Nadia tahu, orang-orang seperti dirinya adalah selicik-liciknya manusia. Jika tidak pandai berpikir atau menganalisis keadaan, jangankan menang, untuk selamat pun tidak akan bisa. Seharusnya Nadia tahu bahwa orang-orang suruhan Liu Yantsui tidak akan semudah itu melepaskannya. Seharusnya pula Nadia tahu bahwa mereka pasti memiliki rencana cadangan andaikan apa yang sudah mereka pikirkan ternyata tidak berhasil. Selalu ada opsi pilihan untuk tiap rencana, dan entah apa yang Nadia pikirkan sampai tidak menyadari hal itu. Jika mereka mengawasi teman-teman Nadia yang masih berada di kafe, itu tandanya mereka serius melakukannya. Nadia tidak bisa sembarangan mengabaikan peringatan itu. Suruhan Liu Yantsui tidak akan peduli meski mereka berada di keramaian. Jika mereka harus menyerang, maka mereka akan menyerang. Susah payah Nadia memisahkan kehidupan sekolahnya dengan jati diri yang sebenarnya, tidak mungkin ia mengabaikan teman-temannya yang dalam bahaya dan dijadikan jaminan secara tidak sadar.
"Bagaimana Nona Nadezhda? Mau ikut dengan kami secara damai, atau kau biarkan saja rekan kami mengurus teman-temanmu?"
Nadia membuang napas keras-keras. "Jangan sentuh teman-temanku, aku akan ikut kalian."
Senyuman puas tersungging dari dua pria di hadapan Nadia. Masing-masing dari mereka langsung mendekat dan menendang tulang kering Nadia, membuatnya terpaksa berlutut. Salah satu dari mereka memasang borgol di pergelangan tangan Nadia, dan yang lainnya mengikatkan kain hitam di sekitar mata Nadia. Praktis, Nadia benar-benar dilumpuhkan oleh para suruhan Liu Yantsui.
Nadia tidak tahu kemana orang-orang itu membawanya. Dengan kedua tangan diborgol dan mata ditutup, Nadia hanya bisa menganalisis situasi dengan pendengarannya. Dia mendengar beberapa orang berbicara di dalam mobil dengan Bahasa Jepang yang tidak Nadia ketahui. Ia hanya tahu bahwa itu Bahasa Jepang karena sering mendengarnya dari beberapa seri anime yang ia tonton di markas saat santai. Jika Nadia mendengar Bahasa Jepang di antara suruhan Liu Yantsui, berarti penyelidikan Nikolai mengenai Akiyama Toshiro yang membantu Liu Yantsui adalah benar. Hanya kemudian, mengapa orang-orang ini sengaja menunggunya di sekolah dan membawanya. Walaupun Nadia ditahan, bukan berarti Liu Jia Li akan langsung datang menyerahkan dirinya. Mereka berpikir realistis, dan Bratva tidak kekurangan orang hanya untuk menyerang markas Dragon's Claws yang sekarang dikuasai Liu Yantsui.
Nadia tidak tahu berapa lama waktu berlalu sampai mereka menghentikan mobil. Nadia ditarik dan didorong dengan kasar oleh orang-orang itu masih dengan kondisi tangan diborgol dan kedua mata ditutup.
"Tuan Puteri yang sebenarnya..."
Nadia mengernyit mendengar kalimat itu. Kepalanya bergerak-gerak karena ia tidak bisa melihat berkat kain hitam yang menutupi kedua matanya.
"Lepaskan penutup matanya."
"Baik Bos."
Nadia perlu beberapa detik untuk menyesuaikan cahaya yang begitu terang ketika penutup matanya dibuka. Ketika pandangannya telah fokus, ia bisa melihat orang-orang Liu Yantsui berdiri mengelilingi Bos mereka. Liu Yantsui yang dikabarkan meninggal di Taiwan benar-benar masih hidup seperti yang pernah Nadia lihat. Di sampingnya, Akiyama Toshiro duduk memandanginya dengan tatapan dingin sembari menyesap rokok. Dua orang itu ternyata benar-benar bekerja sama. Entah apa yang diincar Akiyama Toshiro dari membantu Liu Yantsui. Padahal dengan Dragon’s Claws yang terpecah di mana sebagian orang-orangnya setia kepada Liu Jia Li, jelas Dragon’s Claws yang sekarang tidak dalam kondisi yang kuat dan stabil. Secara internal mereka terpecah, apalagi untuk bekerja sama dengan organisasi luar. Sampai saat ini Nadia masih belum bisa mengendus maksud sebenarnya dari Akiyama Toshiro yang mau untuk bekerja sama dengan Liu Yantsui.
“Senang bertemu denganmu lagi, Nadezhda.”
Nadia menyeringai. “Liu Lobaan, tidak kusangka kau masih hidup.”
“Surprise! Tentu saja aku tidak akan mati semudah itu.”
Nadia mengepalkan telapak tangannya dalam kondisi terborgol, diam-diam bersyukur tangannya ditahan seperti itu karena dengan begitu ia tidak langsung berlari menyerang Liu Yantsui dengan wajah menyebalkannya itu. Siapa pun yang mengenal Liu Yantsui jelas tidak akan menyangka dia tiba-tiba kembali dari Taiwan padahal sebelumnya telah dikabarkan meninggal. Memang ketika kabar meninggal Liu Yantsui sampai ke markas Dragon’s Claws di Hong Kong, tubuhnya sama sekali tidak ditemukan.
“Jadi, apa tujuanmu menculik gadis sekolahan biasa sepertiku?”
Liu Yantsui tertawa. “Gadis sekolahan di hadapanku ini adalah Bos yang sebenarnya dari Bratva.”
Nadia memutar bola matanya bosan. “Kalau kau lupa, Bos Bratva adalah Nikolai, jika memiliki urusan dengannya, hadapi dia secara langsung dan jangan menyeretku. Dasar orang tua licik.”
Liu Yantsui terkekeh. “Orang-orang Rusia selalu saja bermulut tajam. Ah, tapi tidak masalah, seorang Tuan Puteri sepertimu sudah sepantasnya memiliki sikap defensif di hadapan pihak yang kau anggap musuh.”
“Katakan saja apa yang kau inginkan Pak Tua, berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak penting.” Seru Nadia keras. Ia benar-benar tidak sedang dalam mood meladeni omongan melantur dari pria yang sempat ia anggap sudah menjadi mayat sebelumnya.
“Kau pasti sudah dengar dari orang-orang yang membawamu kemari. Serahkan Liu Ja Li kepadaku.”
Nadia muak dengan kalimat itu. Apa yang sebenarnya Liu Yantsui pikirkan dengan menculik Nadia? Menjadikannya sandera agar Jia Li keluar dan dengan sukarela menyerahkan diri? Apakah mereka tidak sadar bahwa tindakannya menculik Nadia hanya akan semakin membahayakan Dragon’s Claws yang terpecah? Akiyama Toshiro juga tidak mungkin membawa banyak orang ke Macau, sementara Bratva memang memiliki markas di Macau yang jelas orang-orang mereka sangat banyak. Lagipula, apa yang dia inginkan dengan Liu Jia Li jika dia sekarang secara teknis sudah berhasil merebut organisasi yang ia inginkan? Astaga, Nadia benar-benar lelah dengan segala pertanyaan yang berputar di kepalanya.
“Kenapa kalian tidak datang saja ke Bratva? Liu Jia Li ada dalam pengawasan Nikolai.”
Akiyama Toshiro menjatuhkan puntung rokok sisa miliknya kemudian menginjak benda itu. Ia sejak tadi hanya diam sembari memperhatikan percakapan Nadia dengan Liu Yantsui. Nadia bertanya-tanya apa yang diinginkan orang itu ketika melangkah mendekat padanya. Tubuhnya yang kekar dan tinggi membawa hawa intimidasi untuk Nadia, dan ia tidak memungkiri bahwa sejak pertama kali Nadia tahu siapa itu Akiyama Toshiro, jauh di dalam lubuk hatinya Nadia tidak benar-benar sepenuhnya berani berhadapan dengannya.
“Apa yang kau—“
Buk!
“Uhuk—“ Nadia melotot kaget ketika lutut Akiyama naik dan langsung menghantam perutnya. Ia langsung ambruk di lantai dengan napas tersengal-sengal dan terbatuk berkali-kali berkat hal itu. Bagian perutnya terasa benar-benar sakit. Nadia tidak mengira Akiyama akan langsung melakukan serangan fisik di saat kedua tangannya terborgol kuat. Terlebih, Nadia hanyalah gadis SMA biasa terlepas dari latar belakang keluarganya. Semahir apapun Nadia berlatih fisik di markas, dalam kondisi seperti itu jelas ia tidak memiliki kemampuan untuk menangkis apalagi menghindar dari serangannya.
“Arrgh!” Nadia berteriak ketika Akiyama kemudian menginjak bahunya kuat-kuat.
“Aku tidak peduli meski kau hanya seorang gadis kecil, jika aku perlu menyiksamu, maka akan aku lakukan.”
Nadia menggigit bibirnya, menahan rasa nyeri dari tekanan sepatu pantofel Akiyama yang begitu kuat menginjak bahunya. Pikirannya mengenai Akiyama Toshiro tidak pernah salah. Dia adalah sekejam-kejamnya seorang manusia. Bagaimana bisa Liu Jia Li menyukai pria brengsék sepertinya? Nadia masih tidak bisa menemukan alasan logis untuk fakta yang itu. Perlakuan Akiyama sepertinya tidak mengganggu Liu Yantsui sama sekali. Pria itu masih santai duduk memandangi apa yang diperbuat oleh rekannya.
Nadia tersenyum mengejek. “Benarkah? Kau akan hancur sebelum sempat membunuhku.”
Akiyama menendang wajah Nadia, membuat gadis itu terbatuk dengan hidung mimisan dan ujung bibir robek mengeluarkan darah. Benar-benar mengerikan. Akiyama akan terus menyiksanya jika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Nadia benar-benar tidak berdaya dengan kedua tangannya yang diborgol.
“Cukup Akiyama, dia tidak ada gunanya jika mati.” Sela Liu Yantsui di tengah kebrutalan Akiyama menendang-nendang badan Nadia. Ia kemudian berpaling dan memandang bawahannya yang sejak tadi berjaga di sana. “Kalian, bawa Nadezhda ke gudang dan pastikan dia tidak bisa keluar.”
Akiyama memejamkan matanya sebentar kemudian menghela napas. Ia kembali duduk di kursinya sembari bersidekap, memandangi Nadia yang ditarik paksa oleh bawahan Liu Yantsui untuk dibawa ke ruang penyekapan. Sebelum Nadia benar-benar keluar dari ruangan itu, ia sempat bertemu pandang dengan Akiyama. Iris mata sekelam malam itu sama sekali tidak menunjukkan emosi apapun, seolah hanya kegelapan mendalam yang tidak diketahui apa isi di dalamnya. Benar-benar mengerikan.
**
Nikolai berjalan mondar-mandir di markasnya sembari mengacak-acak rambut. Sudah terlalu larut dan Nadia belum pulang. Tidak ada kabar dari sekolah. Ketika Slava menghubungi nomor wali kelasnya, beliau mengatakan bahwa Nadia keluar bersama teman-temannya sepulang sekolah. Nadia tidak pernah pergi tanpa mengabari Nikolai, bahkan jika ia hanya pergi beberapa menit di luar jam sekolah. Apapun yang ia lakukan selalu dilaporkan kepada Nikolai untuk menjaga keamanannya juga. Tetapi hari ini sudah larut malam dan Nadia belum juga kembali. Nomor ponselnya tidak bisa dihubungi. Nikolai benar-benar khawatir dengan keselamatan Adiknya. Beberapa orang-orangnya di markas sudah ia perintahkan untuk mencari Nadia di beberapa tempat yang mungkin dia kunjungi, tetapi hingga sekarang juga belum ada kabar mengenai gadis itu.
“Di mana dia berada?” Gumam Nikolai. “Slava! Cari nomor ponsel Lin Xianming dan tanyakan soal Nadia. Dia satu-satunya teman Nadia yang cukup dekat dengannya.”
Slava mengangguk. “Baik Bos.”
Liu Jia Li datang bersama Yao Wang dan Tao yang sudah sembuh dari sakit pasca pelarian Hong Kong ke Macau. Jia Li tampak khawatir saat mendengar Nadia menghilang dan tidak bisa dihubungi begitu pun dengan Tao. Anak kecil itu sangat akrab dengan Nadia sejak pertama kali bertemu setahun yang lalu. Dia berkali-kali bertanya kepada Liu Jia Li apakah Nadia baik-baik saja, dan yang bersangkutan hanya bisa mengusap kepala bocah itu untuk menenangkannya.
“Bos, sepertinya Nona Nadia dalam situasi yang buruk.”
Nikolai menghentikan langkahnya dan mencengkeram bahu Slava. “Apa maksudmu?” Serunya gusar.
“Lin Xianming pergi ke kafe bersama Nona Nadia dan beberapa temannya yang lain sepulang sekolah. Kafe itu ada di dekat sekolahnya, kemudian Lin Xianming melihat beberapa pria berpakaian hitam mengawasi mereka dan mengira bahwa itu salah satu pengawal Nona Nadia. Dia menanyakan itu kepada Nona Nadia dan Nona Nadia langsung pamit untuk pulang duluan. Setelah itu, Lin Xianming kira Nona Nadia sudah kembali pulang bersama para pengawalnya. Perkiraanku, pria-pria itu adalah suruhan Liu Yantsui.” Jelas Slava panjang lebar.
Nikolai menggigit bibirnya kemudian menggebrak meja di hadapannya. “Jika mereka menyentuh Nadia bahkan seujung rambut pun, kupastikan mereka akan mati dengan sangat menyakitkan. Segera kumpulan orang-orang yang mencari Nadia kemari. Kita harus—“
“Aku akan melakukannya.”
Nikolai berhenti dan menoleh. Yao Wang maju dengan tangan kanan terangkat masih tetap dengan ekspresi datarnya.
“Aku akan melakukannya. Aku akan membawa Nadia kembali.” Ulang Yao dengan lebih spesifik.
Nikolai tidak tahu mengapa Yao Wang tiba-tiba menawarkan dirinya sendiri untuk membawa Nadia pulang. Pria dingin itu disukai Nadia sejak lama, tetapi Nikolai tahu Bahwa jangankan membalas rasa suka Nadia, melirik Adiknya saja tidak. Memang menolong Nadia mungkin adalah bentuk balas budi Yao Wang karena Bratva berusaha membantu Liu Jia Li, tetapi tetap saja rasanya terlalu berlebihan jika menawarkan diri sendiri apalagi sendirian.
"Kau yakin? Kalau begitu, bawalah beberapa orang-orangku."
Yao Wang menggeleng. "Aku... akan melakukannya sendiri."
Nikolai mendecak keras. Kesal dengan jawaban itu. "Jangan sok jagoan Yao, kau bahkan tidak bisa menjaga Jia Li yang harusnya menjadi tanggung jawabmu, apalagi Nadia yang sekali saja tidak pernah kau lirik. Bawa orang-orangku atau kau tetap di sini saja dan kuurus sendiri masalah Nadia."
Yao Wang sangat jarang berbicara. Ia lebih banyak mendengarkan di setiap sesi diskusi mereka. Kalau pun Yao Wang berbicara, hanya beberapa kalimat saja yang keluar dari mulutnya. Dia jarang membantah, malah nyaris tidak pernah membantah sama sekali. Jujur saja, ini pertama kalinya Yao Wang menolak keputusan yang diberikan. Nikolai juga bukannya khawatir dengan Yao Wang. Meski Nikolai tidak begitu suka dengannya yang terus saja menempel dengan Jia Li, tetap saja Nikolai mengakui kemampuan Yao Wang ada di atas rata-rata. Tetapi Nikolai tidak mau terjadi apa-apa dengan Adiknya. Nadia harus kembali dalam keadaan baik-baik saja, dan memangnya apa yang bisa dilakukan Yao Wang sendirian ketika Liu Yantsui telah bekerja sama dengan Si Yakuza Akiyama Toshiro. Jika menyimpulkan dari penjelasan Lin Xianming sebelumnya, jelas Liu Yantsui adalah tersangka dari hilangnya Nadia.
"Segera cari Nadia di markas Dragon's Claws yang berada di Macau. Jangan kembali sebelum kalian menemukan Nadia." Perintah Nikolai tegas. Orang-orang yang berada di hadapannya segera mengangguk kemudian mengikuti Yao Wang sebagai satu-satunya orang yang paling tahu di mana Liu Yantsui ketika berada di Macau.
Perkiraan terbesar keberadaan Nadia adalah di Markas Dragon's Claws yang berada di Macau. Tempat itu sebenarnya tidak benar-benar difungsikan secara penuh dan lebih banyak ditinggalkan, namun bisa jadi mereka membawa Nadia di sana. Yao Wang memiliki perkiraan bahwa Liu Yantsui bisa saja membawa Nadia ke Hong Kong, namun lebih baik memeriksa area terdekat lebih dahulu.
Yao Wang tidak tahu mengapa ia mengajukan dirinya. Dia tidak benar-benar ingin terlibat dengan Bratva selain yang dijanjikan dari kerja sama mereka untuk merebut Dragon's Claws kembali ke tangan Tuannya yaitu Liu Jia Li. Tetapi Yao Wang tiba-tiba merasakan dorongan kuat untuk mengajukan diri saat mendengar penjelasan Slava mengenai bagaimana Nadia tiba-tiba menghilang sepulang sekolah. Tidak akan ada yang berani mengganggu Tuan Puteri seperti Nadia kecuali mereka adalah Liu Yantsui dan orang-orangnya. Terlebih timing menghilangnya Nadia masih di saat Liu Jia Li meminta bantuan kepada Nikolai. Yao Wang menebak, mereka tidak benar-benar berani datang dan menyerang Bratva karena tahu bahwa kekuatan mereka tidak cukup, sehingga Nadia yang masih harus keluar untuk sekolah dan berada cukup jauh di luar markas menjadi sasaran empuk untuk dijadikan umpan. Liu Yantsui juga pasti mengerti seberapa berharganya Nadia di organisasi Bratva. Yao Wang mengepalkan tangannya kuat-kuat, berharap Liu Yantsui tidak melakukan hal-hal brutal kepada gadis itu sebelum ia datang tepat waktu.
***
Note: Lobaan = **, Bahasa Kanton dari "Boss", Setara dengan Bahasa Mandarin "Laoban". Cara yang sopan untuk menyapa Bos organisasi/pemilik toko dll.