"setelah kegelapan, pastinya akan asa secercah cahaya yang menyinari dan menyejukkan
Kembali rasa gundah di d**a"
______________________________________
"Lo seriusan mau ngelamar kerjaan hari ini?"
Nadia mengoleskan lipstik pada bibirnya tapi tatapan sesekali melirik Alina yang sibuk memeriksa surat-surat lamaran kerja yang dia tulis. Tak hanya satu,ada sekitar lima surat lamaran yang akan dia kirim ke perusahaan yang berbeda. Antisipasi,ketika tidak di terima di satu perusahaan,dia masih bisa berharap pada perusahaan lainnya.
"Terus lo pikir gue bakal biarin lo sendiri yang kerja, biaya kontrakan kita ga murah,beb. Ga mungkin kan nguras tabungan tanpa ada pemasukan."
Alina meraih tas hitam yang selama ini menemaninya bekerja saat masih berada di Jakarta.
"Tapi lo kan lagi hamil,gue takut lo kecapean nanti."
Alin tersenyum,dia memeluk sahabatnya dari belakang.
"Gue tau lo sayang sama gue,tapi gue ga harus cari kerja buat hidupin kita dan calon anak gue nanti." ujarnya tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
"Tapi jangan sampe kecapean ya!"
"Iyah.."
Nadia tersenyum tipis,dia tak mau Alina bekerja dalam kondisi dia yang beberapa hari ini sedang mengalami morning sicknes. Tapi,apa yang bisa dia lakukan jika sahabatnya seyakin itu untuk mencari kerja.
Hari ini adalah hari pertama untuk Nadia bekerja di salah satu salon di sana,dia baru saja menerima pemberitahuan tentang di terimanya di sana. Sebenarnya dia sudah yakin akan di terima,karena pengalamannya selama bekerja di salah satu salon kecantikan terkenal di Jakarta cukup bisa di andalkan dalam sisipan surat lamaran yang dia kirim ke owner salon.
***
Nadia sangat menyayangkan dirinya yang tak bisa temani Alina mencari kerja. Sudah banyak email yang Alina kirim ke berbagai perusahaan di kota itu. Seharusnya dengan pengalaman kerja yang dia sisipkan akan mempermudah dirinya mendapatkan pekerjaan di sana, sayangnya semua tak berpihak pada dirinya. Tak ada satupun perusahaan yang meresponnya, hingga pasa akhirnya dia memutuskan untuk melamar pekerjaan secara langsung dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya. Dan,di sinilah dia sekarang,di salah satu perusahaan yang dia yakini membutuhkan karyawan sesuai kemampuan yang Alina miliki.Tapi,..
"Maafkan kami mbak,bagian HRD kami sudah memberikan kabar bahwa beliau sudah mendapatkan yang sesuai seperti yang Direktur minta,maafkan kami tidak bisa membantu.""Tapi mbak saya butuh banget pekerjaan ini,saya sudah sangat berpengalaman di bidangnya." Alina tetap bersikeras, berharap ada kesempatan.
"Sekali lagi,mohon maaf ya mbak, silahkan coba ke perusahaan lainnya,maaf kami harus lanjut bekerja."
Wanita berseragam rapi itu meninggalkan Alina,Alina menghela nafas berat. Tapi,respon karyawan itu cukup baik, setidaknya Alina tidak kesal sendiri dibuatnya seperti beberapa karyawan perusahaan yang pernah dia datangi sebelum ini. Ada beberapa yang cuek,bahkan menjawab dengan sinis,yang tadi malah baik banget padanya sampe di berikan minum dulu.
"Kenapa susah banget sih cari kerjaan di sini," Alina duduk di kursi yang ada di pinggir jalan,dia bersyukur pada pemerintah setempat karena menyediakan kursi panjang di pinggir jalan,jadi dia bisa sejenak melepaskan penatnya,"Nak,kamu harus kuat ya,sayang. Kita akan berjuang bersama, do'ain mama supaya hari ini bisa dapat kerja,biar bisa beli vitamin buat kamu yang masih di dalam perut mama."
Diusapnya perutnya yang masih rata,dia dan sahabatnya Nadia sudah cek beberapa hari lalu ke salah satu klinik di sana, kandungannya memasuki masa ke empat, artinya masih perlu di jaga extra. Setelah beberapa saat,dia kembali menghela nafas panjang karena pesan yang masuk padanya mengatakan maaf dari perusahaan lain yang dia kirimkan lamaran via email.
"Ahh lagi!" helanya.
Alina berniat membeli minuman di seberang jalan sana,dia melirik kanan kiri di jalanan yang entah kenapa hari ini cukup sepi,membuat Alina bisa tenang sedikit.
"Arggg!!!!!!!"
Bruk!!!
"Pak,Anda menabrak orang!" pekik salah satu pria yang ada di dalam mobil Avanza silver yang baru saja melaju di jalanan.
"Keluar!!!" kata pria yang mengemudikan mobil.
Banyak orang berhambur ke sana,jika mereka tak turun maka tau lah akibatnya.
"Dia berdarah...!!"
"Tolong dia!!"
"Ini anak baru di kontrakan sebelah saya!!!"
Suara-suara itu masih di dengar Alina yang kesadarannya hampir hilang,dia berusaha menjaga kesadarannya tapi semua gelap.
"Kami akan bertanggung jawab Pak,Buk. Jadi biarkan kami membawanya ke rumah sakit." pria yang menabraknya berkata begitu,warga langsung membantunya membopong tubuh Alina ke mobilnya,satu temannya membukakan pintu mobil untuk mereka.
Mobil itu melaju kembali,membawa tubuh mungil yang dipenuhi darah pada bagian kepalanya yang terbentur ke trotoar jalan,dan beberapa memar lainnya.
"Tolong cepat! Saya tak ingin terjadi hal tak di inginkan padanya."
"Baik pak."
Laju mobil di percepat,pria yang menabraknya tadi tidak menyetir lagi mobilnya karena dia sekarang berada di kursi belakang bersama gadis itu. Wajah cantik Alina membuat pria itu betah memandangnya. 'Dia cantik sekali.' batin pria itu.
Dan... mereka di sini sekarang,di sebuah rumah sakit di Kota Bandung.
Seseorang dengan baju seragam putih khasnya keluar dari sebuah ruangan.
Hanya ada satu pria yang menunggu di sana.
"Keluarga pasien?" tanya dokter itu.
Pria yang menabraknya itu langsung mengangguk.
"Gimana keadaannya, Dok? Apa ada luka parah dan lainnya?"
"Syukurlah dia hanya mengalami luka sedikit akibat benturan di kepalanya,tapi itu tidak terlalu parah."
"Hah?? Jadi..dia tidak amesia,kan?"
Dokter yang menangani menganga dibuatnya. "Amesia?"
"Iya,Dok. Tadi kan darahnya banyak banget?"
"Oohh enggak pak, enggak. Aman kok,malah sebentar lagi akan sadar, Pasien bersama janinnya baik-baik saja." ujar Dokter setelah menahan tawanya wa nya karena pertanyaan pria tadi.
"Hah? Janin? Jadi wanita itu hamil ya Dok?"
"Iya pak, saya pikir itu Istri Anda."
"Ah, tidak. Tadi saya tak sengaja membuat dia terjatuh."
"Lain kali hati-hati ya,pak. Kandungannya mungkin masih baru,jadi harus benar-benar hati-hati."
"Siap,Dok. Saya akan sampaikan ke dia,boleh saya masuk?"
"Silahkan."
Pria itu masuk ke ruangan dimana Alina berada,dia membawa map yang di bawa Alina tadi tanpa membukanya.
Alina mulai sadar,dia membuka matanya dan meringis kesakitan akibat kepalanya yang sedikit terluka hingga mengakibatkan di perban.
"Aku di mana? Kenapa bisa di sini?"
Gadis itu duduk seraya memegangi kepala.
"Kamu di rumah sakit,tadi kamu kecelakaan."
Mendengar suara bariton itu,Alina langsung menoleh ke arah pintu,dia sana sudah berdiri pria dengan setelan jas hitam seraya membawa map miliknya.
"Kecelakaan?" Alina mencoba mengingat kejadian sebelumnya,pria di sana memicingkan matanya dengan perasaan gusar.
'Dokter bilang dia ga amesia,tapi kanapa malah ga inget apa yang terjadi tadi, jangan-jangan....'
"Oh iya,aku ingat. Maaf ya tadi saya nyebrangnya buru-buru."
"Eh, enggak kok. Saya yang salah,tadi buru-buru kejar meeting sampe ngebut dan akhirnya nabrak kamu, untung aja pas di sana saya sempet ngerem jadi ga terlalu parah. Maaf ya." Pria itu mendekati Alina, menyerahkan map di tangannya.
"Ini punya kamu!"
"Eh iya,ini punya saya. Terima kasih ya..."
"Saya Alvaro,kamu siapa?"
"Ralin."
"Nama yang bagus."
Ralin,ya dia memutuskan mengganti nama panggilannya setelah berada di kota itu,tak menutup kemungkinan jika nanti Azka akan mencari dirinya ke sana. Setidaknya dengan nama yang lain maka akan membuat dia lebih nyaman.
Alina bergerak,dia ingin turun tapi pria itu menahannya.
"Kamu mau kemana,Ralin?"
"Saya harus pergi lagi, terima kasih sudah membawa map ini untuk saya, isinya sangat penting buat saya."
"Sama-sama,tapi kamu mau kemana biar saya antar!"
"Ga usah,saya juga ga tau mau melangkah ke mana"
"Kok gitu?"
Alina terkekeh melihat wajah kebingungan pria yang dia anggap menolongnya,padahal pria itu yang sudah membuat dia masuk rumah sakit.
"Saya lagi nyari kerja, cuma belum bisa masuk di mana-mana," Alina menghela nafas berat,"eh kanapa malah curhat,sih."
Gadis itu terkekeh, sementara Alvaro mendadak speakless melihat senyum Alina yang begitu manis. Saat Alina sudah turun dari ranjang,barulah dia sadar kembali.
"Hey,jangan kemana-mana dulu. Kamu masih sakit!"
"Maaf saya harus cari kerja,saya sudah ga kenapa-napa lagi. Terima kasih sudah membawa saya ke rumah sakit."
Alina mengambil map nya dan langsung bergegas keluar,tapi lagi-lagi tangan pria itu menahannya.
"Itu surat lamaran kerja kamu,kan?"
Alina yang sempat bengong langsung mengangguk,dia diam saja kala Alvaro mengambil itu dari tangannya.
"Saya boleh lihat,kan? Kebetulan saya juga sedang memegang salah satu perusahaan orang tua saya,siapa tau saya bisa bantu."
"Eh, boleh-boleh."
Alvaro tersenyum,lalu dia membuka map itu, mengeluarkan kertas-kertas yang ada di dalamnya serta membacanya. Sesekali matanya melebar dan menyipit kembali.
"Kamu.... lajang?" tanyanya keheranan setelah seratus Alina yang dia baca di sana.
"Eh..saya...."
Alina yang sempat berharap akan di terima malah menjadi ragu sekarang,pria itu pasti tak mau berurusan dengan orang yang seperti dia. Hamil tanpa suami!!!
"Saya...."
"Kata Dokter kamu sedang hamil,tetapi kenapa ini status kamu masih lajang?" Alvaro bertanya tetap dengan sopan,tapi Alina langsung mengehela nafas berat.
"Saya tau,Pak. Mungkin perusahaan Bapak tidak akan menerima orang seperti saya,saya...bahkan hamil tanpa Suami. Tapi saya mohon,jangan lihat dari sisi ini,lihat kinerja saya. Saya akan berikan yang terbaik untuk perusahaan Anda."
Alvaro seketika terdiam,entah kenapa ada rasa sakit dalam hatinya setelah mendengar penjelasan Alina tadi,padahal dia baru saja bertemu gadis itu. Yang tidak habis dia pikirkan,bagaimana mungkin seorang pria tega menodai gadis secantik Alina lalu di tinggalkan.
"Pak!!"
"Eh, iya. Kinerja kamu sangat bagus di sini,saya lihat kamu pernah bekerja di Rdc group,itu salah satu perusahaan yang paling selektif dalam memilih karyawan. Jika kamu sudah bisa menepati diri sebagai posisi Sekretaris di sana,kenapa tidak untuk saya."
"Ja..jadi... maksud Bapak saya di terima?" Alina berharap penuh.
"Iya,kamu bisa bekerja di perusahaan saya. Kebetulan Sekretaris lama saya sedang mengambil cuti panjang karena lahiran,jadi tak ada salahnya jika saya mempekerjakan kamu."
"Terima kasih,Pak.. terima kasih banyak!!"
Saking senangnya,Alina sampai menyalami dan mencium tangan Alvaro yang tiba-tiba menjadi panas dingin akibat kelakuan Alina.
Alvaro hanya bisa nyengir kuda,dia bingung kenapa dia grogi di depan gadis cantik itu.
"Tapi ada syaratnya!" kata Alvaro lagi, membuat Alina menatapnya heran dan takut-takut.
"Apa, Pak?"
"Kamu jangan panggil saya Bapak lagi, sepertinya usia kita tidak terlalu jauh. Jadi panggil saja Alvaro"
"Hah? Tapi saya kan bekerja di perusahaan Bapak sekarang."
"Kamu bisa panggil saya begitu jika ada di area kantor saja. Di luar panggil nama saja ya."
Alina masih kebingungan tapi tetap mengiyakan permintaan pria itu. Ini adalah harapan terbesar dia untuk bekerja,jadi tak apa jika hanya itu syaratnya.
"Ya sudah, sekarang kamu saya antar pulang dan istirahat. Besok kalau udah enakan baru bisa masuk kerja,ini kartu nama saya."
Alvaro menyerahkan kartu namanya pada Alina,gadis itu menerimanya. Alvaro mengantarnya pulang setelah sebelumnya menebus obat untuk Alina di apotek. Dia mengantar Alina sampai depan kontrakannya.
"Terima kasih ya,Pak."
"Ini bukan area kantor,kan?" tanyanya singkat menyindir Alina,gadis itu tersenyum.
"Iya,saya lupa. Terima kasih Alvaro."
"Sama-sama Ralin,saya pamit dulu ya."
"Iya, silahkan."
***
Sepanjang jalan masuk ke kantornya,Alvaro terus tersenyum dengan membawa map milik Alina,di sana ada past foto kecil 3x4 yang di selipkan Alina pada surat lamaran kerjanya,dan entah kenapa Alvaro malah ingin menyimpan foto itu untuk dirinya sendiri.
"Pak,untuk Sekretaris barunya,bagian HRD sudah mengabarkan ada kriteria yang mungkin akan cocok dengan Anda,saya akan meminta Pak Wahyu mengantarkannya pada Anda."
Salah satu staf keuangan yang selalu berhadapan langsung dengannya selain sang Sekretaris.
"Katakan saya sudah menemukan Sekretaris yang cocok,dan besok akan langsung bekerja."
"Tapi Pak,ini sepertinya akan sangat bagus,karena Pak Wahyu mengatakan dia pernah bekerja dengan RDC group di Jakarta."
Mendengar itu, Alvaro menjadi tertarik,siapa yang akan melamar kerja lagi dari RDC group.
"Baik,minta dia antarkan sekarang ke ruangan saya."
"Iya Pak."
Gadis itu berlalu, mengambil gagang telepon kantor yang terletak di mejanya dan langsung memanggil seseorang untuk menghadap pada CEO mereka yang lumayan selektif juga dalam memilih karyawan, meskipun dia masih sangat muda untuk memegang perusahaan besar milik keluarganya.
Tak menunggu waktu lama, seorang pria paruh baya menuju ruangannya dengan membawa beberapa berkas.
"Permisi, Pak."
"Masuk!"
Pria itu masuk,dan duduk di depan Alvaro setelah bosnya mengizinkan.
"Saya mau lihat calon karyawan yang melamar kerja,dan memiliki pengalaman di RDC group."
"Ini pak,dia cukup berpengalaman dalam bidangnya,ada surat rekomendasi juga dari RDC group atas dia."
Alvaro semakin penasaran,pria itu mengambil map yang di bawa kepala bagian HRD padanya. Dia tersenyum kala melihat nama yang tertera di sana.
"Dia cantik ya Pak." goda Wahyu melihat senyum bos nya.
"Eh,ini..teman saya dan saya baru saja menerima dia bekerja di sini. Hanya saja hari ini dan besok dia tak masuk karena tadi saya tak sengaja menabrak dia." Terserah saja dia langsung mengaku teman, entah teman kerja,taman baru kenal atau.. teman hidupnya.
"Hah? Jadi, Bapak sudah kenal dengannya."
"Iya,jadi stop terima surat lamaran lagi,karena posisi Sekretaris akan di gantikan oleh Ralin."
"Baik Pak. Saya sangat setuju,karena dia begitu berprestasi,saya harap bisa membantu kita di sini."
"Saya jamin dia akan bekerja dengan baik."
"Kalau begitu saya akan kembali bekerja dulu,Pak."
"Silahkan!"
Wahyu keluar dari ruangan itu dengan senyum puas,dia berharap Alina di terima dan memang benar. Skil Alina tak di ragukan nya lagi.
Sementara di dalam sana,pria tampan itu masih tersenyum membayangkan bagaimana Alina akan tetap bertemu dengan dirinya setiap hari.
"Ralina Natasya Lestari. hmmm namanya indah seperti senyumnya padaku tadi." Alvaro mengambil foto Alina dan memasukkannya dalam dompet pribadinya.
Meskipun dia masih bingung dengan keadaan Alina sekarang, tapi dia masih ada kesempatan untuk mendekati gadis itu.
"Siapapun Anda,pria yang sudah menyia-nyiakan dia. Anda sudah rugi besar,dan saya pastikan akan menggantikan posisi Anda sebagai pemiliknya."