Ling Er' s POV
Seberkas cahaya masuk ke dalam mataku begitu cepatnya ketika aku membuka mataku. Mataku terasa sakit untuk kubuka lagi, aku pun memejamkan mataku kembali. Akan tetapi, perlahan aku membukanya lagi. Aku memfokuskan pandanganku ke depan, menyipitkan sedikit mataku untuk menghindari cahaya yang menusuk mataku.
"Akhirnya kamu sadar juga," ucap suara bass seseorang di sampingku, mengalihkan perhatianku kepadanya.
Sosok seorang pria tampan berkulit putih dengan lesung di kedua pipinya tersenyum kepadaku. Ya dia adalah orang yang sangat aku cintai, Qi Feng. Aku membalas senyumannya dengan penuh kasih.
"Akhirnya kamu sadar juga, Nona Sierra," ucap pria itu yang aku anggap sebagai Qi Feng, membuatku heran dan mengerutkan keningku.
'Siapa itu Sierra? Apa itu selirnya yang baru?'
Aku termangu mendengar Qi Feng memanggil nama wanita lain dari bibirnya. Aku tahu dia adalah seorang kaisar, tidak masalah dirinya memiliki banyak selir. Aku sudah terbiasa akan hal itu. Akan tetapi, tetap saja hatiku sakit jika memikirkan dirinya bukan milikku seutuhnya.
"Halo Nona?" panggilnya lagi dan menatapku dengan senyumannya yang menawan.
Aku terdiam mendengar Qi Feng memanggilku dengan sebutan 'Nona'.
'Kenapa Yang Mulia memanggilku Nona?Sebenarnya apa yang terjadi? Tunggu dulu! Ini di mana?'
Seketika aku tersadar dengan kondisi sekitarku, aku melihat ke sekelilingku dan menatap benda-benda yang begitu asing di mataku. Ruangan tempatku berada sekarang cukup luas. Di depanku terdapat sebuah benda berukuran persegi panjang dan tipis yang menggantung di dinding kamar. Benda itu mengeluarkan berbagai gambar dan mengeluarkan suara. Tidak jauh dari tempat itu juga terdapat dua kursi panjang yang memiliki bentuk yang unik.
'Ini tempat apa?'
Aroma di sekitarku juga begitu menusuk hidungku. Aroma yang belum pernah aku cium sebelumnya, membuat perutku terasa sedikit mual dan tidak nyaman. Ingin rasanya aku pergi dari tempat itu untuk memuntahkan isi perutku, tetapi entah kenapa tangan dan kakiku terasa kaku.
Aku melirik sekilas tanganku yang dipasang pipa kecil yang panjang dan kaki kananku yang dipasang sesuatu yang cukup aneh. Benda itu bukan rantai tetapi membuatku susah menggerakkannya. Aku belum pernah melihatnya, benda berbentuk seperti kakiku, berwarna putih dan dipasang seperti sepatu setinggi lututku.
'Apa salahku? Kenapa aku dihukum seperti ini?'
Aku melihat pria yang sedang duduk di sampingku. Parasnya dan suaranya begitu sama dengan Qi Feng, yang berbeda hanyalah tatanan rambut dan pakaiannya yang begitu asing bagiku, tetapi ia masih terlihat tampan. Seketika aku teringat dengan mimpiku dulu. Pria ini sama dengan Qi Feng yang ada di dalam mimpiku.
'Apakah aku sedang bermimpi lagi? Apakah ini lanjutan mimpiku waktu itu?'
Kupejamkan mataku berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Namun, kepalaku terasa sakit ketika aku berusaha mengingatnya, begitu banyak potongan ingatan yang masuk ke dalam pikiranku saat ini.
Ingatan terakhirku ketika aku meminum sup beracun dan merasakan sakit yang luar biasa di tubuhku serta wajah Yang Mulia yang berusaha menahan tangisnya di depanku ketika mengucapkan kalimat terakhirnya saat itu.
'Aku … aku juga mencintaimu, Ling Er … Bertahanlah! Aku pasti akan menemukan orang yang bisa menyembuhkanmu!'
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Mataku terbuka lebar mengingat peristiwa itu. Tubuhku bergetar hebat menyadari kebenaran yang baru saja kuterima.
'A-apa aku sudah meninggal?'
Aku menggeleng kuat, tidak percaya dengan ingatanku sendiri.
'Kalau aku sudah meninggal, tetapi kenapa aku bisa berada di tempat ini dan ada Qi Feng bersamaku?'
Aku berusaha mengingat kejadian sebelumnya, tetapi hanya rasa sakit yang kudapatkan.
"AAAARGHHH!" teriakku menahan sakit di dalam kepalaku.
"Kamu kenapa, Nona?" tanya pria yang mirip dengan Qi Feng itu dengan panik.
Aku menggenggam tangan pria itu dengan erat, membuatnya sedikit kaget dengan sentuhanku. Aku merasa nyaman setelah memegang tangannya. Kehangatan yang dimiliki Qi Feng mengalir dalam dirinya.
"Ya-Yang Mulia …," panggilku pelan kepada pria itu.
Aku berharap ini semua adalah mimpi dan berharap semua yang aku ingat adalah tidak benar!
Pria itu terlihat kaget mendengarku memanggilnya dengan sebutan 'Yang Mulia'. Ia menggaruk kepalanya dan berucap, "Nona, apa kepalamu masih terasa sakit? Aku panggilkan dokter ya."
Pria itu menekan sebuah tombol di samping tempat tidurku dan masih menatapku dengan heran. Tatapan itu begitu asing bagiku.
'Ke mana tatapan penuh kasih yang biasa Yang Mulia berikan kepadaku? Kenapa ia menatapku seperti itu?'
Hatiku terasa sangat sakit melihat tatapan itu.
"Ya-Yang Mulia ... A-aku Ling Er. Apa Yang Mulia tidak mengenalku lagi?" tanyaku di balik isak tangisku.
Cairan kristal terus mengalir di wajahku tanpa bisa kubendung lagi.
Pria itu masih memberikan tatapan asing kepadaku. Mengernyitkan dahinya dan terukir kecemasan di wajahnya.
"Yang Mulia …," lirihku sambil memegang kepalaku yang berdenyut hebat. Aku memegang pergelangan tangannya dengan erat.
"Tenanglah, Nona. Dokter akan segera datang. Ia akan memeriksa keadaanmu," ucapnya berusaha menenangkanku sambil berusaha menarik tangannya dari genggamanku.
'Dokter? Siapa lagi itu?'
Air mataku mengalir semakin deras ketika ia berusaha melepaskan tangannya dari genggamanku. Aku menggeleng kepalaku pelan.
'Kenapa ia tidak mengenaliku?'
Aku menyadari tanganku yang lain sedang menggenggam sesuatu. Tanpa melihatnya, aku tahu benda apa yang kupegang saat ini. Liontin giok berukiran naga milik Yang Mulia berada di dalam genggamanku sekarang. Aku tahu itu karena aku sering memegang liontin itu.
Qi Feng pernah mengatakan akan memberikannya kepada anak kami ketika lahir ke dunia. Akan tetapi, harapan itu sirna karena racun yang menguasai tubuhku membuatku kehilangan janinku dan juga nyawaku.
'Kenapa benda ini berada di tanganku sekarang? Apa pria ini yang memberikannya? Apa benar dia bukan Qi Feng?'
Ingin kutanyakan hal itu kepada pria di sampingku ini, tetapi suaraku tercekat oleh tangisanku.
Beberapa saat kemudian, dua orang wanita dan seorang pria berpakaian serba putih masuk ke dalam ruanganku. Mereka sedang membicarakan hal yang begitu asing di telingaku kepada pria yang mirip dengan Qi Feng.
"Dok, apa ada efek samping dari benturan yang terjadi di kepalanya? Kenapa ia terus memanggilku dengan sebutan aneh? Apa karena benturan itu ia menjadi sedikit …." Pria itu memutarkan telunjuknya di sekitar kepalanya kepada pria berbaju putih itu.
"Yang Mulia, aku tidak gila!" timpalku cepat ketika mendengarkan mereka mengatakan hal yang aku mengerti. Aku tak menyangka Yang Mulia mengatakan diriku tidak waras.
"Tuh dokter dengar sendiri kan?" ucap pria itu lagi membuktikan kebenaran yang ia ucapkan tadi.
"Nona, tenanglah!" ucap pria yang disebut dokter itu.
"Dok! Aku … aku tidak gila, Dok!" seruku sambil memegang kepalaku yang sekarang mulai terasa sakit.
Kupejamkan mataku kembali dan beberapa potongan ingatan seseorang masuk ke dalam ingatanku. Ingatan seorang wanita yang memiliki paras yang sangat mirip denganku. Sierra Wang nama wanita itu!
Aku membelalakan mataku seakan tak percaya dengan ingatanku saat ini. Aku sedikit memahami situasi yang sedang kuhadapi. Tubuh ini bukanlah milikku, ini adalah milik wanita yang bernama Sierra.
'Apa itu berarti aku benar telah meninggal? Bagaimana dengan Yang Mulia? Kenapa ia bisa berada di sini? Sebenarnya apa yang terjadi?'
Berbagai pertanyaan terus bersemilir di dalam kepalaku membuat kepalaku semakin sakit.
Salah seorang wanita berbaju putih mengambil sebuah benda dengan jarum panjang di ujungnya dan memasukkan cairan ke dalam tabung berukuran sedang yang berada di samping tempat tidurku.
Tidak berapa lama, mataku terasa semakin berat dan aku pun terlelap. Aku sangat berharap ini semua hanyalah mimpi buruk dan ketika aku bangun aku mendapatkan senyuman penuh kasih dari Yang Mulia untukku.