Bab 5

1201 Kata
Alex menghela nafas pelan melihat Sierra tertidur setelah diberikan obat penenang ke dalam infusnya oleh perawat. "Dok, apa wanita ini tidak apa-apa?" tanya Alex yang masih penasaran dengan semua ucapan yang dilontarkan oleh Sierra alias Ling Er tadi. "Sebaiknya nanti kita adakan check up saja, takutnya ada penggumpalan darah di kepalanya," saran dokter itu kepada Alex. Alex mengangguk pelan. "Baiklah, Dok. Saya serahkan yang terbaik kepadamu," ucapnya. Dokter itu mengangguk dan pamit keluar bersama para perawat. Alex duduk di sofa di kamar itu, dirinya merenungi semua perkataan yang dilontarkan gadis itu tadi. 'Apa dia lupa ingatan ya? Tapi kalau lupa ingatan kok dia bisa menyebut kalau namanya Ling Er? Sebenarnya apa yang terjadi?' batin Alex. Ia tak habis pikir dengan kejadian beberapa saat lalu. Alex kembali menatap wajah gadis cantik itu yang sedang tertidur, ia terkesima akan kecantikannya yang begitu alami. Ia merasa hatinya terasa begitu nyaman setiap kali melihatnya. Pandangan Alex tertuju kepada liontin giok yang berada di tangan gadis itu dan perlahan ia membuka genggamannya, ternyata kali ini ia berhasil mendapatkannya. 'Untung saja sudah bisa diambil,' batin Alex merasa lega dan memasukkan liontin itu ke dalam saku celananya. Rencananya ingin melamar gadis pujaan hatinya gagal kemarin karena kecelakaan itu. Ia belum sempat meminta maaf kepada kekasihnya karena mereka sudah berjanji untuk bertemu kemarin, tetapi Alex belum mengabarinya karena ia panik dan harus menemani Sierra di rumah sakit. Pria itu tidak tega meninggalkannya seorang diri dengan kondisi seperti itu. Ia bermaksud menunggu kedatangan pihak keluarga gadis itu terlebih dahulu. Setengah jam kemudian, masuk seorang wanita yang beraut wajah cemas ke dalam ruangan, wanita itu adalah ibunya Sierra. Ia menghampiri putrinya terbaring di atas tempat tidur dengan luka di sekujur tubuhnya. "Sierra, anakku … Kenapa jadi begini?" gumam Nyonya Anita mulai menitikkan air mata melihat luka yang diderita anaknya. "Maafkan Mama, Sierra. Seharusnya Mama tidak memaksamu pergi ke tempat perjodohan itu. Jadi tidak akan terjadi kecelakaan seperti ini …." sesal Nyonya Anita dengan air mata yang berderai di wajahnya. Kemarin Nyonya Anita dan Sierra sempat beradu mulut karena memaksa putrinya itu untuk pergi ke tempat perjodohan, tetapi Sierra menolak sehingga gadis itu terburu-buru keluar dari rumah tanpa membawa apapun. "Maaf, Nyonya. Apa Anda Ibunya Sierra?" tanya Alex yang sedari tadi hanya diam melihat wanita itu menangis sambil memeluk tubuh putrinya yang masih tertidur. Nyonya Anita menoleh dan melihat pria tampan dengan tubuh menjulang tinggi di depannya. Ia terpukau sejenak. 'Siapa pria tampan ini? Apa dia pacar Sierra?' batin Nyonya Anita menyimpulkannya sendiri. "Nyonya?" panggil Alex lagi. "Ah, maaf. Iya saya Ibunya. Maaf, Anda siapa? Apa Anda temannya Sierra?" tanya Nyonya Anita penasaran. Alex menghela nafas pelan dan menatap manik mata nanar wanita di depannya. "Bukan, Nyonya. Perkenalkan saya Alex. Maaf gara-gara saya, putri Anda mengalami kecelakaan. Sierra menyelamatkan saya dari kecelakaan kemarin. Saya merasa bersalah kepada Anda dan putri Anda. Maafkan saya," ucap Alex dengan tulus dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Ini pertama kali dalam hidupnya ia meminta maaf dengan sepenuh hati kepada orang lain. Pria itu merasa sangat bersalah dan menyesal terhadap Sierra, karena seharusnya yang terbaring di sana saat ini adalah dirinya bukanlah Sierra. Nyonya Anita tersenyum miris mendengarkan kenyataan yang ia terima dan permintaan maaf dari Alex. Tubuhnya hampir limbung, tetapi dengan cepat ia menopang tubuhnya di samping tempat tidur pasien. Nyonya Anita memejamkan matanya sebentar dan memikirkan ucapan peramal waktu itu yang mengatakan bahwa putrinya memiliki umur yang pendek. Ia merasa sedih dan tidak percaya dengan ramalannya. Ia berharap semua yang dikatakan peramal tua itu bohong, tetapi kenyataannya sekarang putrinya terbaring di atas ranjang pasien. Air matanya masih terus mengalir dari pelupuknya; membasahi pipi wanita itu yang sudah tampak garis-garis halus di sekitar wajahnya. "Katakan padaku, apa permintaan maaf saja cukup, hah? Apa dengan maaf Anda bisa mengembalikan putriku seperti semula?" jerit Nyonya Anita yang mengira nyawa putrinya sudah berada di ujung tanduk. Alex mengerutkan keningnya heran dan mendengus pelan mendengar pertanyaan Nyonya Anita. 'Ini ibu dan anak sama saja anehnya,' batin Alex di dalam hati. "Nyonya, saya rasa Anda salah paham. Putri Anda sudah selamat dari maut, sekarang ia hanya sedang terlelap karena diberikan obat penenang," jelas Alex dengan sabar. Nyonya Anita menghentikan tangisnya setelah mendengarkan penjelasan dari Alex. "Be-benarkah? Jadi pu-putriku masih selamat?" tanyanya kepada Alex sembari mendekati Alex dan menggenggam tangan pria itu. Alex mengangguk pelan. Ia merasakan kehangatan dari genggaman wanita itu. Nyonya Anita menghela nafas lega dan mendekati putrinya kembali. Ia mengusap kening putrinya yang terbalut perban dengan lembut. 'Syukurlah ucapan peramal itu salah,' batinnya sambil tersenyum lega. Alex terdiam melihat pemandangan di depannya, ia merasakan kehangatan dan penuh kasih dari seorang ibu kepada anaknya. Sudah lama dirinya tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu yang layak kepadanya. Alex sudah ditinggal oleh ibunya sejak ia lahir, ibu kandung Alex meninggal tidak lama setelah ia melahirkan Alex. Jadi Alex tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu karena ia diasuh oleh bibi asuhnya dan ibu kandung Gavin, istri pertama ayahnya. Nyonya Anita berbalik dan menatap Alex. "Apa kata dokter? Dia tidak akan cacat bukan?" tanyanya menatap Alex meminta jawaban. 'Cacat?' Alex terdiam mendengarkan pertanyaan Nyonya Anita. Ia tidak berpikir hingga ke sana. 'Bagaimana kalau gadis itu benar-benar cacat? Apa aku harus bertanggungjawab kepadanya seumur hidup? Ah, tidak mungkin!' batin Alex yang menolak untuk menerima kenyataan apabila yang diucapkan Nyonya Anita benar terjadi. "Tuan?" panggil Nyonya Anita lagi. "Maaf, Nyonya ... saya—" "Panggil saya Tante Anita saja. Maaf tadi saya mengira kalau putriku ... Ah, sudahlah tidak usah dipikirkan. Semoga saja dia tidak apa-apa," sela Nyonya Anita. "Hm … Tante jangan khawatir, untuk biaya pengobatan dan pemulihan akan saya tanggung sepenuhnya hingga ia sembuh total," tutur Alex penuh keyakinan. Nyonya Anita menatap Alex dari atas hingga ke bawah. 'Dilihat dari pakaiannya, sepertinya pria ini dari keluarga terpandang dan kaya. Bagaiamana jika pria ini bersedia menjadi calon suami Sierra? Mungkin kehidupan Sierra selanjutnya akan sejahtera,' batin Nyonya Anita. "Ehem, Nak Alex, Tante tahu kalau kamu pria yang baik dan bertanggungjawab, tapi Tante harap kamu mau membantu Tante menjaganya, karena … karena umur Tante tinggal sebentar lagi, Nak … hiks … hiks …." ucap Nyonya Anita berpura-pura, ia ingin mencoba mendekatkan putrinya dengan Alex. "Tapi Tante, Saya—" "Alex, tolong kamu penuhi permintaan wanita tua ini. Aku hanya berharap ada seseorang yang menjaga putriku ketika aku tiada. Tolong kamu menjaganya untuk sementara waktu hingga ia menemukan pendamping hidupnya, Nak," ucap Nyonya Anita lagi. 'Jangan-jangan Tante ini mau memerasku. Aneh!' batin Alex curiga dengan perubahan sikap wanita di depannya. "Maaf, Tante. Saya rasa saya bukan orang yang tepat untuk menjaga Sierra, tetapi saya akan mengutus seseorang untuk menjaganya hingga ia pulih kembali. Masalah biaya rumah sakit saya tetap akan membayarnya," tolak Alex dengan halus. Nyonya Anita menghapus air mata palsunya dan memalingkan wajahnya. "Baiklah, saya tidak bisa memaksakanmu. Saya hanya takut Sierra sebatang kara di dunia ini setelah kepergianku nanti," ucap Nyonya Anita. Wajah wanita itu sendu ketika mengatakan hal itu, semua perkataan yang dilontarkan oleh Nyonya Anita tidak sepenuhnya bohong. Nyonya Anita memang mempunyai tumor di rahimnya dan dokter sudah menyarankan untuk melakukan operasi untuk pengangkatan rahimnya, tetapi ia menundanya karena terkendala dengan keuangan dan memerlukan biaya yang cukup besar baginya. Ia tidak memberitahukan hal ini kepada putrinya, karena tidak ingin putrinya merasa cemas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN