EMPAT-B

1328 Kata
Malam mulai merayapi bumi menggantikan raja hari dengan ratu malam yang akan datang bersama bintang-bintang. Hawa dingin terbawa angin yang berhembus perlahan dari penjuru bumi. Hewan malam mulai terdengar bersahutan menambah sunyi pergantian menuju malam. Namun, hiruk pikuk jalanan terdengar memecahkan pergantian malam ini. Di sebuah rumah sakit yang sibuk seperti biasa, mengurus beberapa pasien rawat jalan maupun rawat inap. Membantu mereka kembali sembuh dan sehat sediakala. Seorang dokter baru saja melepaskan snelli putihnya dan bersiap untuk pulang. Jam kerjanya sudah usai dan digantikan dokter lain. Merenggangkan sedikit tubuhnya "Pengen tidur aja lah malem ini" gumamnya Begitu keluar dari ruangannya ia berpapasan dengan beberapa perawat dan sesama dokter "Pulang Dok?" "Iya nih, duluan ya" "Hati-hati dokter Ifan" Ifan hanya mengangguk dan berjalan menuju parkiran. Melihat awan di langit yang mulai di penuhi bintang. "Kayaknya cerah nih?!" gumam Ifan memandang sekilas langit di atas Kakinya mulai melangkah lagi menuju mobilnya yang terparkir tak jauh darinya. Menekan kunci dan segera masuk ke dalam mobilnya. Mengemudiakannya keluar area rumah sakit dan bergabung dengan pengendara yang lainnya. Kebetulan jalan pulangnya melewati perusahaan sepupunya. Ia melihatnya sekilas, lampu kantor di matikan. Melihat jam di pergelangan tangannya "Oh udah jam tujuh pantesan" ucap Ifan tanpa curiga Pasalnya ia tahu jika jam tujuh listrik di gedung-gedung akan di batasi penggunaannya Menjalankan mobilnya pelan menuju rumahnya, sambil mendengarkan radio yang sengaja ia nyalakan. Saat akan berbelok menuju apartemennya, Ifan mendengar seseorang memanggilnya Otomatis ia berhenti dan berkonsentrasi. Memejamkan kelopak matanya Cukup lama, hingga ia membuka kembali matanya dan segera memutar kemudi mobilnya. Sedikit panik ia menghubungi rumah sakit dan menyuruh menyiapkan brangkar. "Siapkan brangkar, ada pasien darurat hubungi Dokter Raffa juga" ujar Ifan menghubungi salah satu perawat jaga "Baik Dok" Dengan kesetanan Ifan melajukan mobilnya menuju perusahaan Jaka. Sial!! Pantas saja ia tadi merasa akan mampir namun, enggan tiba-tiba Memarkirkan asal mobilnya, Ifan segera masuk namun dihadang satpam yang berjaga "Maaf Pak, Anda akan kemana?" cegat satpam tersebut "Tolong bukakan pintunya sekarang" ucap Ifan masih dengan sabar "Maaf ada kepentingan apa ya Pak? Semua karyawan sudah pulang" "Bosmu terjebak di lift sekarang" ceplos Ifan menahan emosi "Sudah tidak ada orang pak" keukeh si satpam "ANDA TAHU BAHASA SAYA KAN? BUKA SEKARANG!!" teriak Ifan bahan sekarang si satpam langsung mengambil kuncinya dengan gemetar melihat Ifan yang sudah mengamuk Melihat Satpam tersebut seperti syok melihatnya marah, Ifan merebut kunci di tangannya dan membuka pintu yang terkunci tersebut sendiri lalu segera berlari masuk menuju lift terdekat "JAK!! lu denger suara gue" Sedangkan dari dalam Jaka mendengar suara sepupunya yang berteriak heboh. Bahkan tadi ia mendengar teriakannya. "Cepet buka pintu liftnya!! Badannya makin panas" sahut Jaka "Panggil orang buat buka pintu lift sekarang!!" ujar Ifan saat melihat si satpam yang kaget ada orang di dalam lift "AYO SANA!!" pekik Ifan lagi Jaka yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya. Sepupunya yang biasanya kocak dan kalem mengeluarkan aura pemimpinnya Dering ponsel di saku Ifanmembuatnya segera merogoh sakunya. Ada nama 'Dokter Raffa' di sana "Anda dimana Dok?" "Masih di perusahaan, buruan kesini sama ambulans. Nana kritis, liftnya belum di buka" jelas Ifan yang membuat Raffa makin panik dan meminta supir ambulans mempercepat "Baik dok, tolong segera buka liftnya. Dia akan sesak napas jika sadar dan masih di sana" ucap Raffa sebelum sambungan putus Ifan yang mendengarnya langsung mencoba mendobrak pintu lift tersebut . "Gak usah maksa tunggu petugas aja sih" sahut Jaka dari dalam Ifan mingkem "Gimana Nana? Panasnya udah turun?" tanya Ifan dari luar "Tadi malah keringet dingin sekarang demam, buruan Fan. Gue cuma bisa menahannya sebentar" jawab Jaka Ifan melihat sekeliling dan ternyata beberapa petugas sudah datang bersama dengan satpam tadi. Dan ada juga Rio yang masih menggunakan baju sanai dengan celana pendek "Gimana Dok?" tanya Rio yang berwajah panik "Kita tunggu petugas buka paksa liftnya" jawab Ifan Rio mengangguk mengerti dan memerintahkan mereka untuk segera membuka pintu lift tersebut. Harusnya ia tadi juga mengingatkan Rio tentang pemadaman listrik Mereka menunggu beberapa saat, hingga pintu itu berhasil di buka Bersamaan dengan ambulans yang juga datang dan Raffa yang menyerbu dengan alat bantu napas. Ifan yang melihat pintu sudah berhasil dibuka segera menyerbu masuk "Gimana lu Jak?" tanya Ifan sambil memeriksa Nana yang terkulai di bahu Jaka "Gue gak apa, cepet periksa Nana. Tadi sempet bangun tapi langsung pingsan lagi dan histeris" jelas Jaka sambil merenggangkan bahunya yang terasa kaku Raffa ikut masuk dengan membawa alat bantu napas. Menyerahkan pada Ifan yang memintanya "Bawa keluar dulu aja Dok" ucap Rio yang menunggu di luar . . . . Jaka juga Rio tengah berdiri di depan ruang gawat darurat. Beberapa saat lalu mereka sampai di rumah sakit. "Lu yakin gak butuh alat bantu napas?" tanya Rio lagi "Gak usah" "Lu kenapa gak telpon gue aja sih Jak. Gue tadi juga di sekitar kantor beli makan" ucap Rio lagi "Gak ada sinyal di dalem lift" ceplos Jaka membuat Rio merasa ada yang aneh "Lah trus Dokter Ifan tau elu masih di lift dari siapa?" tanya Rio Jaka hanya diam. Rio yang seolah ungat sesuatu "Lu gunain kelebihan elu?" bisik Rio di dekat Jaka Jaka hanya berdehem singkat "Trus keadaan elu sekarang gimana?" tanya Rio lagi dengan raut cemas "Gak apa. Kalau gitu doang gak banyak energi yang gue gunain" jelas Jaka Rio menagngguk paham "Oh ya, biasanya elu laper kan habis gunain itu?! Makan dulu aja sambil nunggu" usul Rio Jaka menatap pintu di depannya yang masih tertutup. Rasa lapar juga menyerangnya sejak keluar dari lift "Elu pesenin aja Yo. Kita makan di sini" jawab Jaka "Oke tunggu bentar" Rio segera memesankan beberapa paket makan malam beberapa kotak. Juga memesan bubur hangat untuk Nana jika sewaktu-waktu dia siuman "Udah. Ntar di anter" ucap Rio setelah mengantongi ponselnya Jaka mengangguk Suar pintu di buka membuat atensi mereka langsung mengarah ke pintu di depan mereka. "Gimana Raf?" tanya Rio langsung "Udah stabil Bang, bentar lagi di pindah ke ruang rawat" jawab Raffa melepas maskernya Jaka menganggukkan kepalanya. Ifan menatap Jaka. "Gue beres-beres bentar" ujar Ifan berlalu pergi "Gue mau ngatur ruang rawatnya dulu Bang" tambah Raffa Jaka juga Rio menganggukkan kepalanya paham Malam semakin larut. Udara juga semakin dingin. Angin berhembus heboh dan kencang Jaka terduduk di salah satu kursi. Di sana ada Ifan juga. Rio tertidur di sofa Raffa duduk di dekat ranjang. Bersebrangan dengan Jaka Nana perlahan membuka kedua kelopak matanya. Melihat ke langit-langit. Menghela napasnya Menoleh ke kanan ia melihat Raffa yang tidur dengan kepala terkulai di dekat tangannya Saat menoleh ke kiri ia melihat Jaka "Pak Jaka" gumam Nana dengan suara pelan namun mampu membuat ketiga lelaki lain terbangun Jaka yang sudah terjaga sejak Nana mulai membuka mata tadi hanya diam. "Kamu sudah sadar Na?" tanya Raffa setelah terbangun langsung memeriksa keadaan Nana Ifan juga Rio menghampiri ranjang Nana. Sedangkan Jaka masih duduk dan mengawasi Nana yang melihat Rio juga Ifan kaget. "Tenang, tarik napas" ucap Jaka yang melihat raut wajah kaget Nana "Tenang Na, kamu udah ngrasa lebih baik?" ujar Rio dengan senyum kecil Ifan hanya melihat interaksi tersebut. Tersenyum kecil "Hampir pagi, gue pamit. Sehat-sehat Na. Nanti pagi kalau udah habis infusnya bisa pulang" ucap Ifan sambil menepuk bahu Raffa pelan dan berlalu pergi keluar Raffa yang paham kode Ifan mengangguk paham. Ia lupa memberitahukan itu pada Nana "Benar, tunggu infusmu habis nanti aku antar pulang" tambah Raffa lagi "Oh!! Gak usah Raf" tolak Nana pelan "Atau mau saya yang antar?!" ucap Jaka pelan Rio menganggukkan kepalanya. Nana terjepit. Ia ingin menolak tapi bagaimana "Sama Raffa saja, pak" ucap Nana pelan Jaka menagngguk pelan kemudian beranjak berdiri "Saya kasih kamu libur sehari untuk istirahat. Besok kamu bisa masuk lagi" ucap Jaka sebelum berbalik pergi "Benar, nanti saya bantu bicara ke Ketua Divisi kamu" tambah Rio sebelum pamit pergi Nana hanya bisa diam dan menurut. "Bener tuh Na. Kamu istirahat dulu aja" ucap Raffa sepeninggal Jaka juga Rio "Gak bisa Raf. Hari ini kerjaan ku kemarin harus segera diserahkan" "Ke siapa? Bang Jaka? Gue bantu bilangnya agar di undur dulu. Gimana?" ucap Raffa yang sudah merogoh ponselnya "Raf jangan!!" cegah Nana heboh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN