Surprise

1055 Kata
"Nadia!!!" Lin Xianming berteriak dan berlari menuju ke arahnya yang baru saja sampai di sekolah. Gadis itu berkeringat dan tampak panik. "Ada apa?" Tanya Nadia bingung. Lin Xianming terbatuk-batuk. "Gawat, Nadia." "Yeah? Ada apa?" "Pemuda itu! Pemuda itu ada di sini! Dia yang kita temui sedang menghajar beberapa orang kemarin. Dia ada di sekolah ini, Nadia!" Nadia merasa dunianya seperti berhenti. Mengapa dia harus berada di sini? Di sekolah yang sama dengan Nadia dan Lin Xianming. Nadia tidak bisa berlama-lama menatap mata sekelam malam itu, belum lagi dengan aura intimidasinya yang tidak manusiawi. Ada banyak sekolah di Macau, dan mengapa dia harus sampai ke sekolah yang sama dengan Nadia? Takdir benar-benar sedang mengejek Nadia. Nadia menepuk bahu Lin Xianming. "Tenang saja, ada banyak kelas di sekolah kita. Dia mungkin tidak—" "Dia akan berada di kelas kita. Aku melihatnya bersama Mrs. Kaixin." Nadia tidak bisa berhenti menggerakkan kakinya ketika duduk di bangku. Pemuda itu benar-benar masuk ke kelasnya bersama Mrs. Kaixin. Pandangan mereka bertemu sekilas, dan Nadia bersumpah ia melihat seringai licik dari pemuda itu. Siapa dia sebenarnya? "Silahkan perkenalkan dirimu." Ucap Mrs. Kaixin. Pemuda itu mengangguk kecil. "Namaku Akiyama Tenzo." Jantung Nadia berdegup dengan cepat ketika mendengar nama itu. Akiyama. Nadia langsung mendongak, menatap mata pemuda yang berdiri di depan kelas dan berbalik menatapnya dengan seringai mengerikan. Pertemuan yang terjadi kemarin, Nadia ragu bahwa itu benar-benar sekadar kebetulan belaka. Lin Xianming terus merasa khawatir sejak kedatangan pemuda bernama Akiyama Tenzo itu. Kejadian kemarin masih benar-benar membekas di hati mereka. Nadia berusaha tenang, meski dalam hati tidak jauh berbeda dengan Lin Xianming yang khawatir. Hanya setelah ia tahu nama Akiyama tersemat pada pemuda itu, Nadia tahu kedatangannya ke sekolah ini pasti tidak baik. Nadia benar-benar tidak tahu jika Akiyama Toshiro memiliki saudara. Keluarganya sama sekali tidak pernah diekspos. Nadia ketakutan. Bayangan kekejaman Akiyama Toshiro yang sebelumnya dilakukan begitu membekas dalam jiwa Nadia, dan Akiyama Tenzo tidak akan jauh berbeda dengan saudaranya. Nadia berani mengatakan itu berdasarkan apa yang ia dan Lin Xianming lihat kemarin. Bagaimana bisa seorang pemuda dengan ukuran tubuh tidak jauh beda dengan Nadia sendiri bisa melumpuhkan banyak pria dengan badan bodyguard sampai benar-benar tak berkutik. Dilihat dari sisi manapun, Akiyama Tenzo jelas memiliki kemampuan tidak manusiawi seperti Akiyama Toshiro. "Nadia... Nadia..." Bisik Lin Xianming sembari meremas kuat lengan Nadia. "Ya?" Lin Xianming menggerakkan dagunya, menunjuk sosok pemuda yang berdiri di samping bangku Nadia dengan seringai kecil. Teman-teman sekelasnya tidak tahu apa-apa tentang kejadian kemarin, mereka juga tidak tahu bahwa pemuda tampan yang mereka kagumi itu adalah sosok yang sangat berbahaya. Patah-patah Nadia mendongak untuk menatapnya, dan Akiyama Tenzo memandangnya dengan senyuman misterius yang Nadia yakini merupakan tanda kesialan untuknya. Nadia berniat melarikan diri ketika jam istirahat dimulai sembari menarik Lin Xianming. Ia harus berada dalam jarak aman dari Akiyama Tenzo termasuk melindungi Lin Xianming. Orang-orang licik seperti Akiyama tidak akan pernah melepaskan pandangan mereka dari Lin Xianming jika itu bisa digunakan untuk mengancam Nadia. Sial sekali, karena Akiyama Tenzo lebih dulu datang ke bangkunya sebelum Nadia melangkah pergi. "Apa?" Tanya Nadia datar. Butuh usaha keras baginya agar Akiyama Tenzo tidak peka terhadap rasa takutnya. Akiyama Tenzo tersenyum miring. Ia mengulurkan telapak tangan kanannya dengan percaya diri. "Kau menarik, aku jadi ingin mengenalmu." Nadia berusaha kuat menahan diri untuk tidak mengayunkan tinjunya kepada pemuda di hadapannya itu. Kalimat godaan itu jelas-jelas memiliki maksud terselubung. Nadia tidak tahu apa yang direncanakan oleh Akiyama Toshiro, Akiyama Tenzo, dan Liu Yantsui, Nadia hanya bertanya-tanya mengapa setiap serangan ditujukan kepadanya padahal yang mereka inginkan adalah Liu Jia Li. Apapun yang terjadi di sekolah, Bratva tidak bisa banyak membantu karena mereka juga tidak ingin mengekspos terlalu jelas. Nadia benar-benar kesal dengan semua keadaan ini. Nadia memaksakan senyum ramah. “Salam kenal, Tenzo.” Ia kemudian menjabat tangan Akiyama Tenzo. Nadia hendak menarik tangannya ketika Akiyama Tenzo bertahan dengan posisi itu dan meremas kuat telapak tangannya. Nadia merasakan dengan kuat cengkraman itu. Ia berusaha keras untuk mempertahankan ekspresi normalnya meski remasan Akiyama Tenzo terus dan terus semakin kuat. Nadia merasa telapak tangannya mati rasa berkat cengkraman itu, dan Akiyama Tenzo tampaknya tidak berniat untuk segera melepaskannya. “Kurasa kau sudah bisa melepaskan—“ Nadia membelalak ketika Akiyama Tenzo menarik tangannya, membuat tubuh Nadia menubruk tubuh pemuda itu. Akiyama Tenzo mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Nadia, sangat dekat hingga Nadia bisa mendengar deru napas tenang Akiyama Tenzo di telinganya. “Kau berada di cengkeramanku, Nadezhda.” Bisiknya pelan. Nadia secara paksa menarik diri hingga nyaris terpeleset karena terkejut. Akiyama Tenzo menahan pergelangan tangannya dan menariknya sampai Nadia jatuh dalam pelukannya. Akiyama Tenzo menggunakan karisma yang dimilikinya untuk menarik perhatian teman-teman sekelas mereka. Karena dengan begitu, tidak akan ada yang percaya andai Nadia mengatakan bahwa Akiyama Tenzo adalah orang yang berbahaya. Nadia berusaha keras mendorong tubuh Akiyama Tenzo, tetapi pemuda itu begitu erat memeluk tubuhnya. Beberapa teman sekelas Nadia yang masih berada di kelas menatap mereka dengan bingung. “Tenanglah, aku tidak akan membiarkanmu jatuh.” Akiyama Tenzo melepaskan pelukannya dan mengusap pelan rambut Nadia yang tergerai. Nadia meremat kuat ujung rok seragamnya. Ia benar-benar merasa ingin menghantam kepala Akiyama Tenzo ke lantai dan membunuhnya saat itu juga. Nadia benci bersentuhan dengan orang asing, terlebih jika orang itu adalah musuh yang mengincarnya dengan cara licik. Kedatangan Akiyama Tenzo adalah awal dari kehidupan sekolah Nadia yang tidak lagi damai. “Okay, sampai jumpa Nadezhda.” Akiyama Tenzo tersenyum kecil dan melambai ringan sebelum keluar meninggalkan kelas. Nadia menggigit bibirnya, ia duduk dengan membanting tubuhnya sendiri. Hatinya benar-benar gusar. Ia mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat hingga kuku-kukunya memutih. Lin Xianming yang duduk di sampingnya mengusap pelan bahu Nadia, berusaha menenangkan teman sebangkunya itu. Lin Xianming mungkin tidak tahu siapa sebenarnya Akiyama Tenzo yang tiba-tiba datang ke sekolah mereka, tetapi setidaknya gadis itu tahu bahwa Akiyama Tenzo bukanlah pemuda baik-baik dan harus dijauhi. Nadia tidak bisa dan tidak boleh melibatkan siapa pun teman-temannya di sekolah apapun alasannya. “Apakah Akiyama Tenzo itu menyukaimu?” Tanya Lin Xianming tiba-tiba. Nadia menoleh dengan pandangan tajam, segera ia mencengkeram kuat kedua bahu Lin Xianming. “Apapun yang terjadi, jangan pernah dekati Akiyama Tenzo, kau mengerti?” Lin Xianming mengangguk ragu. “Um, yeah aku tidak akan menikung sahabatku sendiri.” Nadia memejamkan matanya. Beragam sekenario pembunuhan yang tidak akan diendus pihak berwajib melayang-layang di kepalanya. Nadia benar-benar ingin bertindak lebih dulu sebelum dirinya yang kalah. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN