bc

Gantung Waris

book_age12+
1.5K
IKUTI
8.3K
BACA
dark
pregnant
mistress
tragedy
mystery
scary
city
office/work place
horror
spiritual
like
intro-logo
Uraian

✦ SUDAH TAMAT & GRATIS ✦

Gantung waris adalah sebuah istilah yang seringkali diberikan pada seseorang yang sulit menikah ataupun menjalin hubungan yang baik dengan lawan jenisnya. Adapula yang menyebutkan bahwa gantung waris biasanya akan dikirim oleh orang-orang yang menyukai seseorang namun sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan incarannya, dan dengan terpaksa menanamkan gantung waris yang menyebabkan korbannya tidak akan bisa menjalin hubungan dengan siapapun selain dirinya.

Sarah, seorang wanita berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai guru TK harus merelakan kehidupannya yang normal saat seorang pria bernama Adi yang kini berstatus sebagai suaminya diketahui menanamkan gantung waris padanya. Ia baru menyadari gantung waris itu setelah mengalami hal-hal gaib dan sikap tak biasa yang ia dapatkan dari suaminya. Bahkan beberapa kali pun ia menemukan kejadian janggal yang bahkan membuat bulu kuduknya merinding. Apakah Sarah bisa membebaskan dirinya dari gantung waris yang ditanamkan oleh Adi padanya?

Peringatan!! Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Dilarang keras bagi si penakut untuk membaca ini sendirian, terutama pada malam hari.

Catatan :

Part 51-60 berantakan karena lupa direvisi tapi sudah diajukan complete jadi tidak bisa diedit. Makanya aku upload ulang versi rapi yang ada tanda SUDAH DI REVISI. Terima kasih :)

chap-preview
Pratinjau gratis
[1] Pesta Pernikahan
Setelah sekian lama aku selalu gagal dalam hubungan percintaan, kini aku pun menikah dengan pria yang sudah lama aku kenal namun baru menjalin hubungan denganku 2 tahun dan dari sinilah, ceritaku dimulai… - Sarah - * * * * * * * * * * Sarah menatap pantulan dirinya pada sebuah kaca meja rias di kamarnya. Ia tampak tersenyum sembari meraba bagian tubuhnya yang terbalut oleh kebaya berwarna putih lengkap dengan hiasan di atas kepalanya. Senyumannya tak tertahankan dan rasa bahagianya benar-benar tak tergambarkan lagi oleh kata-kata. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Adi. Laki-laki yang pernah ia temui 7 tahun lalu namun baru menjalin hubungan dengannya tiga bulan belakangan ini. Ia tak menyangka, secepat itu ia mengenal Adi dan semudah itu pula Sarah menerima lamarannya yang diajukan Adi di depan teman-teman dan keluarga tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25. Hari ini, tepatnya tanggal 1 Februari menjadi hari yang jauh lebih membahagiakan, karena ia akan secara resmi dipinang oleh Adi yang telah disetujui untuk diadakan di rumahnya. Terdengar dengan jelas oleh Sarah sahut – sahut orang mengucapkan kata sah, pertanda bahwa saat ini, detik ini juga, ia sudah menjadi istri dari seorang pria bernama Adi Sanjaya. Tak lama setelah itu, ia mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Tok! Tok! Tok! “Masuk,” ujar Sarah mempersilahkan orang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk. Mendengar jawaban dari sang pemilik kamar sekaligus pengantin wanita itu, pintu pun terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dengan kebaya berwarna merah muda. “Ijab qobulnya sudah selesai. Kita ke depan, yuk, menyambut suami kamu,” ujar Ibu. Raut wajah Sarah berubah menjadi berbinar, ia tersenyum. Ia bangkit dari kursi dan berjalan menghampiri Ibunya dengan sedikit kesulitan. “Sini biar Ibu bantu.” Ibu segera menghampiri Sarah dan membantu perempuan itu untuk membawa kain yang terseret ke lantai. “Makasih, Bu,” ucap Sarah. Sarah beserta Ibunya berjalan menuju halaman belakang rumah, tempat diadakannya ijab qobul. Seluruh mata tertuju pada penampilan Sarah saat ini. Cantik, itulah kata yang dapat menggambarkan penampilan Sarah saat ini. Acara pernikahan sederhana yang diimpikan oleh kedua pasangan itu berjalan dengan baik. Tak banyak orang yang mereka undang. Bagi mereka, cukup orang terdekat saja dan saudara mereka yang datang itu sudah dapat membuat suasana pernikahan mereka meriah. Setelah berfoto dengan buku pernikahan mereka. Tamu undangan pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh keluarga Sarah dan Adi. Mereka semua tampak berbahagia, menyaksikan pengantin baru yang kini sedang sibuk menyapa para tamu undangan. “Wah, selamat ya Sarah! Akhirnya impian lo untuk nikah di usia 25 tercapai!” ujar Ranny, teman dekat Sarah. “Iya nih haha. Makasih banyak loh atas do’a nya, Ran! Selanjutnya giliran lo sama Armand. Udah siap kan?” cibir Sarah. “Masih dua bulan lagi, kok,” jawab Ranny santai. “Dua bulan itu sebentar banget, jadi persiapkan diri lo dengan matang. Ga akan kerasa deh. Gue juga awalnya gitu, gue piker 2 bulan itu lama, tapi rasanya bakalan bentar banget karena lo sibuk mempersiapkan pernikahan,” jelas Sarah. “Haha oke deh kalau gitu. Yang jelas sih ya, pasti bahagia banget tuh jadi pengantin baru kan?” “Banget, Ran!” Dari kejauhan Adi melihat Sarah yang sibuk berbincang dan tertawa ringan dengan Ranny. Ia pun berjalan menghampiri istrinya dan Ranny. Ia langsung merangkul Sarah ketika ia sudah berada di sisi istrinya. “Eh Ranny,” sapa Adi. “Hai Adi. Selamat ya untuk kalian berdua. Maaf ya, istri lo dari tadi malah sibuk ngobrol sama gue,” ujar Ranny pada Adi. “Santai aja kali, Ran. Oh ya ngomong-ngomong gimana persiapan pernikahan lo? Udah siap semua? Udah nentuin mau nikah dimana?” tanya Adi pada Ranny. “Kayaknya belum tuh! Anaknya santai banget sih,” sahut Sarah. “Enak aja! Gue sama Armand udah nentuin kok,” balas Ranny. “So, kalian mau nikah dimana?” Tanya Adi. “Kayaknya sih di gedung aja deh. Biar gampang juga. Lagi pula keluarga mas Armand kayaknya sibuk banget jadinya bakalan susah kalau di rumah. Iya sih jadi hemat uang, tapi kalau bikin ribet keluarganya, kayaknya gak deh.” “Loh kok gitu? Kenapa ga di rumah lo aja, Ran?” Tanya Sarah. “Um, gak deh. Nyokap gue udah ngoceh aja supaya jangan nikah di rumah. Ribet beresinnya katanya,” jawab Ranny. “Duh ribet banget kalau begitu ya,” ucap Sarah. “Yaudah deh, kalau gitu gue sama Sarah keliling dulu ya mau sapa tamu yang hadir. Gak enak kalau gak disapa,” ujar Adi. “Oh iya iya silahkan. Tuh kan jadi keasikan ngobrol,” jawab Ranny. Adi pun menggandeng tangan Sarah dan berjalan menjauhi Ranny yang masih berdiri di tempat semula. “Iya tau kok yang udah halal bebas!” pekik Ranny ketika melihat kedua pasangan itu yang perlahan berjalan menjauhi Ranny. Sarah hanya tersenyum mendengarnya dan semakin mengeratkan gandengan tangannya dengan Adi. Mereka berkeliling dari ujung ke ujung. Halaman belakang rumah Sarah memang cukup luas, sehingga membuat Sarah merasa lelah, ditambah Sarah mengenakan wedges dengan tinggi 7 cm yang saat ini semakin menyiksa kakinya. “Sar, kayaknya disana ada temen kerja aku. Kita kesana dulu ya. Kamu masih kuat jalan, kan?” tanya Adi pada Sarah. Adi menatap Sarah dari ujung kepala hingga ujung kaki dan tatapan matanya terhenti pada bagian kaki Sarah yang tertutupi oleh kain yang ia gunakkan. “Kayaknya aku agak pegel, deh. Aku duduk duluan aja boleh gak, mas?” pinta Sarah. “Sar, tapi disana ada teman kerja aku. Gak enak lah kalau aku sapa sendiri. Kamu ikut ya,” ujar Adi sedikit memaksa. Adi tahu bahwa Sarah saat ini sudah merasakan pegal yang luar biasa di kakinya, tetapi rasa egois sekaligus gengsinya mengharuskan ia untuk meminta Sarah tetap berada di sampingnya selagi ia menyapa teman kerjanya. “Yaudah deh, bentar aja ya?” ujar Sarah. “Iya,” jawab Adi singkat. Sarah dan Adi pun berjalan menghampiri meja tempat minuman yang dipenuhi oleh beberapa pria dengan setelan jas berwarna hitam putih. Mereka semua tampak gagah dan tertawa satu sama lain, entah apa yang mereka bicarakan. “Hei, bro!” sapa Adi pada ketiga temannya yang sedang asik berbincang. Mereka tampak langsung meletakkan minumannya dan berbalik badan menghadap Adi dan Sarah. “Wah pengantin baru-nya muncul juga,” ujar salah satu dari mereka. “Udah gak single lagi nih sekarang,” celetuk pria dengan brewok tipisnya. “Oh jelas, tidurnya juga udah ada yang nemenin tuh!” sahut yang lain. Sarah yang mendengarnya hanya bisa terkekeh, tak mengerti apa yang mereka maksud. Lagi pula, Sarah sama sekali tidak kenal dengan teman kerja Adi. Ya, Adi adalah orang yang sangat overprotective. Bahkan Adi tak pernah memperkenalkan Sarah kepada teman kerjanya. Bagi Adi, jika Sarah dekat dengan pria lain, sudah pasti Sarah selingkuh. Rasa cemburu Adi yang tinggi terkadang membuat Sarah kesal, namun meski begitu Sarah merasa itu karena Adi menyukai Sarah sehingga ia memiliki rasa cemburu yang berlebih. “Loh, Rizky ga datang?” tanya Adi sembari mengedarkan pandangan mencari sosok yang ia sebut tadi. “Datang, kok! Tadi dia ada disini,” jawab Rahmat. “Iya ada. Kayaknya dia lagi ke toilet deh. Udah minum empat gelas, langsung beser tuh anak!” sahut Dika. Sarah mengerutkan keningnya ketika mendengar nama Rizky. “Apa itu Rizky mantanku? Seingatku Rizky pernah bekerja di kantor yang pernah disebutkan oleh mas Adi,” ujar Sarah dalam hati. “Sar, kenapa? Kok diem aja?” ujar Adi membuyarkan lamunan Sarah. “E-eh? Engga kok, mas. Aku cuma merasa lelah aja,” jawab Sarah. “Kamu mau duduk?” tanya Adi. “Gak usah, mas. Aku nemenin mas Adi aja.” “Duh romantisnya pengantin baru kita ini. Ngomongnya udah pakai aku kamu,” cibir Dika. “Iya nih, jadi pengen nikah nih gue!” sahut Rio. Tak berapa lama kemudian, pria yang tadi dicari-cari oleh Adi pun hadir. Raut wajah Sarah pun berubah seketika ketika melihat pria yang berjalan mendekatinya. Seperti yang Sarah duga, itu adalah Rizky, mantannya. “Woi, bro! Abis dari mana lo?” sapa Adi. “Abis dari toilet. Oh ya, selamat ya atas pernikahan lo sama-” Ucapan Rizky terhenti ketika melihat pengantin wanita yang kini berdiri di samping Adi. Ia menatap Sarah dalam hingga lamunannya pun disadarkan oleh Dika yang sedari tadi mengayunkan telapak tangannya tepat di depan wajah. “Eh, kok lo malah ngelamun sih. Lo terpana ya sama istrinya Adi?” tanya Rahmat. Mendengar itu Rizky berusaha menyadarkan dirinya. Ia sudah sejauh ini untuk melupakan Sarah, maka ia akan usahakan untuk tetap mempertahankan tembok pembatas yang dibangun antara Rizky dan Sarah. Bagi Rizky, hubungannya dengan Sarah sudah benar-benar berakhir, tepat ketika ia mendengar bahwa Sarah akan menikah dengan pria lain. Dan kini Rizky tahu siapa pria yang menikahi, yang tak lain adalah sahabat nya sendiri, Adi. “Ya enggak lah!” jawab Rizky tegas. “Gak cuma lo aja kok yang terpana, gue aja terpana. Adi ini emang the best milih istri. Cakep banget!” ujar Dika. Mendengar hal itu Adi menggenggam tangannya erat yang tanpa sadar justru meremas tangan Sarah yang ia genggam saat ini. “Aw!” pekik Sarah. Sontak Adi melepaskan pegangan tangannya dari Sarah. “Sar, maaf,” ujar Adi. Sarah tampak meniup tangannya untuk meredakan rasa sakit akibat diremas oleh Adi. “Kamu gak apa-apa kan?” tanya Adi. “Udah mas aku gak apa-apa,” jawab Sarah. “Yaudah kamu kalau mau istirahat ke kamar duluan aja, nanti aku nyusul. Bentar lagi acaranya juga bubar kan,” ujar Adi. Tanpa berpamit pada teman-teman Adi, Sarah pun segera pergi menjauhi mereka. Sedangkan Rizky hanya menatap punggung Sarah yang kian menjauh. “Wih kayaknya ada yang cemburu, nih,” ujar Dika. “Santai aja, bro. Kita cuma terpana tapi bukan berarti suka. Kita gak serendah itu, apalagi buat rebut istri orang. Gak ada niat sama sekali,” ujar Rio. Sarah berjalan dengan susah payah. Rok yang ia pakai terlalu ketat sedangkan wedges yang ia gunakan terlalu tinggi. Ditambah ia justru bertemu dengan mantannya yang harus Sarah akui, ia masih menyukainya dan sulit melupakan pria itu. Sarah berjalan memasuki ruang kamarnya. Ia melepaskan wedges yang sedari tadi rasanya ingin ia buang. Sarah duduk di atas ranjangnya dan kembali memikirkan Rizky, mantannya yang tanpa disengaja hadir dalam pesta pernikahannya. “Perasaan aku udah pilah semua nama tamu undangan, tapi kenapa dia datang?” tanya Sarah pada dirinya sendiri. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu diiringi dengan suara lembut seorang wanita paruh baya yang sudah sangat ia kenal dan selalu menemani pagi harinya selama 25 hari. Tok! Tok! Tok! “Sarah, ini Ibu. Ibu boleh masuk?” tanya Ibu. “Iya, Bu. Masuk aja,” jawab Sarah. Mendengar jawaban Sarah yang mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam kamar anak gadisnya yang sebentar lagi akan menjadi seorang wanita seutuhnya, Ibu pun masuk secara perlahan ke kamar Sarah. Ia menatap Sarah yang tampak kelelahan dan kini sedang duduk di atas kasurnya sembari memijit tengkuknya yang sepertinya sudah terasa semakin berat. “Sar,” panggil Ibu setelah masuk ke kamar Sarah. Ibu berjalan menghampiri Sarah dan duduk di samping anak semata wayangnya itu. “Hm? Kenapa Bu?” jawab Sarah. “Kamu mau langsung tinggal di rumah kontrakan aja? Gak mau bermalam di rumah Ibu?” tanya Ibu dengan suara yang terdengar lelah, sama lelahnya dengan Sarah. Sarah berhenti memijit bahunya dan mematap mata sang Ibu. Binar mata Ibu begitu menghangatkan Sarah. Sejujurnya Sarah sangat sulit meninggalkan rumah, mengingat dirinya adalah anak tunggal, maka tak akan ada lagi yang serusuh Sarah di rumah ini. Dan kini, hanya tersisa sang Ibu, Bapak beserta pembantu yang akan siap menjaga kedua orang tuanya dan melaporkan apapun tentang kedua orang tuanya kepada Sarah. “Bu, Sarah juga ingin sekali bermalam disini. Bahkan Sarah juga sangat ingin menetap tinggal disini setelah menikah. Tapi, mas Adi cukup keras kepala. Sarah tahu, dia ingin mandiri. Sarah mohon maaf ya Bu. Bagaimana pun, mas Adi kini sudah menjadi suami Sarah, apapun yang ia minta harus Sarah ikuti,” jelas Sarah. Mendengar tak ada kalimat yang mengiyakan permintaan sang Ibu, Ibu pun tampak bersedih dan menundukan kepalanya dalam. Lalu Ibu kembali mendongakkan kepalanya dan meraih tangan Sarah. Didekapnya tangan Sarah yang kini tersematkan cincin berwarna emas di jari manisnya. “Tak apa, Nak. Maafkan Ibu yang meminta hal-hal yang sepertinya justru menyulitkan kamu. Ibu mengerti, kamu sudah bersuami dan kini Ibu akan meminta kamu untuk tunduk dan patuh pada suami kamu. Bagaimana pun, ia kini adalah imam sekaligus kepala keluargamu. Jaga dirimu baik-baik ya, Nak. Jika kamu ingin pulang atau berkunjung, pintu rumah ini akan selalu terbuka lebar untukmu.” Mata Sarah berkaca-kaca mendengar penjelasan Ibu. Ia tak menyangka secepat ini ia akan berpisah dengan Ibunya dan mungkin tadi malam adalah malam terakhirnya sebagai seorang lanjang, sebagai seorang gadis dan seorang anak yang bisa tidur di kamarnya. Tentunya Sarah akan sangat merindukan hal itu. “Terima kasih, Bu. Sarah janji akan menjadi anak sekaligus istri yang berbakti kepada Ibu, Bapak dan juga mas Adi.” Ibu tersenyum mendengarnya. Ia mengusap air mata yang perlahan mengalir di pipi Sarah. “Udah jangan nangis. Nanti riasan kamu luntur, tuh,” cibir Ibu. “Ih apaan sih Ibu. Lagi mellow gini malah ngejek aku,” jawab Sarah menahan tawanya. Tok! Tok! Tok! Lagi. Terdengar suara ketukan pintu. Sarah menatap sang Ibu dengan kebingungan. Beberapa saat kemudian pintu kamarnya terbuka dan menampilkan temannya yang paling ia rindukan saat ini. “Aul?” ucap Sarah. Dengan kebaya berwarna serba pink, Aulia berlari kecil menghampiri Sarah dan memeluk wanita itu dengan erat. “Ibu tinggal dulu, ya,” ucap Ibu lalu pergi meninggalkan Aulia dan Sarah. “Duh, Sar! Gue gak nyangka secepat ini lo nikah,” ucap Aulia. Aulia melepaskan pelukannya dan menatap teman kuliahnya yang terbalut dengan riasan tebal. “Eh kapan lo balik? Kok ga ngabarin gue?” tanya Sarah. “Kan surprise, hehe,” jawab Aulia. “Emang ya, lo itu temen yang paling suka kasih surprise buat gue,” balas Sarah. “Btw, selamat ya buat pernikahan lo berdua. Gue tadi udah ucapin ke suami lo tapi sayangnya lo lagi ga sama dia, terus kata dia lo di kamar, jadinya gue kesini deh,” jelas Aulia. “Makasih ya, Aul.” “No need to thanks, sist.” “Oh ya, gimana kuliah lo di Jerman? Sukses?” “Bulan depan gue wisuda. Rencananya gue bakalan berangkat lengkap sama keluarga gue, biar gak bolak balik aja sih.” “Wah, selamat kalau gitu! Encer juga ya otak lo, Aul. Umur masih kepala dua, gelas S3 udah diembat aja.” “Itu sih kayaknya gue aja yang gila belajar, Sar,” jawab Aulia yang membuat kedua perempuan itu tertawa pecah. Mereka berdua terus berbincang, membahas perkara kehidupan Aulia di Jerman hingga cerita bagaimana Sarah mengenal Adi dan kini akhirnya dipinang oleh Adi.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook