Andrean memijit pangkal hidungnya. Ia benar-benar lelah. Lelah untuk semuanya. Bahagia yang baru ia rasa, sekejap lagi akan hilang. Berganti dengan luka. Luka yang entah bisa sembuh atau tidak. "Ada apa denganmu, Andrean?" Andrean terkejut mendengar suara orang yang beberapa hari ini ia hindari. Matanya pun membulat saat menangkap seorang wanita, duduk anggun di sofa dalam ruangannya. "Mama." "Kau terkejut, Andrean?" Diam mematung itu yang Andrean lakukan sekarang. Bertemu Mama nya di pagi hari tak terbesit dalam pikirannya. Ia berpikir pagi hari waktu sang mama menjaga anak itu di rumah sakit. Nyatanya, sekarang sang mama berada di sini. "Kau tidak bisa menghindar lagi? Sudah cukup kau bermain kucing-kucing an bersama mama, Andrean. Kau pengecut." Andrean menghembuskan nafasnya ka

