Bab 9

1063 Kata
Setelah hari itu, Tina memutuskan untuk memberi. kesempatan kedua pada suaminya. Dia memang sudah memaafkan, tapi masih butuh waktu untuk sembuh total. Sejak malam itu, Tina memberi kesempatan pada suaminya. Pagi itu, sebulan setelah mereka berbaikan, mereka semua berkumpul di ruang makan. "Nanti biar aku yang anter Ria sekolah. Dia kan sekarang TK B, setahun lagi dia masuk SD. Ga enak kalo telat terus." Kata Cecep. Tina pun mengangguk. Memang selama ini dia selalu santai dan telat mengantar Ria sekolah. Jadi, sekarang, ga apalah, biar suaminya yang mengantar. "Baik. Kamu duluan aza. Aku ama Marni masih sarapan." Kata Tina. Marni memperhatikan interaksi kakaknya dan suaminya. Sepertinya keduanya sudah berbaikan, pikir Marni. Baguslah. Jadi dia ga perlu lagi mengantar Ria ke sekolahnya. Dia juga ga perlu lagi satu kamar dengan kakaknya. Semenjak mereka saling mendiamkan, kakaknya kadang tidur di kamarnya karena Ria pengen tidur ama ayahnya. "Aku duluan ya kalo begitu. Aku langsung ke restoran. Ayo Ria pamit dan salam ama ibu dan tante." Cecep berpamitan pada keduanya lalu beranjak dari sana menuju sekolah Ria. Sesampainya di sana, ternyata belum bel. Ria meminta Cecep menunggunya sampai bel masuk. Setelah bel dan Ria masuk, ada yang memanggil Cecep. "Mohon maaf, bapak ini ayahnya Ria?" Tanya perempuan itu. "Betul. Saya ayahnya Ria." Jawab Cecep. Perempuan itu memperkenalka diri sebagai Mira, dia ibunya Rika, teman Ria. Dia ternyata ketua orangtua murid di TK Ria. "Sepertinya ibunya Ria sibuk ya pak?" Tanya Mira. "Iya. Dia bekerja." Jawab Cecep. "Pantesan jarang komen di grup. Bekerja rupanya." Kata Mira. "Iya. Mungkin pas ada waktu, dia baru bisa baca pesan di grup. Nanti saya sampaikan." Kata Cecep. "Baik. Kalo begitu, saya minta nomer ponsel bapak. Barangkali nanti ada keperluan untuk acara di sekolah." Kata Mira. Cecep pun memberikan nomer ponselnya. Mereka bertukar ponsel dan saling save di ponsel masing-masing. "Terima kasih pak. Kalo ada apa-apa, nanti saya kabarin." Kata Mira, menatap lekat pada Cecep. Untuk lelaki seusia Cecep, 25 tahun, sama dengan usia Tina, Cecep terbilang good looking. Dengan kulit sawo matang, badan atletis, tegap, sedikit brewokan, membuatnya terlihat gagah dan macho. "Baik. Kalo begitu, saya duluan." Kata Cecep. Dia pun berlalu dari sana dan menuju restoran. Seminggu kemudian, ada acara di sekolah dan membutuhkan biaya. Tina menitipkan uang untuk acara pada Cecep dan minta diberikan pada Tina. Di sekolah, saat Ria baru saja masuk, Cecep menghampiri Tina. Ya, Tina memang setiap hari menunggui anaknya sampai pulang, jadi dia stand bye di sekolah. "Maaf bu, ini ada titipan uang dari istri saya. Katanya untuk acara di sekolah." Kata Cecep. "Terima kasih pak. Sampaikan salam untuk ibu." Jawab Mira. Cecep pun mengangguk dan berlalu dari sana. Setelah itu, Mira sering mengiriminya pesan. Urusan sekolah sih, rincian biaya acara, tentang Ria di sekolah, tentang pekerjaan rumah, dan yang lainnya. Cecep hanya membalas secukupnya. Tetapi lama-lama Cecep berpikir, sepertinya Mira seorang janda. Karena dari gelagatnya, seperti seseorang yang membutuhkan belaian. Cecep mencoba menjaga jarak dengannya. Pagi itu setelab mengantar Ria, ada WA masuk dari Mira. "Pak, jika sudah di sekolah, tolong lihat apakah anak saya kelihatan sakit atau tidak. Saya ga menunggu di sekolah. Di rumah ada yang harus dikerjakan." Kata Mira. Cecep pun balik lagi ke kelas dan menanyakan pada gurunya. Ternyata Rika memang sakit. Mukanya pucat. Karena ga tega, Cecep pun meminta izin mengantarkan Rika pulang. Dia mendapat alamat Mira dari guru di sekolah. Sampailah dia di rumah Mira. Saat membuka pintu, Mira terlihat kaget. Anaknya pulang diantar Cecep. Dia bahkan masih memakai baju tidur satin pendek transparan. Membuat Cecep menahan ludahnya melihat Mira. Cecep yang sedang menggendong Rika, diminta langsung menggendong ke kamarnya. Saat Mira menyelimuti Rika, terlihat gundukan bobanya dengan jelas karena dia menunduk. Membuat Cecep terkesiap. Setelah itu, Mira menutup pintu kamar anaknya. "Terima kasih sudah mengantarkan anak saya pulang. Padahal saya bisa menjemputnya." Kata Mira. "Ga apa. Tadi saat saya mengecek Mira, kata gurunya mukanya pucat. Saya ga tega. Makanya saya langsung anter ke sini. Maaf saya ga izin dulu dateng ke sini. Saya tahu alamat ibu dari gurunya." Jawab Cecep. "Ga usah minta izin. Silakan kalo mau mampir ke sini. Maaf pakaian saya kurang sopan, saya baru mau nyuci." Kata Tina. "Ga apa. Saya yang ga tahu waktu saat datang ke sini. Kalo begitu saya permisi." Kata Cecep. Begitu dia keluar dari sana, Cecep bernapas lega. Dari tadi matanya terus menatap dua bongkahan kembar Mira. Tadi Mira terlihat tidak memakai bra, putingnya terlihat menonjol keluar. Membuat Cecep ingin sekali mencicipinya. Ah, jiwa petualangnya muncul kembali. Padahal dia sudah berjanji pada istrinya akan setia. Dia juga melihat foto keluarga di ruang tamu Mira. Sepertinya dia memiliki suami, pikir Cecep. Dia gegas menuju restoran. Saat istirahat dan sedang makan siang, Cecep iseng membuka ponselnya. Terlihat Mira updet status dengan pakaian tadi yang dia lihat pagi, dengan tubuh menyamping di ranjang. "Badan ga enak. Rebahan aza. Butuh istirahat." Gila, pikir Cecep. Dia begitu berani memperlihatkan tubuhnya di statusnya. Walaupun dari samping, terlihat paha nulisnya dan punggungnya yang juga mulus tanpa bra. Bagaimana kalo semua melihat statusnya? Tanpa Cecep sadari, status itu diperuntukkan buat Cecep seorang, sedangkan yang lain, dia hide. Cecep pun iseng mengirim pesan balasan. "Semoga cepet sembuh bu. Banyak istirahat." Tak menunggu lama, Mira membalas chat Cecep. Sebulan penuh sering chat dengan Cecep, membuat Mira tambah berani. "Ini juga lagi istirahat. Makasih pak." Jawab Mira. Lalu tak lama Mira mengirimkan foto dirinya sedang tiduran di ranjang masih dengan baju mini transparan tadi pagi. Seluruh tubuh dia foto, sepertinya memakai tongsis karena keseluruhannya terlihat. Bobanya menonjol, dan intinya juga terlihat karena pakaiannya sangat transparan. Ternyata dia ga memakai dalaman lagi. Gila, pikir Cecep. Otaknya berpikir keras. Lalu Cecep mengirimkan pesan lagi. "Tubuh ibu sangat bagus." Kata Cecep. Lalu Mira kembali membalas. "Saya merawatnya dengan baik." Kata Mira. Lalu tanpa aba-aba, Mira mengirimkan fotonya tanpa busana. "Bapak mau ke sini dan melihatnya langsung? Rika sudah saya titip di mertua saya. Suami saya pulang setahun sekali, dia berlayar ke luar negeri. Saya tunggu ya." Kata Rika. Mata Cecep hampir saja copot melihat tubuh polos Mira. Celananya langsung mendadak sesak. Otaknya langsung berpikir liar. Dia sudah ga memikirkan istrinya lagi. Padahal, baru sebulan dia berbaikan dengan istrinya. Cecep galau. Haruskah dia melayani Mira atau menjauhinya? Teringat janjinya pada sambil istri. Tapi tubuh polos Mira begitu menggodanya. Kedua bobanya, apalagi intinya yang bersih dari bulu, membuatnya ingin terbenam di sana. Cecep terdiam. Dia lalu menyelesaikan makannya. Sambil berpikir, apa yang harus dia lakukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN