"Siram dia," lirih Demian yang berdiri di depan Luna yang tertidur. Suaranya pelan namun jelas terdengar penuh kebencian. Byuuuuur!!! Luna tergagap bangun. Air es yang menyiram tubuhnya terasa dinginnya sampai ke tulang-belulang. Luna menggemeletuk, menggigil menahan dingin. "Manusia laknat! Belum puas kau menghancurkan hidupku?!" "Sampai kau benar-benar mati, aku takkan pernah puas," jawab Demian mengangkat kancing lengan bajunya. Luna melotot melebarkan matanya. "Apa yang akan kau lakukan?!" "Kau tahu, terkadang aku sering menyesali diriku sendiri mengapa saat kau masih cantik, aku langsung membakarmu. Harusnya tubuh indahmu itu kunikmati lebih dulu. Sejujurnya, selama ini, aku sering menjadikanmu fantasiku," kekeh Demian. Luna meronta, tangannya terikat di sebuah tiang aula yang

