EYang IBU VAN DEN BERG Sakit Rindu 1
Belanda
Di rumah eyang romo Van Den Berg,
Di halaman belakang rumah eyang romo Van Den Berg..
"Rasanya kok kangen dengan Indonesia ya, kangen dengan cucu-cucuku juga, coba saya telepon anak-anak ku saja, hp dimana ya, oh iya ini dia hp ku", kata eyang ibu Van Den Berg yang akan menelepon anak-anaknya.
Di meja makan..
"Darmi..", eyang romo Van Den Berg memanggil Darmi.
"Inggih kanjeng romo, enten menapa, enten ingkang sanguh kula bantu konjuk kanjeng romo ?", tanya Darmi.
"Natuurlijk is er Darmi, bel mijn vrouw, zeg alsjeblieft, ik heb op haar gewacht voor de lunch", jawab eyang romo Van Den Berg.
"Apunten kanjeng romo, kula mboten mangertos menapa ingkang dimaksud kaliyan kanjeng romo ingkang wau punika", kata Darmi.
"Oh mijn god, ik was vergeten dat hij het Nederlands niet begreep, jadi seperti ini ya Darmi, tolong bilang pada istri saya kalau saya menunggunya untuk makan siang bersama dimeja makan", kata eyang romo Van Den Berg yang lupa kalau Darmi tidak mengerti bahasa Belanda.
"Oh inggih kanjeng romo, siap laksanakan perintah, amit", kata Darmi lagi.
"Iya, iya", sambung eyang romo Van Den Berg.
Di halaman belakang rumah eyang romo Van Den Berg lagi.
"Haduh kedua anakku sedang liburan keluar negeri, Rahayu dan Endah, yang terima teleponnya abdi dalem nya, coba telepon Titah saja lah, siapa tau ada di indonesia", kata eyang ibu Van Den Berg.
"Assalamu'alaikum kanjeng ibu", Darmi memberikan salam pada eyang ibu Van Den Berg.
"Wa'alaikumussalam mi", eyang ibu meneer Van Den Berg menjawab salam dari Darmi.
"Enten menapa mi ?", tanya eyang ibu Van Den Berg.
"Apunten sadurunge kanjeng ibu, kanjeng ibu ing tengga dening kanjeng romo ing meja makan, konjuk dhahar siyang", jawab Darmi.
"Oh inggih mi, tolong bilang ing bojone kula konjuk tengga sekedhap, amargi kula karep menelepon Titah riyen, mekaten nggih mi", kata eyang ibu Van Den Berg.
"Inggih laksanakan kanjeng ibu, amit", sambung Darmi.
"Inggih mi, nggih", kata eyang ibu Van Den Berg.
"Assalamu'alaikum kanjeng ibu", Darmi memberikan salam pada eyang ibu Van Den Berg.
"Wa'alaikumussalam mi", eyang ibu Van Den Berg menjawab salam dari Darmi.
Di meja makan lagi..
"Amit kanjeng romo", kata Darmi.
"Iya mi", sambung eyang romo Van Den Berg.
"Saya ingin memberikan laporan pada kanjeng romo, kata kanjeng ibu disuruh tunggu sebentar karena kanjeng ibu ingin menelepon mbak Titah dulu", kata Darmi.
"Oh begitu, ya sudah tolong kamu panaskan kembali sup dan ayam kecap ini ya, saya ingin menemui istri saya, oh ya istri saya dimana mi ?", tanya eyang romo Van Den Berg.
"In the backyard of the house of Mr. Van Den Berg", jawab Darmi.
"Oh okay thank you Darmi", kata eyang romo Van Den Berg.
"Sami-sami kanjeng romo", sambung Darmi.
Di halaman belakang rumah eyang romo Van Den Berg lagi..
"Darling", eyang romo Van Den Berg memanggil eyang ibu Van Den Berg.
"Yes darling, why ?", tanya eyang ibu Van Den Berg.
"Where are you ?", tanya eyang romo Van Den Berg juga.
"I am here, Darling", jawab eyang ibu Van Den Berg.
"Oh..", seru eyang romo Van Den Berg.
"Darmi said, Darling want to call our daughter, already or not ?", tanya eyang romo Van Den Berg.
"Yes, my husband is right, I'm calling but from not being lifted up the phone, what time is it Darling now ?", tanya eyang ibu Van Den Berg.
"Now it's three o'clock in the afternoon means that in Indonesia it's now nine in the night, Darling", jawab eyang romo Van Den Berg.
"No wonder not to be lifted up to nine nights, it's already sleeping all, tomorrow our daughter and our son-in-law work, our grandson and Our granddaughter we go to school, yes it's just a call tomorrow", kata eyang ibu Van Den Berg.
"Yes, then let's have lunch darling, I've been hungry", kata eyang romo Van Den Berg yang mengajak eyang ibu Van Den Berg makan siang bersama.
"Okay Darling, let's go to the dining table for lunch, I'm already hungry, hehe", kata eyang ibu Van Den Berg lagi.
Indonesia
Di rumah Afgan,
Di ruang tengah..
"Perasaan tadi telepon rumah bunyi deh, ah mungkin perasaan doang kali ya, oh ya lupa saya kan mau ambil air minum", kata Paijo.
Di dapur..
"Astaghfirullahalazim mau ambil gelas kok malah ambil piring sih, em efek ngantuk nih, jam berapa sih sekarang, waduh masih malam, jam sepuluh, tidur lagi lah", kata Paijo selesai mengambil minum.
Di kamar Afgan dan Titah..
"Mas Afgan", Titah memanggil Afgan.
"Em..", jawab Afgan.
"Ih kok cuma em doang sih, mas Afgan", keluh Titah.
"Iya Titah ku sayang", kata Afgan.
"Lagi ngapain sih ?", tanya Titah.
"Ini ngerjain tugas", jawab Afgan.
"Masih lama ?", tanya Titah lagi.
"Masih Titah ku sayang, kenapa memangnya ?", tanya Afgan juga.
"Besok lagi saja di lanjutkan, sekarang tidur, istirahat", jawab Titah.
"Oke sayang", kata Afgan lagi.
Keesokan harinya..
Di rumah Afgan,
Di dapur..
"Mas jo", Jumiati memanggil Paijo.
"Inggih Jum, punapa ?", tanya Paijo.
"Tolong panggilkan para raden di kamarnya dong, bilang sarapannya sudah siap di meja makan", jawab Jumiati.
"Oh oke", kata Paijo.
Di kamar Kamil dan Zidan..
"Sekarang kita ke bawah yuk mas Kamil", kata Zidan.
"Yuk sudah siap nih, kamar juga sudah rapih juga", sambung Kamil.
Di kamar Citra dah Silvy..
"Mbak sudah belum ?", tanya Silvy.
"Sudah yuk ke bawah untuk sarapan", jawab Citra.
Di meja makan..
"Permisi pak Afgan", kata Jumiati.
"Iya Jum, Jum tolong bikinkan saya kopi ya", sambung Afgan.
"Inggih pak, amit", kata Jumiati lagi.
"Iya..", sambung Afgan lagi.
Di kamar Afgan dan Titah..
"Selesai", kata Titah.
Di meja makan lagi..
"Mami mana lagi, lama sekali di kamarnya", keluh Afgan.
"Pagi pi", kata Titah.
"Pagi juga mi, kok tumben lama di kamar ?", sambung Afgan.
"Iya maaf ya mas lama nunggu Titah dandan dulu tadi hehe", jawab Titah.
"Oh, Titah ku sayang, anak-anak mana sih kok lama sekali, astaghfirullahalazim", kata Afgan.
"Sabar tunggu saja sebentar lagi mungkin turun mas, kenapa mas ?", tanya Titah juga.
"Lupa ada berkas yang tertinggal di kamar", jawab Afgan.
"Biar Titah saja mas yang ambil, Titah sekalian mau ambil selendang yang lupa Titah bawa nih", kata Titah.
"Oh ya sudah titip berkas papi sekalian ya mi", sambung Afgan.
"Iya papi", kata Titah.
Di depan kamar Kamil, Zidan, Citra, dan Silvy..
"Anak-anak ayo turun untuk sarapan, sudah..", kata Paijo yang di potong perkataannya oleh Kamil.
"Sudah ditunggu mami dan papi di meja makan kan lik ?", tanya Kamil yang memotong perkataan Paijo.
"Iya, oh iya kamar di kunci tidak den mas Kamil ?", tanya Paijo juga.
"Tidak kok lik jo", jawab Kamil.
"Oh ya sudah kalau begitu lik jo ke kamar ya, mau bersihin kamar kalian", kata Paijo.
"Iya lik", sambung Silvy.
"Ya sudah lik, kita ke bawah duluan ya", sambung Citra juga.
"Iya", kata Paijo lagi.
"Assalamu'alaikum", Kamil, Zidan, Silvy, dan Citra memberikan salam pada Paijo.
"Wa'alaikumussalam", Paijo menjawab salam dari Kamil, Zidan, Silvy, dan Citra .
Lima menit kemudian..
Di meja makan lagi..
"Ini pi berkas yang papi minta", kata Titah.
"Terimakasih ya Titah ku sayang", sambung Afgan.
"Iya pi", kata Titah lagi.
"Amit pak Afgan, bu Afgan, ini kopi untuk pak Afgan dan ini teh hijau untuk bu Afgan, amit", kata Jumiati yang memberikan kopi dan teh hijau pada Afgan dan Titah.
"Jum tunggu, ini uang belanja hari ini dan ini catatan belanjaan hari ini ya", kata Titah yang memberikan uang belanja dan daftar belanjaan pada Jumiati.
"Oh nggih bu, kalau begitu saya permisi bu Afgan, siap-siap untuk ke pasar", kata Jumiati yang menerima uang belanja dan daftar belanjaan dari Titah.
"Iya Jum..", sambung Afgan dan Titah.
"Assalamu'alaikum", Kamil, Citra, Silvy, dan Zidan memberikan salam pada Titah dan Afgan.
"Wa'alaikumussalam", Titah dan Afgan menjawab salam dari Kamil, Citra, Silvy, dan Zidan.
"Maaf mi lama menunggu", kata Kamil.
"Iya tidak apa-apa, ya sudah yuk kita sarapan", sambung Afgan.
Selesai sarapan pagi Afgan, Titah, dan anak-anak nya berangkat sekolah dan bekerja. Sementara itu eyang ibu Van Den Berg masih menunggu pagi untuk menelepon Titah.