Bab 10.(done)

1982 Kata
Apa yang  seharusnya milik kamu,akan tetap jadi milik kamu. Tak akan ada yang bisa mengusik itu. _________________________________________ Seorang wanita melangkah dengan angkuhnya,dari pakaian saja sudah terlihat dia bukan dari kalangan sembarangan. Beberapa staf yang berpapasan dengannya menunduk hormat,wanita itu terus melangkah menuju sebuah ruangan  yang ada di lantai dua gedung perusahaan RDC group.   Cklek!! Tanpa mengetuk pintu,dia masuk ke sebuah ruangan yang tak lain adalah ruangan CEO RDC group. "Mbak!!" seorang pria yang tengah berbicara dengan sekretarisnya kaget ketika menatap siapa yang kurang ajar membuka pintu sembarangan. "Saya mau bicara sama kamu!" ucap wanita itu masih dengan nada angkuhnya.     "Kalau begitu,saya permisi dulu, Pak," ujar sekretaris tersebut seperti menyadari bahwa dia tak sepantasnya ada di sana. "Silahkan."    Sekretaris itu menunduk memberi hormat pada wanita berbaju merah Semerah lipstik yang dia gunakan,wanita itu bahkan tak senyum padanya membuat sang sekertaris bergidik ngeri saat dia sudah menutup pintu.     "Ada hal apa yang Mbak ingin bicarakan dengan saya? Sebentar lagi saya ada meeting,jika memang penting,tolong katakan segera,Mbak." Pria itu berbicara dengan nada lembut,tetap tenang meskipun lawan bicaranya sudah seperti api yang siap membakar. "Sudah mulai songong kamu ya!! Kamu lupa saya siapa dan kamu siapa di perusahaan ini?" hardik wanita itu penuh amarah.      "Mbak Niken,saya sangat tau bahwa posisi saya di sini hanya sebagai pengganti sementara dari Suami Mbak Niken,karena itu saya usahakan pekerjaan saya sebaik mungkin untuk menghargai kepercayaan Mas Nugroho pada saya."    Nikan berdecak kesal,menatap nanar pria di depannya,yang di tatap berusaha menampilkan air muka sebaik mungkin. "Sombong! Kamu pikir saya tidak tau akal busuk kami itu hah? Kamu berniat menguasai RDC group,itu sebabnya kamu suruh keponakan kamu itu pergi,iya kan??" Niken tersenyum sinis. "Mbak,jangan sembarang ngomong ya! Saya tidak pernah sedikitpun berniat menguasai perusahaan Mas Nugroho, apalagi sampai mengusir Alina dari sini. Jujur,saya sendiri berharap Alina ada di sini dan memimpin perusahaan ini,jika saya tau maksud Alina meminta saya menggantikan posisi Papanya adalah karena dia ingin pergi,saya ga akan pernah mau,Mbak."    "Omong kosong!! Kamu pikir saya tidak tau kalau kamu punya banyak hutang pada rentenir. Saya tau semua tentang kamu Leo!!!" "Maaf Mbak,saya tidak punya banyak waktu. Sebentar lagi saya ada meeting,jika Mbak ke sini hanya untuk menuduh saya seperti ini,kita bicarakan lagi nanti. Permisi!" Leo menggeleng,entah kenapa dia benar-benar tak ingin ribut dengan istri kedua kakak iparnya itu.     "Adik dan Kakak sama-sama menyusahkan!" umpat Niken. Leo yang sudah berniat keluar, menghentikan langkahnya. Pria itu berbalik menatap tajam pada Niken. "Apa maksud Mbak ngomong begitu? Kakak saya tidak pernah menyusahkan Mbak Niken sedikitpun, harusnya Mbak Niken berterima kasih kepada almarhum Kakak saya,karena beliau Mbak bisa menikmati harta Mas Nugroho yang dulu tidak punya apa-apa!!" Leo benar-benar tersulut emosinya.     "Apa kamu bilang? Jelas-jelas Suami saya itu sudah kaya raya sebelum menikah dengan Kakak kamu yang penyakitan itu!! Mati kok malah ninggalin anak dan adik yang kurang ajar gini! Kenapa ga sekalian aja dia bawa mati!!!"  Plak!!! Tamparan keras mendarat di pipi Niken,Leo benar-benar tak bisa menahan amarahnya lagi. "Kurang ajar!!!!" Niken berniat membalas,tapi tangan Leo menahannya. "Saya masih hormati Mbak karena Mbak masih Istri sah Mas Nugroho,saya ikhlas jika Mbak menghina saya. Tapi,saya ga akan bisa tinggal diam kalau Mbak bawa-bawa Kakak saya, apalagi untuk berniat menyakiti anaknya. Perlu Mbak ketahui,selama ada saya,Mbak Niken ga akan pernah bisa singkirkan Alina dari hak waris keluarga Mas Nugroho!!! Saya sudah tau niat buruk Mbak Niken selama ini,jadi jangan pikir saya akan tinggal diam!!"  Leo mendorong  Niken hingga hampir tersungkur jika tak ada meja yang menjaganya. "Mbak Niken ga kenal siapa saya,jadi jangan pikir kalau saya adalah orang yang lemah! Saya bisa pastikan semua ini akan jatuh ke tangan keponakan saya,Ralina Natasya Lestari. Anak dari Mas Nugroho dan Kakak saya Ratih,camkan itu!"    "Kurang ajar!!! Kamu pikir kamu siapa hah?? Berani-beraninya kamu ngancem saya,oke kalau kamu mau main api dengan saya,kita lihat saja siapa yang akan menang!" "Saya tunggu,Mbak. Tapi, sekarang sebelum Mbak menang, silahkan keluar dulu dari ruangan saya karena saya tak ingin ada parasit di sini!!" Niken sudah benar-benar marah,dia ingin menampar dan memberikan pelajaran ,tapi akal sehatnya masih berpungsi. Wanita itu sadar,jika dia melakukannya sekarang,dia akan kehilangan kesempatan untuk menemukan keberadaan Alina,orang yang pertama harus dia singkirkan agar semua warisan jatuh ke tangan dia dan putrinya.    "Silahkan pergi,Mbak masih tau jalan keluar,kan? Jika lupa, biar saya antarkan."    "Cih!!!" Niken berdecih kesal dan langsung keluar dari ruangan itu, hatinya benar-benar panas. Dia bahkan membentak beberapa staf yang tersenyum ramah padanya saat melewati koridor. "Huhh...Alina..kamu di mana,Nak. Om khawatir sama kamu, bisa-bisanya kamu pergi tinggalkan om dan Papa kamu tanpa kabar apapun,om takut Niken akan celakai kamu..." Leo menghela napas berat, hatinya tak tenang memikirkan keselamatan atas keponakannya itu. Saat itu,Alina memohon-mohon padanya agar mau menggantikan posisinya di RDC group,dia sebelumnya sudah menggantikan posisi ayahnya, Sayangnya gadis itu merasa tak pantas dan meminta Leo untuk menjadi pimpinan RDC group sampai ayahnya sembuh. Leo menyetujui permintaan keponakannya tanpa menaruh sedikitpun rasa curiga bahwa Alina sudah mempunyai alasan lain kenapa gadis itu meminta dia sebagai pengganti. Sekarang Leo menyesal tak peka pada keadaan keponakannya selama ini yang jelas tersiksa oleh mama tirinya, terlebih setelah Nara menikah dengan Azka.    "Om janji sayang,apa yang seharusnya milik kamu akan tetap menjadi milik kamu. Perusahaan ini berdiri saat Papa kamu masih menikah dengan Mama kamu,jadi tak ada hak atas Niken dan putrinya meminta bagian dari perusahaan yang Mama dan Papa kamu besarkan ini,om akan pertahankan ini untuk kamu sayang,kamu cepat kembali ya." gumamnya lirih,dia membuka galeri foto fi ponselnya yang menampilkan wajah ceria Alina dalam rangkulannya. Pria itu berkali-kali menghela napas dalam-dalam dan menata pikirannya agar baik-baik saja dan bisa kembali berkonsentrasi pada pekerjaan. Hari ini dia ada meeting dengan klien,dia harus benar-benar tenang agar bisa memenangkan tender yang dia rebutkan sekarang dengan perusahaan rivalnya. Bagaimanapun Leo tak pernah mau mengecewakan kakak ipar dan keponakannya,jadi dia harus memberikan yang terbaik untuk perusahaan mereka. ****** Niken pulang ke rumahnya dengan penuh rasa kesal pada Leo,dia melempar  tasnya sembarangan di kasur. "Enak aja dia ngancem-ngancem aku,dia belum tau siapa aku. Lihat saja nanti apa yang akan aku perbuat untuk hancurkan dia!!!" pekiknya geram. Wanita itu menghela napas panjang, sedikit mengipaskan tangan di wajah seperti bisa menghalau rasa panas di sana. "Huhhh...tenang Niken,tenang. Dua puluh dua tahun kamu bertahan menjadi Istri Nugroho dan pura-pura baik walau  hanya menjadi bayang-bayang Istri pertamanya,kamu tetap sabar,jangan sampai karena satu orang itu kamu benar-benar kehilangan segalanya..huh...." Beberapa kali Niken menghela napas berat. Ingin rasanya dia menelpon anak kesayangannya untuk sekedar bercerita dan menghilangkan kekesalannya, tapi dia sadar kalau sekarang Nara sedang bersama Azka,tak mungkin dia curhat soal harta, bisa-bisa Azka mendengarnya. Niken juga bertambah kesal ketika ingat putrinya itu belum bisa  mendapatkan hati  Azka. "Aku harus cari cara supaya Nara secepatnya hamil,biar si Pramudra itu ga ninggalin putriku," gumamnya lirih,tentu saja otaknya sudah traveling kemana-mana untuk memikirkan suatu rencana.   Tanpa di duga,di luar kamarnya,tepat di pintu,wanita paruh baya itu setia mendengarkan apa yang di ucapkan Niken dari awal hingga akhir. Mendengar langkah kaki dari dalam,wanita itu segera pergi dan masuk ke kamar tuannya, membawakan makan siang untuk sang tuan. "Assalamualaikum,Tuan. Waktunya makan," ucap wanita paruh baya itu.  Nugroho sedikit meliriknya,wanita yang tak lain adalah mbok Darmi itu duduk di kursi sebelah tuannya. Tugasnya memang bertambah setelah sakitnya Nugroho,dia yang mengurus makanan dan memberi obat juga pada tuannya. Saat menyuapan makanan ke mulut tuannya, Nugroho menggeleng. "Tuan tidak mau makan? Tuan harus makan,lalu minum obat biar secepatnya sembuh," ucap mbok Darmi membujuknya. "A....i..na..." lirihnya parau, seperti memohon pada mbok Darmi. "Tuan cari Non Alina ya,maafkan saya Tuan,Non belum mau pulang," jawab Darmi sedih. Darmi melihat bulir bening mengalir dari sudut mata Nugroho,pria yang sebelumnya adalah pria yang berwibawa itu menjadi   pria yang sangat lemah sekarang. "Tuan yang sabar ya, sekarang Tuan makan siang dulu biar cepat sembuh. Non Alina pasti pulang secepatnya," ucap Darmi menenangkan, sementara dia tak tau kapan gadis itu mau pulang ke rumahnya.   Darmi terus membujuk Nugroho makan, hingga pria paruh baya itu mau memakan makanannya. Darmi sebenarnya bisa saja menelpon Alina atau melakukan video call bersama gadis itu,hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat untuk hal itu. Di rumah sedang ada nyonya besar,jika Niken tau Darmi masih berhubungan dengan Alina,dia pasti akan dipaksa untuk mengatakan di mana keberadaan gadis itu. Darmi tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi pada nona mudanya jika keberadaannya di ketahui ibu tirinya yang jahat itu.  Tidak hanya itu,dia akan di pecat dari sana dan dia tak bisa merawat tuannya lagi. Darmi tak ingin mengambil resiko berat tersebut,jadi dia memilih untuk tidak menghubungi Alina untuk saat ini,biar saja nanti setelah rumah aman dia akan menelpon gadis itu.[Non Alina cepat pulang ya,Non. Kasian Papanya Non, beliau selalu menyebut nama non Alina setiap bertemu saya, sepertinya dia sangat merindukan putri cantiknya.] Darmi mengirim pesan panjang lebar itu pada Alina setelah dia berhasil memberikan makanan sampai habis pada tuannya. Wanita itu meninggalkan Nugroho untuk beristirahat,dia kembali melanjutkan tugasnya.      Setelah Darmi keluar dari kamar Nugroho,Niken masuk ke sana setelah dia selesai mandi. Membuka pintu dan melihat suaminya yang belum tidur. "Hai.. Suamiku  sayang...apa kabar...kangen ya sama aku..hmmm aku..aku sih enggak,hahahaha!!"Niken bisa melihat kilatan kebencian dalam mata suaminya yang menatapnya. "Apa? Mau ngomong apa? Kamu mau marahin aku kaya dulu,iya? Ga bisa Mas...Sekarang kamu sedang sekarat,jadi kamu jangan jadi pembenci gini dong! Syukur-syukur aku masih mau bawa kamu ke sini,karena aku masih peduli sama kamu," Niken menghela napas panjang, "enggak deh aku ralat, maksudnya,aku itu peduli sama harta kamu. Kalau aku biarin kamu di rumah sakit,nanti kamu bisa cepat sembuh dan kamu pasti akan berikan harta kamu ke anak kamu itu,ga akan aku biarkan!!! Itulah alasan kenapa aku bawa kamu pulang sayang,karena aku mau kamu cepat mati hahaahahah,kan lebih enak mati di rumah daripada mati di rumah sakit, serem...."  Niken mengerucutkan bibirnya,dia mengejek Nugroho yang sudah mengalir bulir bening dari sudut matanya. Pria itu baru sadar bahwa perempuan yang dia nikahi selama ini tak lain hanya ular yang menginginkan hartanya saja. Dia tak bisa bayangkan bagaimana nasip Alina selama ini,anak gadisnya itu pernah menangis mengadukan bahwa Niken mengurungnya di kamar mandi,saat itu Alina baru berusia dua belas tahun,jelas saja Nugroho kembali memarahi anaknya karena bicara yang tidak-tidak tentang ibu tirinya itu. Sekarang, Nugroho menyesal karena apa yang Alina katakan adalah sebuah kebenaran,bahwa wanita yang dia nikahi adalah wanita yang paling jahat."Sayang,kamu tau ga. Adik ipar kamu itu tadi nampar aku,dia kurang ajar banget kan. Katanya perusahaan kamu itu di bangun oleh kamu dan mantan Istri kamu yang penyakitan dan ga berguna itu,dan dia bilang kalau hanya Alina yang akan dapatkan semua itu," Niken menghela napas berat, seolah dia sedang dalam masalah, "tapi sayang,dia lupa sedang berhadapan dengan siapa. Aku ga akan biarkan sepeserpun harta kamu jatuh ke tangan anak kamu itu,karena harta kamu cuma milik aku dan anakku. Enak aja dia,aku udah capek puluhan tahun menikah dengan kamu dan pura-pura baik ,masa iya ga dapat apapun dari kamu,kan ga etis banget sayang..."  Ingin rasanya Nugroho menampar mulut Niken yang terus berbicara di depannya sayangnya, jangankan untuk menampar, bergerak pun dia masih tak bisa. Pria itu menangisi keadaan sekarang, bagaimana dia akan melindungi putrinya dari wanita ular ini. "Owh iya sayang,kamu mau kan lihat anak kamu pulang? Aku sedang mencarinya,membawa dia pulang dan merawat Papanya yang sekarat ini. Eh,tapi pastinya dia ga akan mau,Sayang. Anak kamu itu kan lagi patah hati karena Naraku sudah bisa dapatkan kekasihnya itu hahahaha miris sekali hidup anakmu itu. Aku ga bisa bayangin loh sayang..hah..."  Niken menutup mulutnya dengan kedua tangan, terlihat kaget, "bagaimana kalau sebenarnya anak kamu itu sudah mati bunuh diri karena patah hati...." Niken memasang wajah sedihnya. "Ga pa-pa,itu lebih bagus karena aku ga akan repot-repot bunuh dia. Hahahaha... Ya udah ya sayang,aku lagi sebel sama Adik ipar kamu itu. Aku mau shopping dulu,terus ke salon untuk perbaiki moodku ini. Bye Sayang...." Niken terkekeh dan meninggalkan Nugroho yang hanya bisa menggerakkan bola matanya melihat kepergian sang istri.Dia benar-benar benci pada wanita itu,wanita yang menyebabkan dia seperti sekarang ini._____Nb nya sama hahaha Jangan lupa kasih tau kalau ada typo....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN