Suasana kamar utama masih lengang. Tirai tipis bergoyang pelan diterpa angin dari jendela yang terbuka sebagian. Sinar matahari pagi menembus masuk, jatuh di wajah Banyu yang masih bersandar di ranjang. Tubuhnya terasa lemah, keringat dingin membasahi pelipis, namun pikirannya tidak sepenuhnya tenang. Telinganya menangkap dengan jelas suara Bening yang baru saja selesai berbicara lewat telepon. Nada suaranya lembut, berbeda dari biasanya yang selalu penuh sarkas atau nada ketus jika bicara dengan dirinya. Kata-kata itu berulang kali terputar di kepala Banyu. Suami. Banyu memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Sebagian dirinya ingin menganggap itu sekadar formalitas, sebuah alasan sederhana agar atasannya tidak terlalu ba

