"Kenapa kau berikan aku lawan yang ringkih dan cacat Demian?" tanya Jeni mendekat dan memperhatikan Luna yang tanpa hijab. Wanita yang setiap hentakan kakinya menimbulkan suara gemerincing itu berputar, mengitari Luna dengan tatapan sinis. Senggaja ia menghentak lebih keras agar menimbulkan rasa takut pada musuhnya. "Bagaimana dia bisa melawanku dengan tubuh lemah begini?" lanjut Jeni mendelik ke arah Luna. Jelas terlihat olehnya, kulit gosong wanita bergamis hijau tua itu. "Jangan banyak bicara kau! Lepaskan saja tali ini dan mari kita bertarung!" tantang Luna. "Meskipun kau tampak lemah, besar juga nyalimu, ya! Bertarung sampai mati, berani? Bukankah itu lebih menantang. Bagaimana?" "Tanyakan pada tuanmu, apakah dia sudah siap kehilangan peliharaannya," sindir Luna yang membuat Jeny

