Nadia menghabiskan waktunya di sekolah dengan berpikir mengenai rencana perebutan kembali Dragon’s Claws dari tangan Liu Yantsui. Semua strategi yang sudah dibicarakan saat sesi diskusi kemarin sudah benar-benar masuk di kepala Nadia, tetapi bukan berarti ia tidak kepikiran dengan hal itu. Sebaik apapun rencana mereka, bukan tidak mungkin ada kegagalan dalam pelaksanaannya. Terlebih, Akiyama Toshiro terlibat dalam perseteruan ini. Nadia tidak bisa meremehkan yakuza itu. Dia sangat berbahaya, bahkan jauh lebih berbahaya dari Liu Yantsui sendiri. Dari perkiraan Nadia, kekalahan Jia Li bukan murni karena Yantsui, melainkan karena campur tangan Akiyama Toshiro sejak awal. Hanya saja, Nikolai baru mengetahui bahwa yakuza itu terlibat dengan Yantsui setelah penyelidikan keduanya.
“—ia, Nadia, Nadia!”
Nadia terlonjak kaget kemudian menoleh ke samping kanannya. Seorang gadis Asia bermata sipit mencubit lengannya dengan kesal.
“Xianming, ada apa?” Tanya Nadia bingung sembari mengusap lengannya yang terasa nyeri.
“Kau melamun sejak masuk ke kelas sampai istirahat. Ada apa?”
Nadia menggeleng. “Sedikit masalah keluarga.” Ia kemudian melirik catatan milik Lin Xianming dan menariknya mendekat. “Aku pinjam.”
Lin Xianming adalah teman sebangku Nadia sejak ia pertama kali masuk sekolah di Macau. Gadis itu memiliki perawakan kecil dengan rambut panjang sepinggang. Sebelum Nadia memahami Bahasa Kanton, dia selalu menggunakan Bahasa Inggris dan terkadang tidak sengaja memakai Bahasa Rusia. Lin Xianming sangat fasih memakai Bahasa Inggris sehingga dia lebih mudah berkomunikasi dengan Nadia. Meski Nadia bersekolah di sekolah anak-anak kaya, sebenarnya tidak banyak yang menguasai Bahasa Inggris dengan fasih di sekolahnya sehingga di awal Nadia benar-benar merasa terisolasi berkat keterbatasan Bahasa. Bisa dikatakan, Lin Xianming adalah satu-satunya teman yang bisa dengan mudah ia ajak untuk berkomunikasi sejak dulu.
Sekarang, Nadia sudah sangat bisa berbahasa Kanton. Berkomunikasi dengan anak-anak lainnya bukan lagi hal yang sulit sehingga Nadia tidak hanya bersama Lin Xianming. Ada banyak orang yang tertarik untuk berbicara dengan Nadia, terutama karena visual Nadia yang tampak benar-benar mencolok. Dia selalu tampak menjulang ketika berkumpul dengan kawan-kawannya, terlebih dengan rambut pirang platinanya yang berkilau.
“Nadia, Cheng dan yang lainnya akan berkumpul sepulang sekolah. Mereka menyuruhku untuk mengajakmu juga.”
“Kemana?”
“Kafe yang baru saja buka di dekat sekolah kita. Kudengar banyak kue-kue yang enak di sana. Kau mau ‘kan?”
Nadia menggaruk tengkuknya pelan. “Okay, tapi aku tidak bisa lama, ada urusan yang harus aku kerjakan di rumah.”
Lin Xianming mengerucutkan bibirnya. “Aku benar-benar penasaran apa yang kau lakukan di rumah. Apalagi, kau pernah dijemput oleh pria-pria menyeramkan yang mirip seperti kriminal yang kulihat di film aksi.”
Nadia memaksakan tawanya. Ia sangat ingat ketika Nikolai bersikeras menempatkan bawahannya di sekitar sekolah ketika identitas Nadia diketahui. Tidak hanya satu atau dua orang, melainkan sepuluh orang sekaligus. Nadia rasanya ingin mati saja mengingat kejadian itu. Orang-orang menatapnya dengan aneh ketika ia masuk ke salah satu mobil. Belum lagi mereka sempat-sempatnya membungkuk saat Nadia keluar dari gerbang sekolah.
Esoknya, beragam pertanyaan mengelililnginya, tentang siapa orang-orang itu, mengapa Nadia dijemput oleh banyak orang, siapa sebenarnya keluarga Nadia, dan pertanyaan-pertanyaan bernuansa rumor lainnya. Untuk meredam berita-berita aneh tentangnya, Nadia mengundang Lin Xianming dan beberapa teman yang cukup dekat dengannya untuk datang ke rumah. Tentu saja bukan rumah utama tempat markas Bratva, melainkan rumah lain yang Nadia minta kepada Nikolai untuk mengatasi teman-temannya yang penuh penasaran. Setelah itu rumor tentangnya sedikit mereda meski tak benar-benar hilang. Setidaknya, Nadia masih bisa berjalan di area sekolah tanpa harus merasa kikuk karena diperhatikan lekat-lekat oleh anak-anak lainnya.
Nadia menyentil dahi Lin Xianming pelan. “Kau pernah ke rumahku bersama yang lain ‘kan? Seperti itulah. Mereka hanya pengawal yang bekerja pada Kakakku. Yeah, Kakakku memiliki selera yang aneh dalam memilih pengawal.”
Pembicaraan mereka mengalir kemana-mana sampai jam istirahat selesai. Lin Xianming selalu menemukan banyak topik untuk dibicarakan, dan Nadia bertugas mendengarkan serta mengomentari sedikit ketika gadis itu mengajukan pertanyaan. Suasana sekolah selalu berhasil menghibur Nadia dari apapun kegiatan di markas yang mengganggu pikirannya.
**
Tepat setelah bel pulang sekolah, Lin Xianming langsung menarik lengan Nadia dan membawanya berkumpul dengan Cheng dan kawan-kawan lainnya. Cheng dan yang lainnya berbeda kelas dengan Nadia sehingga mereka menunggu di luar. Ada lima perempuan dan lima laki-laki yang menunggu di luar. Nadia tidak berekspektasi mereka akan beramai-ramai hanya untuk menjajal menu dari kafe yang baru buka di dekat sekolah mereka. Nadia kira, Cheng hanya akan mengajak beberapa teman perempuan yang sering ia temui saja.
Kafe yang dikatakan Lin Xianming menyediakan kue-kue dan minuman yang cukup enak untuk Nadia. Ia juga menikmati obrolan dengan yang lainnya. Mungkin Nadia bisa mengajak Yao Wang kemari jika pria itu sedang tidak mengurusi masalah Dragon’s Claws, dan itu bisa menjadi kencan yang menyenangkan. Nadia tertawa dalam hati membayangkannya, padahal ia tahu Yao Wang bahkan belum pernah mau menemani Nadia sekadar makan bersama di dekat markas.
“Nadia?”
“Ya?”
Lin Xianming menunjuk ke luar. “Apa mereka juga pengawal keluargamu? Kulihat daritadi mereka terus saja memandang kemari.”
Nadia mengikuti arah telunjuk Lin Xianming dan membelalak ketika mengenali wajah-wajah itu. Buru-buru ia membereskan barang-barangnya. “Maaf, aku harus pulang. Sampai jumpa besok!” Nadia meloncat keluar setelah berpamitan secepat kilat kepada teman-temannya.
Nadia bersidekap, memandangi dua pria yang berdiri di hadapannya. Mereka bukanlah orang-orang Bratva, bukan pula orang-orang Dragon’s Claws yang ikut bersama Jia Li. Dari ekspresi mereka yang mengenali Nadia bahkan terus mengintainya ketika ia bersama teman-temannya, Nadia sudah bisa menebak siapa dan darimana mereka berasal.
“Suruhan Liu Yantsui kah?”
“Nona Nadezhda, serahkan Master Jia Li kepada kami.”
Nadia tertawa. “Kau pikir dengan memintaku, aku akan langsung menyerahkan Gege padamu? Jangan bermimpi.”
“Jika begitu, maka kami tidak memiliki pilihan selain membawamu sebagai jaminan.”
Nadia melompat mundur ketika dua pria itu hendak melumpuhkannya. Masing-masing dari mereka menarik pistol dari balik jaket kulit yang mereka pakai. Nadia melirik sekitar, dan mengumpat dalam hati ketika menyadari bahwa posisinya berada di area yang sepi. Nadia bisa berpura-pura dilecehkan oleh pria-pria ini jika posisinya di area ramai, sehingga tidak perlu ada senjata dalam menyelesaikan masalah ini.
“Menodongkan pistol kepada seorang anak sekolahan. Wow.”
Nadia menarik pistol yang ia bawa dan menodongkannya pada mereka. Tas sekolah Nadia didesain dengan tempat penyimpanan pistol di sisi kanan dan kirinya. Sehingga ketika keadaan genting atau Nadia sedang terpojok, ia bisa langsung menarik senjata api itu untuk melindungi diri.
Nadia menyeringai. “Kau pasti pernah dengar kemampuan bidikan Nadezhda Grigorev bukan?”
Keduanya menurunkan pistol bersamaan. Nadia nyaris saja tersenyum bangga, namun berhenti ketika salah seorang dari mereka menunjukkan ponselnya.
“Salah satu rekan kami masih mengawasi teman-temanmu, Nona Nadezhda. Apa kami perlu menggunakannya untuk membuat anda mau ikut?”
Nadia mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Bedébah.”
***