memiringkan kepala bersiap mencicipi bibir manis adik sepupunya yang sangat mengoda itu. Zander sudah lama menahan semuanya, kali ini tak tahan lagi Xana harus menjadi miliknya malam ini. Otomatis Xana berjalan ke samping menghindari Zander, namun dengan cepat Zander menahan pinggang Xana. Dengan smirknya ia menarik pinggang Xana hingga menunbruk d**a bidangnya membuat Xana berada dalam kukungannya sekarang, berkali-kali wanita itu memberontak. Namun, Zander dengan lihai berhasil membuat Xana kembali ke pelukannya. “Percuma sayang, kamu milikku malam ini,” goda Zander mengelus pelan pucuk kepala Xana dengan lembut. Xana tercekat ketakutan semakin mendera, keringat dingin mengalir deras dari pelipisnya. Jatungnya berdetak begitu cepat, menandakan ada bahaya yang ia hadapi di depan sana. Ia menatap takut-takut ke arah Zander, benar saja Zander sudah seperti pria yang kelaparan dan Xana lah mangsanya. Zander mendekat ke arah Xana, lalu memiringkan kepala. Belum sempat Zander mencium Xana, satu tamparan mendarat di pipinya. Plak! Melihat Zander lengah, Xana langsung saja berlari menjauh dari Zander. Ia berlari sejauh mungkin, sampai masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Zander, tertawa mengejek sambil menatap punggung Xana yang semakin lama menjauhinya. “Lihat saja nanti, Xana Araksa. Tidak ada sesuatu yang tak bisa aku dapatkan! Berani sekali dia menolakku!” Zander mengepalkan tangan atas penolakan yang dilakukan Xana, sedangkan di luar sana banyak wanita yang ingin diperhatikan olehnya. Namun, Zander memilih setia dengan istrinya, istri yang sangat ia cintai. Lain halnya dengan Xana, wanita itu ketakutan setengah mati mengingat bagaimana Zander memperlakukannya. Untuk pertama kalinya ada pria yang melecehkannya dan oang itu adalah keluarganya sendiri. Ia pun mengambil tisu lalu dengan kasar membersihkan leher bekas ciuman Zander. “Aku tidak sudi dicium olehnya! Pria gila,” gumam Xana berada di depan kaca wastafel sambil membersihkan leher dengan kasar. “Ada apa dengan Kak Zander, biasanya dia tidak seperti itu. Apa tadi? Suka? Yang benar saja!” Xana tak habis pikir dengan semua ucapan Zander terdengar geli di telinganya. Perkataan yang membuat Xana takut mendekati Zander. *** Di lain tempat Zander sudah selesai membersihkan diri, ia tak menyesali perbuatannya itu. Malah ia memikirkan cara untuk bisa dekat dengan Xana tanpa diketahui keluarga mereka. Wajah cantik Xana membuat ia tertarik, bahkan tergoda ingin memiliki seutuhanya. Persetan dengan keluarganya. Larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ada satu notif pesan yang dikirim oleh orang yang tak dikenal. “Sial! Foto ini lagi,” gumam Zander melempar ponselnya ke atas kasur. Ia muak setiap hari mendapatkan pesan yang sama. Baru selangkah ia berjalan. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, yap benar saja benar dugaan Zander yang menelpon adalah orang yang baru saja mengiriminya pesan. “Apa lagi? Saya tidak percaya apa yang kamu kirim, istri saya bukan wanita yang seperti itu!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
314.7K
bc

Too Late for Regret

read
317.0K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
144.9K
bc

The Lost Pack

read
436.1K
bc

Revenge, served in a black dress

read
152.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook