Bab 36

2355 Kata

Tidak ada jawaban cepat. Banyu hanya menggenggam setir, wajahnya tetap datar menatap arus lalu lintas. Jemarinya sesekali mengetuk setir, kebiasaan kecil yang selalu muncul ketika ia sedang berpikir keras. Keheningan itu membuat Bening gelisah. Tangannya meremas ujung blazer, bibirnya digigit sampai nyaris perih. Ada dorongan kuat di dadanya, seolah kalau ia diam saja, ia akan meledak oleh rasa penasaran dan sakit hati yang bercampur jadi satu. “Kenapa kamu nggak pernah bilang?” suaranya pecah lirih, tapi cepat meninggi, seperti tak bisa lagi ditahan. “Padahal… kita udah nikah. Masih ada hal segede ini yang aku nggak tahu.” Banyu menarik napas panjang, nadanya terdengar berat, tapi matanya tetap lurus ke depan, fokus pada jalanan macet yang merayap pelan. “Bukan karena aku mau menutupi,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN