EMPAT-C

1550 Kata
"Nyari apaan lu Jak?" "Kunci mobil" Rio mendengus aneh.  "Lu ke sini kan numpang ambulans tadi" jelas Rio yang ingin tertawa rasanya  Jaka baru ingat. Mobilnya masih di parkiran kantornya"Kunci elu di saku jas kali" tebak Rio sambil berjalan mendahului Jaka  Sekarang ia baru ingat, jasnya sepertinya juga masih di kantor  "Jas lu di lobi deh kayaknya" ucap Rio mengingatkan  "Hn"  Jaka ikut masuk ke dalam mobil Rio.  "Mau ke kantor ngambil mobil elu atau langsung balik aja nih?" tanya Rio begitu ia memasang sabuk pengamannya   "Balik aja. Males nyetir gue" ujar Jaka sambil bersandar nyaman di sandaran kursi penumpang dan memejamkan kedua matanya Rio menanganggukkan kepalanya paham   Menyalakan mesin mobil dan segera mengemudikannya keluar area rumah sakit   Hari masih gelap. Hawa segar khas pagi juga terasa. di kulitJam masih menunjukkan pukul tiga pagi Rio berkendara pelan menuju rumah Jaka. Ia berencana menumpang tidur. Meneruskan mimpinya yang terputus tadiTak lama mobil yang dikendarai Rio masuk ke perumahan. Membelokkan di salah satu rumah, Rio memberhentikan laju mobilnya Jaka langsung keluar. Diikuti Rio yang ikut membuntutinya "Ngapain lu?" tanya Jaka saat hendak membuka pintu rumahnya Rio terkekeh pelan, "Numpang tidur Jak, Ngantuk banget" jawabnya sambil menguap dan langsung mendahului Jaka masuk Jaka hanya diam melihat kelakukan temannya itu. Memang salama menyetir tadi, Rio begitu pelan dan hati-hati karenaia sedikit masih mengantuk meski ia bertahan untuk terjaga dan aman menyetir Rio langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu dan tak lama terdengar dengkuran halus Sedangkan Jaka, masuk kamar mandi dan membersihkan diri. tubuhnya perlu merilekskan diri. Selesainya Jaka langsung bergnati baju santai dan melanjutkan tidur yang terputus tadi. Di tambah energinya harus kembali ia pulihkan. Mengingat kejadian di lift tadi, sedikit membuat Jaka tau apa saja yang sudah di lalui Nana. Membaca dari laporan orang-orangnya, Jaka hanya tahu Nana yatim piatu dari sebuah panti asuhan. Tinggal berdua dengan sahabatnya. Namun, Jaka merasa ada sesuatu yang ada pada diri Nana. Entah apa itu Jaka juga mengingat bahwa Nana sepertinya sering kali menghindarinya. Apa ia sudah berbuah salah padanya?! Tanpa terasa kelopaknya terasa berat dan Jaka terlelap masuk ke dalam area nyaman dalam pikirannya Sedangkan itu Di rumah sakit, Nana sudah bersiap untuk pulang. Infusnya sudah habis dan ia merasa sudah sehat kembali. Sebenarnya Nana hanya bosan jika harus masuk rumah sakit lagi "Yakin gak mau aku anterin aja Na?" tanya Raffa "Iya gak usah, kamu masih ada pasien yang harus di jaga. Gak apa" jawab Nana sambil tersenyum "Ya udah, sampai rumah telpon atau kirim pesna ya?!" Nana menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju keluar rumah sakit. Ia sudah memesan sebuah ojek online. Sedari kemarin Fatma yang tahunya Nana lembur dan dirinya juga sedang shift malam jadi tidak mengetahui keberadaan Nana yang di rumah sakit. Nana meminta Raffa untuk tidak memberitahu Fatma. Ia tidak ingin menyulitkan Fatma yang sedang bertugas. Melihat sebuah motor yang menunggunya di depan lobi rumah sakit. Nana segera menghampirinya . . . . "Loh Na? Kamu gak kerja?" tanya Fatma setengah menguap Melihat jam yang meunjukkan angka delapan lebih. Dan sekarang melihat Nana masih berkutat dengan alat dapur membuat Fatma aneh "Aku libur sehari Fat" jawab Nana sambil meletakkan hasil masakannya "Kenapa? kamu sakit?" tanya Fatma sambil mendekat ke arah Nana "Enggak Fat, udah sana kamu mandi trus sarapan habis itu tidur" ucap Nana sambil tersenyum kecil dan mendorong tubuh Fatma pelan Fatma hanya pasrah namun, ia merasa ada yang disembunyikan Nana padanya Sepeninggal Fatma, Nana segera melanjutkan aksi memasaknya. sesekali ia bersenandung pelan. Sambil mengoseng beberapa sayur di wajan pikiran Nana jadi berkelana saat ia terjebak di dalam lift bersama bosnya kemarin malam Sepertinya cukup lama ia terjebak di sana. Bahkan saat ia mulai siuman, Bosnya menyangga tubuhnya. Dan saat kedua mata mereka bersitatap, ada semburat kekhawatiran di sana. Karena tubuhnya sendiri masih terasa lemas, Nana kembali pingsan Nana jadi semakin merasa tidak enak pada Bosnya itu. Apalagi saat dia siuman di rumah sakit, wajah bosnya maish kaku saat mereka saling menatap "Na" "NANA!!" Nana yang dipanggil langsung menoleh dan mendapati wajah Fatma yang panik sambil mematikan kompor di depannya "Kamu nih ngelamaun apa sih Na? tuh masakkan kamu gosong" pekik Fatma kesal menatap Nana Nana yang sadar langsung melihat keadaan wajannya. Menghela napas pelan karena oseng sayurnya gosong hampir menghitam Nana hanya meringis sambil menatap wajah Ftama yang menatapnya garang. Fatma yang melihat wajah melas Nana hanya menghela napas dan menyuruh Nana untuk duduk saja. Dan sisanya akan diselesaikannya "Kamu duduk aja, biar aku yang nyelesain ini. Gak usah protes" ucap Fatma mencegah Nana yang akan melontarkan alasan lagi Nana mengkerut di tempat duduk melihat Fatma yang mulai menyelesaikan sisa masakannya Sambil melihat Fatma masak, Nana mengambil minum air utih yang ada di depannya. Ia jadi mengingat bisikan dari bosnya saat mereka masih di dalam lift. Entah saat itu ia sadar atau tidak tapi, Nana ingat bahwa Bosnya mengatakan itu. "Tenang saja, temanku akan membantu kita keluar dari sini. kamu bertahan ya" Nana langsung menepis ingatan itu. "Gak boleh, dia bos kamu Na" gumam Nana pelan "Nah yuk makan Na, udah mateng nih. Oseng ayam sama daun bawang" ucap Fatma menyajikan sepiring oseng ayam yang baru masak Harumnya membuat Nana langsung lapar. Ftama yang melihatnya tersenyum kecil Mereka sarapan dengan diselingi canda tawa terkadang obrolan acak juga sedikit keluh kesah dari Fatma yang mnedapatkan senior kurang menyenangkan "Sabar Fat, nikmatin aja" ucap Nana memeberikan sedikit semangat pada Fatma "Kadang greget aja Na, asli pengen hiih!!" Nana hanya tertawa kecil melihat ekspresi Fatma saat menirukan seniornya itu. "Udah lah lupain senior nyebelin itu, kita lanjut sarapan aja. Aku ngantuk banget Na" ucap Fatma membuat Nana tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya Sedangkan itu, Rio yang baru bangun mendnegar suara denting dari arah dapur membuatnya terjaga dan melihat seseorang tengah memasak sesuatu "Ngapain lu Jak?" tanya Rio yang masih menikmati sisa kantuknya Jaka melihat Rio yang minum di dekat meja makan. Melihatnya sekilas dan kembali meneruskan memasak sarapan Karena tidak mendapatkan respon dari Jaka, Rio mendekati Jaka dan melihat Jaka yang sedang mengaduk nasi goreng di salah satu wajah dan membalik telur di wajah satunya "Wih elu bisa masak di dua wajan. Kok gue gak pernah tau ya?!" komen Rio "Basuh muka sana Yo" ucap Jaka tanpa menoleh "Siap Pak Bos" Jaka hanya acuh dan kembali meneruskan memasaknya. Membagi langsung nasi gorengnya dan segera meletakkannya di meja makan. Menatapnya dan segera duduk di salah satu kursi Tak lama Rio bergabung dan mereka sarapan bersama. Rio yang sudah kelaparan langsung menyantap nasi goreng bagiannya "Gila!! Enak kayak biasanya" komen Rio, Jaka hanya diam dan menikmati nasi gorengnya "Habis gini pulang sana trus ke kantor kita akan rapat sama Mr. Maverick" ucap Jaka sebelum beranjak dan membersihkan piring kotor dan peralatan masaknya tadi Rio yang mendengarnya terbatuk "Dadakan banget deh Jak" "Gue juga baru diinfoin tadi pagi, Udah habisin tuh terus balik sana" ujar Jaka lagi Rio langsung terburu menghabiskan sisa nasi gorengnya dan minum dengan cepat. "Gue balik Jak. Eh elu gimana ntar ke kantor. Mobil lu kan masih di kantor" tanya Rio sambil memakai jaketnya "Gampang, udah sana balik" jawab Jaka tanpa melihat ke arah Rio "Ya udah, gue balik" . . . . Jaka mengancingkan kemeja biru gelapnya, melihat dirinya di depan cermin. Sedikit merapikan rambutnya. Mengambil ponsel di dekat meja, menelpon sebuah nomor "Zak, antar saya ke kantor" "Baik Pak" Sambungan terputus. Jaka mengambil beberapa berkas untuk di masukkan ke dalam tas laptop beserta laptopnya dan segera kelaur dari kamarnya Baru saja ia selesai mengenakan sepatunya, derum mobil terdengar. Jaka membuka pintu depan rumahnya dan melihat sedan hitam berhenti di sana. Seorang laki-laki berkemeja hitam turun menyapa Jaka yang berjelan mendekati sedan "Ke suatu tempat dulu sebelum ke kantor" ujar Jaka sambil masuk ke dalam mobil "Baik pak" Segera ia masuk dan duduk di kursi kemudi dan melajukan setir mobil sedan tersebut ke alamat yang di sebutkan Jaka Jaka membuka kembali berkas yang ia masukkan ke tasnya tadi. Ada sebuah foto di sana "Bagaiaman tentang info yang saya minta Zak?" tanya Jaka "Sedang saya usahakan Pak, pihak terkait belum bisa di ajak diskusi" jawab Zaki Jaka menghela napas pelan dan menatap keluar Tak lama mobil Jaka berhenti di bawah pohon mangga. "Sudah sampai Pak" Jaka mengalihkan pandangannya melihat ke sekitar. Tidak sengaja ia melihat Nana yang baru keluar dari sebuah rumah dengan gerbang warna hitam "Apa mau keluar Pak?" tanya Zaki "Tidak" jawab Jaka singkat yang masih melihat Nana sedang membuang sampah, tak lama ia masuk dan mulai menyapu halaman juga menyiram tanaman yang ada di sana "Baru siuman juga" guman Jaka sambil berdecak Puas melihat keadaan Nana yang sudah bisa beakivitas meski baru saja siuman. "Jalan Zak, langsung ke kantor" ujar Jaka sambil mengalihkan pandangannya Sepeninggal mobil Jaka, Nana yang melihat mobil melewati rumah kontrakannya mengkerutkan dahinya "Kok seperti mobilnya Pak Jaka? Tapi ngapain ya?" gumam Nana sambil memperhatikan mobil sedan itu berbelok di depan "Bukan deh!!" ujarnya setelahnya Nana kembali meneruskan pekerjaanya, banyak keringat yang eluar membuatnya merasa sehat kembali. Mengingat sekilas kejadian semalam benar-benar membuatnya takut untuk naik lift kembali Membuat bulu kuduknya merinding. Tapi, saat itu Bosnya benar-benar berbeda "SAYUR!!" Suara tukang sayur yang lewat membuat Nana menoleh "Eh Mbak Nana, tumben jam segini masih di rumah" sapa ibu penjual sayur Nana tersenyum kecil "Mau beli sayur ndak?" Nana mengangguk senang "Bentar buk, mau ngambil dompet di dalam" "Oke mbak Nana" . . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN